Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Enam Titik di Ruas Jalan Trans Kimbim Wamena Dipalang

Anggota Polres Jayawijaya membuka palang di Jalan Trans Kimbim Wamena dengan menggunakan mesin Chainsaw, Kamis (30/4) kemarin. ( foto: Denny/Cepos )

WAMENA-Lantaran takut terhadap penyebaran Covid- 19 masyarakat di Distrik Asologaima Jayawijaya melakukan pemalangan jalan trans Kimbim yang menghubungkan Jayawijaya dengan Kabupaten Lanny Jaya selama 3 hari. 

  Kapolres Jayawijaya AKBP. Dominggus Rumaropen mengungkapkan bahwa pemalangan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat sudah berjalan 3 hari di Jalan Trans Kimbim Wamena tepatnya di Distrik Asologaima. Hal ini membuat arus logistik Sembako, BBM, dan Medis ke Kabupaten Lanny Jaya menjadi sulit untuk didatangkan kesana.

   “Sejak hari pertama Forkopimda Jayawijaya Bupati, Dandim Dan Kapolres sudah datang untuk berbicara dengan masyarakat yang melakukan aksi pemalangan dengan 6 titik dan mereka berjanji kepada Bupati keesokan harinya akan dibuka, namun palang tersebut tidak dibuka karena secara teknis pergerakan mereka dalam acara adat itu terlambat sampai terbengkalai,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos Kamis (30/4) kemarin

Baca Juga :  Tak Ada Sanksi Tegas Bagi Pelanggar Prokes

   Menurut Rumaropen, masyarakat melakukan pemalangan ini tujuannya ingin menyampaikan mereka menolak covid 19 dengan cara mereka. Kapolres  menghargai kearifan lokal masyarakat namun pemalangan ini sudah 3 hari sedangkan kebutuhan logistik di Kabupaten lain akan terganggu sehingga palang tersebut harus dibuka.

   Oleh karena itu, Kepolisian harus memastikan akses jalan ini terbuka. “Kita coba untuk lakukan pendekatan berkomunikasi dari pukul 10.00 Wit hingga pukul 16.30 wit barulah palang itu bisa dibuka dengan mensenso kayu yang digunakan untuk memalang jalan dimana ada 6 titik pemalangan,” ujar Rumaropen

   Adanya aksi penalangan ini ia melihat ada ketakutan masyaraat yang tinggi akan virus ini, sehingga sampai ke tingkat bawah juga harus diberikan pemahaman mereka tidak melakukan pemalangan yang  sampai menutup semua  akses seperti itu.

Baca Juga :  Setalah Sembilan Tahun Akhinya Gedung DPRD Nduga Difungsikan

  “Kalau tutup mati masyarakat di Kabupaten pemekaran mau makan apa . saya juga berterimakasih kepada kepala suku setempat meskipun ada pembicaraan yang panjang namun akhirnya bisa membuka,”kata Kapolres. (jo/tri)

Anggota Polres Jayawijaya membuka palang di Jalan Trans Kimbim Wamena dengan menggunakan mesin Chainsaw, Kamis (30/4) kemarin. ( foto: Denny/Cepos )

WAMENA-Lantaran takut terhadap penyebaran Covid- 19 masyarakat di Distrik Asologaima Jayawijaya melakukan pemalangan jalan trans Kimbim yang menghubungkan Jayawijaya dengan Kabupaten Lanny Jaya selama 3 hari. 

  Kapolres Jayawijaya AKBP. Dominggus Rumaropen mengungkapkan bahwa pemalangan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat sudah berjalan 3 hari di Jalan Trans Kimbim Wamena tepatnya di Distrik Asologaima. Hal ini membuat arus logistik Sembako, BBM, dan Medis ke Kabupaten Lanny Jaya menjadi sulit untuk didatangkan kesana.

   “Sejak hari pertama Forkopimda Jayawijaya Bupati, Dandim Dan Kapolres sudah datang untuk berbicara dengan masyarakat yang melakukan aksi pemalangan dengan 6 titik dan mereka berjanji kepada Bupati keesokan harinya akan dibuka, namun palang tersebut tidak dibuka karena secara teknis pergerakan mereka dalam acara adat itu terlambat sampai terbengkalai,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos Kamis (30/4) kemarin

Baca Juga :  Terkendala Administrasi, Tak Bisa Rekut Atlet dari Provinsi Induk

   Menurut Rumaropen, masyarakat melakukan pemalangan ini tujuannya ingin menyampaikan mereka menolak covid 19 dengan cara mereka. Kapolres  menghargai kearifan lokal masyarakat namun pemalangan ini sudah 3 hari sedangkan kebutuhan logistik di Kabupaten lain akan terganggu sehingga palang tersebut harus dibuka.

   Oleh karena itu, Kepolisian harus memastikan akses jalan ini terbuka. “Kita coba untuk lakukan pendekatan berkomunikasi dari pukul 10.00 Wit hingga pukul 16.30 wit barulah palang itu bisa dibuka dengan mensenso kayu yang digunakan untuk memalang jalan dimana ada 6 titik pemalangan,” ujar Rumaropen

   Adanya aksi penalangan ini ia melihat ada ketakutan masyaraat yang tinggi akan virus ini, sehingga sampai ke tingkat bawah juga harus diberikan pemahaman mereka tidak melakukan pemalangan yang  sampai menutup semua  akses seperti itu.

Baca Juga :  Kasus Pembunuhan Yang Berdampak Konflik Dimediasi

  “Kalau tutup mati masyarakat di Kabupaten pemekaran mau makan apa . saya juga berterimakasih kepada kepala suku setempat meskipun ada pembicaraan yang panjang namun akhirnya bisa membuka,”kata Kapolres. (jo/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya