Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Pesta Budaya Makan Papeda Bantu Ekonomi Masyarakat

JAYAPURA – Tak hanya masyarakat lokal, bule pun turut meramaikan penutupan Pesta Budaya Makan Papeda atau Helay Mbay Hote Mbay ke empat, yang digelar masyarakat adat Kampung Abar, Distrik Ebungfau, Kabupaten Jayapura, Sabtu (30/9).

Bule tersebut mengaku tertarik dengan pesta budaya makan papeda. Menurutnya ini hal yang unik. Bahkan warga setempat menghadiahkannya mangkok kecil yang terbuat dari tanah liat.

“Sebuah kehormatan diberi cinderamata oleh warga lokal di sini (Abar-red),” ucapnya.

Sementara itu, Irma salah satu pengunjung mengaku  baru kali pertama dirinya datang ke pesta budaya makan papeda. Baginya, Kampung Abar adalah tempat wisata yang menyenangkan,  terlebih masyarakatnya juga ramah.

“Tadi diberi makan papeda secara gratis oleh masyarakat setempat, selain itu dijelaskan juga proses pembuatan sempe atau dalam bahasa sentani helai,” terangnya.

Baca Juga :  Nilai-nilai Pancasila Harus Dipertahankan dan Diamalkan

Sementara terkait dengan pesta makan papeda sendiri, ia memberi masukan agar ke depan lebih tertata baik.

“Artinya dibuatkan satu tempat agar mama-mama masak papedanya di satu tempat. Sehingga kejadian seperti tadi (menunggu makan papeda-red) tidak terlalu lama. Karena sudah berdiri lama, namun ada yang sudah makan dan ada yang yang belum,’’ ungkapnya.

Sementara itu, masyarakat setempat yang juga penjual hasil kerajinan tangan Lince Doyapo mengaku pesta budaya makan papeda tahun ini sepi dibanding sebelumnya.“Tahun ini sepi, beda sama Festival pertama dan kedua. Mungkin karena tahun lalu tidak diselenggarakan sehingga kali ini sepi pengunjung,” kata Lince kepada Cenderawasih Pos.

Dikatakan Lince, setiap Festival Makan Papeda. Pengunjungannya bukan hanya berasal dari masyarakat Kota Jayapura atau sekitarnya, melainkan juga terkadang WNA turut hadir menyaksikan.

Baca Juga :  Polisi Buru Penadah Sapi Curian

“Pengunjungnya beragam, ada yang dari Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura bahkan WNA,” kata Lincen.

Menurut Lince, Pesta Budaya Makan Papeda yang digelar setiap tahun ini dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Sebagaimana masyarakat yang berkunjung membeli beberapa cinderamata yang dihasilkan dari daerah tersebut.

“Yang kami jual ada sempe, baki dan lainnya. Dimana sempe yang saya jual harganya kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung ukuran,” ucapnya.

Kata Lince, Kampung Abar merupakan kampung wisata yang terkenal dengan gerabahnya. Bahkan melalui festival makan papeda tahun lalu, perputaran uang kata Lince mencapai Rp 145 juta.

Sekedar diketahui, Kampung Abar merupakan satu-satunya kampung penghasil sempe/ gerabah dan sudah menjadi tradisi makan papeda menggunakan sempe di wilayah Kabupaten Jayapura. (fia/ary)

JAYAPURA – Tak hanya masyarakat lokal, bule pun turut meramaikan penutupan Pesta Budaya Makan Papeda atau Helay Mbay Hote Mbay ke empat, yang digelar masyarakat adat Kampung Abar, Distrik Ebungfau, Kabupaten Jayapura, Sabtu (30/9).

Bule tersebut mengaku tertarik dengan pesta budaya makan papeda. Menurutnya ini hal yang unik. Bahkan warga setempat menghadiahkannya mangkok kecil yang terbuat dari tanah liat.

“Sebuah kehormatan diberi cinderamata oleh warga lokal di sini (Abar-red),” ucapnya.

Sementara itu, Irma salah satu pengunjung mengaku  baru kali pertama dirinya datang ke pesta budaya makan papeda. Baginya, Kampung Abar adalah tempat wisata yang menyenangkan,  terlebih masyarakatnya juga ramah.

“Tadi diberi makan papeda secara gratis oleh masyarakat setempat, selain itu dijelaskan juga proses pembuatan sempe atau dalam bahasa sentani helai,” terangnya.

Baca Juga :  Sisa 5 Hari, dari 500 Lebih Bacaleg, Baru 200-an yang Buat SKCK

Sementara terkait dengan pesta makan papeda sendiri, ia memberi masukan agar ke depan lebih tertata baik.

“Artinya dibuatkan satu tempat agar mama-mama masak papedanya di satu tempat. Sehingga kejadian seperti tadi (menunggu makan papeda-red) tidak terlalu lama. Karena sudah berdiri lama, namun ada yang sudah makan dan ada yang yang belum,’’ ungkapnya.

Sementara itu, masyarakat setempat yang juga penjual hasil kerajinan tangan Lince Doyapo mengaku pesta budaya makan papeda tahun ini sepi dibanding sebelumnya.“Tahun ini sepi, beda sama Festival pertama dan kedua. Mungkin karena tahun lalu tidak diselenggarakan sehingga kali ini sepi pengunjung,” kata Lince kepada Cenderawasih Pos.

Dikatakan Lince, setiap Festival Makan Papeda. Pengunjungannya bukan hanya berasal dari masyarakat Kota Jayapura atau sekitarnya, melainkan juga terkadang WNA turut hadir menyaksikan.

Baca Juga :  Tim Terpadu akan Lakukan Penyisiran di Kawasan Cycloop

“Pengunjungnya beragam, ada yang dari Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura bahkan WNA,” kata Lincen.

Menurut Lince, Pesta Budaya Makan Papeda yang digelar setiap tahun ini dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Sebagaimana masyarakat yang berkunjung membeli beberapa cinderamata yang dihasilkan dari daerah tersebut.

“Yang kami jual ada sempe, baki dan lainnya. Dimana sempe yang saya jual harganya kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung ukuran,” ucapnya.

Kata Lince, Kampung Abar merupakan kampung wisata yang terkenal dengan gerabahnya. Bahkan melalui festival makan papeda tahun lalu, perputaran uang kata Lince mencapai Rp 145 juta.

Sekedar diketahui, Kampung Abar merupakan satu-satunya kampung penghasil sempe/ gerabah dan sudah menjadi tradisi makan papeda menggunakan sempe di wilayah Kabupaten Jayapura. (fia/ary)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya