Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

KPA Sulit Deteksi Tempat Prostitusi

WAMENA — Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayawijaya merilis angka HIV-AIDS di Jayawijaya sudah mencapai 6.525 kasus. Ini merupakan data Tahun 2021 lalu.

Ketua KPA Kabupaten Jayawijaya, Pdt. Jhon Naap menyatakan, penularan HIV-AIDS di Papua lebih banyak atau 90 persen dari berhubungan seks yang tidak aman. “Beberapa tahun lalu, Pemkab pernah memulangkan mereka yang bekerja sebagai PSK, tapi ini bukan  sesuatu yang mudah, kegiatan ini sudah sejak lama terjadi,”ungkapnya.

“Dulu kita masih bisa tahu tempat di mana, seperti warung remang —remang, panti pijat, namun sekarang kita  sudah sulit melacak tempat mereka,”ungkapnya Kamis (10/2) kemarin.

Diakui, pola prostitusi yang digunakan saat ini sudah berubah, apalagi saat ini sudah menggunakan sistem online.

Baca Juga :  Larang Peringatan Satu Tahun Kerusuhan Wamena

“Kita kesulitan mendeteksi adanya praktek —praktek prostitusi yang ada di Jayawijaya, saat ini kita coba untuk fokus ke sana, tapi terbatasi masalah pandemic Covid -19, yang saat ini ksusnya terus bertambah,”bebernya.

Ia mengharapkan agar KPA bersama pemerintah kembali melakukan pendataan kepada mereka yang datang, tempat tinggalnya di mana, agar bisa diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan dan KPA juga bisa mengetahui lokasi mana saja yang ada PSK sehingga bisa dilakukan pengawasan.

“ Memang ada beberapa orang yang tahu, tapi mereka juga takut memberitahukan kepada kami, jangan sampai mereka diusir pulang lagi, sehingga pendekatan kemanuaiaan harus dilakukan,”ungkpnya.(jo/tho)

WAMENA — Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Kabupaten Jayawijaya merilis angka HIV-AIDS di Jayawijaya sudah mencapai 6.525 kasus. Ini merupakan data Tahun 2021 lalu.

Ketua KPA Kabupaten Jayawijaya, Pdt. Jhon Naap menyatakan, penularan HIV-AIDS di Papua lebih banyak atau 90 persen dari berhubungan seks yang tidak aman. “Beberapa tahun lalu, Pemkab pernah memulangkan mereka yang bekerja sebagai PSK, tapi ini bukan  sesuatu yang mudah, kegiatan ini sudah sejak lama terjadi,”ungkapnya.

“Dulu kita masih bisa tahu tempat di mana, seperti warung remang —remang, panti pijat, namun sekarang kita  sudah sulit melacak tempat mereka,”ungkapnya Kamis (10/2) kemarin.

Diakui, pola prostitusi yang digunakan saat ini sudah berubah, apalagi saat ini sudah menggunakan sistem online.

Baca Juga :  Ruas Jalan Wamena-Tailarek Tertutup Longsor

“Kita kesulitan mendeteksi adanya praktek —praktek prostitusi yang ada di Jayawijaya, saat ini kita coba untuk fokus ke sana, tapi terbatasi masalah pandemic Covid -19, yang saat ini ksusnya terus bertambah,”bebernya.

Ia mengharapkan agar KPA bersama pemerintah kembali melakukan pendataan kepada mereka yang datang, tempat tinggalnya di mana, agar bisa diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan dan KPA juga bisa mengetahui lokasi mana saja yang ada PSK sehingga bisa dilakukan pengawasan.

“ Memang ada beberapa orang yang tahu, tapi mereka juga takut memberitahukan kepada kami, jangan sampai mereka diusir pulang lagi, sehingga pendekatan kemanuaiaan harus dilakukan,”ungkpnya.(jo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya