Menurut Herlin saat ini petani berpikir kalau mengelola lahan pertanian namun kalau hasil kebunnya tidak laku dipasaran tentunya menjadi masalah juga sehingga banyak lahan pertanian yang sudah tidak diolah lagi dan menjadi lahan tidur, ini yang perlu disikapi pemerintah.
“Kalau dilihat dulu waktu saya masih sekolah tahun 80an dan 90an itu Jayawijaya jadi salah satu pemasok sayuran ke Pangan Sari (Anak Perusahaan PT Freeport Indonesia) dan saat itu masyarakat antusias untuk mengelola lahan perkebunannnya karena pasarannya jelas,”jelasnya
Dikatakan, Pasca kontrak itu diputus gairah petani untuk kembali mengelola lahan pertanian juga terputus karena tidak ada pasaran yang jelas untuk mereka selama b eberapa tahun terakhir, namun kini usai adanya Provinsi Papua Pegunungan yang kembali mencari pasaran sayuran ke daerah yang kesulitan sayuran nantinya akan berdampak bagi petani untuk kembali mengelola lahan pertanian.
Sementara itu secara terpisah Kelompok Tani Sawah Wanisama dan Muai yang mengelola 380 hektar sawah di wilayah itu meminta kepada pemerintah Provinsi Papua Pegunungan untuk membantu mereka dengan alat perontok, karena selama ini untuk merontokanpadi mereka hanya menggunakan alat seadanya.
“Kami minta alat perontok padi karena selama ini kami menggunakan alat seadanya, yakni memukulkan padi yang habis dipanen ke drum yang ditidurkan, tentunya meyulitkan kami untuk melakukan panen dilahan ini,”beber Ketua Kelompok Tani Sawah Wanimasa Yakob Oagay.
Yakob juga menjelaskan sawah padi di kampung Moai ini merupakan salah satu yang tak pernah putus, karena kehidupan masyarakat di wilayah ini bergantung dari komuditi tersebut, bahkan dirinya sendiri telah fokus sejak tahun 80an sebagai petani sawah hingga saat ini (jo/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos