Thursday, December 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Sempat Ingin Menyerah, Kini Bangga Harumkan Nama Papua

Bincang-bincang dengan Nicodemus Yandewoa, Peraih Medali Emas  Peparnas XVI di Cabor Judo 

Nicodemus Yandewoa,atlet Peparnas itu bangga bercampur haru, latihan yang digelutinya sejak tiga tahun lalu berbuah manis, ketika dia berhasil mempersembahkan emas bagi Papua di cabang Judo kelas 73 Kg Peparnas XVI, berapa lama ia mempersiapkan diri ikut Peparnas, apa suka dukanya selama latihan,? 

Laporan: Rahayu  Nur Hasanah 

Kepalanya terus menunduk hanya mendengar dan meraba,  ketika dia memastikan dapat menyumbang satu medali emas untuk Papua.  Nicodemus adalah salah satu atlet cabang olahraga judo bertanding di kelas 73 untuk kontingen Papua pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI.Sore itu, Rabu (10/11) lalu Nicodemus mendadak menjadi selebritis. Banyak yang minta foto dengan Nicodemus.

Atlet berusia 28 tahun itu mulai mengisahkan lamanya berlatih hingga mengalahkan lawannya. Selama bertanding, Nicodemus tak gugup menghadapi lawannya, ia percaya bahwa  Tuhan menuntunnya.  “Waktu bertanding, saya tidak gugup, saya percaya Tuhan, sama ikut instruksi pelatih. Saya sudah serahkan semua pada Tuhan saja,”kata Nicodemus sembari menundukan kepala. Dia percaya kemenangan ada di tangan Tuhan. Yang terpenting baginya, selama ini ia sudah latihan pasti keluar sebagai juara.

 Kepercayaan itu terbukti, Nicodemus keluar sebagai juara setelah menjatuhkan lawannya di atas panggung. Nicodemus berhasil menyumbang satu medali emas untuk Papua di cabor judo.

“Sekarang puji Tuhan sudah berikan yang terbaik. Karena saya juga main di rumah saya sendiri. Saya harus berikan yang terbaik untuk penonton. Saya harus bisa,”ujar lelaki kelahiran 6 Februari 1993 itu.

Bagi dia, kemenangan yang diraih itu tak terlepas dari dukungan masyarakat Papua yang terus mendoakan kontingen Papua di seluruh cabor termasuk judo yang bertarung di ajang Peparnas XVI. “Saya berikan yang terbaik untuk masyarakat Papua karena mereka tinggalkan waktu untuk bekerja dan datang menonton,”kata Lelaki empat bersaudara itu. Sebagai penyandang tuna netra, dia punya semangat besar untuk tetap berprestasi, dapat membanggakan semua orang termasuk tanah kelahirannya, Papua. 

Baca Juga :  Warga Semangga yang Hilang di Hutan Ditemukan Meninggal

Rasa lelah dan sulit latihan memang dirasakan, pernah ia ingin menyerah ditengah jalan, namun setelah mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya, dan pelatih,  dia kembali bangkit dan berlatih.  “Awalnya saya baru berlatih sudah mau menyerah, karena pelatih ngotot, kamu semangat, kamu orang Papua satu-satunya, masa kita bawa orang lain tanding di tanah Papua,”ujarnya.

 Selain lelah, pernah berniat untuk mengundurkan diri. Namun,Ahmad Bahar sang pelatih terus mendukungnya. Nicodemus merasa pelatihnya adalah orang tuanya yang mendidiknya selama berlatih.

 “Itu karena dukungan pelatih, saya juga sudah mau mengundurkan diri juga, saya anggap pelatih sebagai orang tua seperti mama dan bapa saya. Mereka didik saya sudah seperti anak,” kata anak kedua dari empat bersaudara ini.

 Cabang olahraga judo cukup sulit apalagi bagi penyandang disabilitas, terutama  memahami dan menerapkan teknik pada judo. Lantaran harus meraba pelatih saat mempraktekkan, sehingga dapat meniru gerakan.  “Kita berlatih teknik paling sulit, kalau fisik kita bisa kejar satu minggu pun kita bisa dapat. Tapi Kalau teknik berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,”ujarnya dengan nada halus.

Lelaki penyuka kopi itu sudah berlatih judo selama tiga tahun lamanya. Tentunya, banyak suka dan duka dilalui. Ia menyukai judo lantaran terus didorong oleh pelatih. “Suka judo, karena diarahkan pertama oleh pelatih. Kemudian ke Solo,Jawa Tengah, dia bilang kamu latihan disana sama manager juga,”ujarnya.

 Nicodemus telah berlatih sejak 2018 hingga Oktober 2021 barulah berangkat bersama pelatih dan manajernya ke Jayapura untuk mengikuti Peparnas.

Baca Juga :  BLT Bagi 423 Sopir Angkot dan Rental Diserahkan

Sebelum Peparnas XVI Papua, Nicodemus pernah tiga kali mengikuti Peparnas, sejak 2008 mengikuti Peparnas (dulu Porcanas) di Kalimantan Timur, namun bukan sebagai atlet judo, kala itu dia mengikuti cabor atletik. “Yang pertama saat 2008 kan panggilan nya belum Peparnas masih Pocarnas saya ke Jayapura, latihan lolos seleksi ikut Pocarnas di Kalimantan Timur ikut cabor Atletik,”ujarnya.

Lalu pada 2012, ia tak mengikuti pertandingan lantaran sakit. Setelah Pocarnas berubah nama jadi Peparnas, pada 2016 dia mengikuti cabang olahraga tenis meja di Jawa Barat.

Dua kali bertanding di ajang nasional tapi sayang, dia gagal. Di tahun ini dia mengikuti cabor judo, dan meraih medali emas. Semenjak keluar TC  untuk mengikuti latihan judo, orang tua tak banyak bicara, mereka hanya berpesan jaga diri dan kuat berdoa. “Pesan dari orang tua jaga diri, berdoa. Orang tua cuma mendukung, mereka bilang itu untuk masa depan kau,”katanya.

 Nicodemus siap jika nantinya maju ke jenjang berikutnya atau harus kembali naik panggung melawan lawan lainnya di kelas elit, atau ke ajang selanjutnya. “Kalau dipanggil ke pelatnas boleh, puji Tuhan. Kalau tidak, saya lebih fokus di Papua. Kalau pelatih percayakan saya ikut kelas elite, saya juga sudah siap,”ujarnya. Pesan Nicodemus

 Dia berpesan kepada seluruh rekan disabilitas agar tak perlu malu berlatih dan mengikuti olahraga, sehingga bisa meraih prestasi. Bagi penyandang disabilitas jangan malu -malu bergabung di setiap cabor, tak hanya cabor judo. Ada cabor lain seperti cabor lari, renang, dan bocia.

 Lelaki kelahiran Waropen itu mengaku medali yang diperolehnya dipersembahkan kepada orang tua, pelatih dan seluruh masyarakat Papua lantaran dukungannya hingga berada dititik ini. Medali itu juga sekaligus sebagai kado natal.(*/wen)

Bincang-bincang dengan Nicodemus Yandewoa, Peraih Medali Emas  Peparnas XVI di Cabor Judo 

Nicodemus Yandewoa,atlet Peparnas itu bangga bercampur haru, latihan yang digelutinya sejak tiga tahun lalu berbuah manis, ketika dia berhasil mempersembahkan emas bagi Papua di cabang Judo kelas 73 Kg Peparnas XVI, berapa lama ia mempersiapkan diri ikut Peparnas, apa suka dukanya selama latihan,? 

Laporan: Rahayu  Nur Hasanah 

Kepalanya terus menunduk hanya mendengar dan meraba,  ketika dia memastikan dapat menyumbang satu medali emas untuk Papua.  Nicodemus adalah salah satu atlet cabang olahraga judo bertanding di kelas 73 untuk kontingen Papua pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI.Sore itu, Rabu (10/11) lalu Nicodemus mendadak menjadi selebritis. Banyak yang minta foto dengan Nicodemus.

Atlet berusia 28 tahun itu mulai mengisahkan lamanya berlatih hingga mengalahkan lawannya. Selama bertanding, Nicodemus tak gugup menghadapi lawannya, ia percaya bahwa  Tuhan menuntunnya.  “Waktu bertanding, saya tidak gugup, saya percaya Tuhan, sama ikut instruksi pelatih. Saya sudah serahkan semua pada Tuhan saja,”kata Nicodemus sembari menundukan kepala. Dia percaya kemenangan ada di tangan Tuhan. Yang terpenting baginya, selama ini ia sudah latihan pasti keluar sebagai juara.

 Kepercayaan itu terbukti, Nicodemus keluar sebagai juara setelah menjatuhkan lawannya di atas panggung. Nicodemus berhasil menyumbang satu medali emas untuk Papua di cabor judo.

“Sekarang puji Tuhan sudah berikan yang terbaik. Karena saya juga main di rumah saya sendiri. Saya harus berikan yang terbaik untuk penonton. Saya harus bisa,”ujar lelaki kelahiran 6 Februari 1993 itu.

Bagi dia, kemenangan yang diraih itu tak terlepas dari dukungan masyarakat Papua yang terus mendoakan kontingen Papua di seluruh cabor termasuk judo yang bertarung di ajang Peparnas XVI. “Saya berikan yang terbaik untuk masyarakat Papua karena mereka tinggalkan waktu untuk bekerja dan datang menonton,”kata Lelaki empat bersaudara itu. Sebagai penyandang tuna netra, dia punya semangat besar untuk tetap berprestasi, dapat membanggakan semua orang termasuk tanah kelahirannya, Papua. 

Baca Juga :  Lima Anggota PPS dan KPPS Reaktif

Rasa lelah dan sulit latihan memang dirasakan, pernah ia ingin menyerah ditengah jalan, namun setelah mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya, dan pelatih,  dia kembali bangkit dan berlatih.  “Awalnya saya baru berlatih sudah mau menyerah, karena pelatih ngotot, kamu semangat, kamu orang Papua satu-satunya, masa kita bawa orang lain tanding di tanah Papua,”ujarnya.

 Selain lelah, pernah berniat untuk mengundurkan diri. Namun,Ahmad Bahar sang pelatih terus mendukungnya. Nicodemus merasa pelatihnya adalah orang tuanya yang mendidiknya selama berlatih.

 “Itu karena dukungan pelatih, saya juga sudah mau mengundurkan diri juga, saya anggap pelatih sebagai orang tua seperti mama dan bapa saya. Mereka didik saya sudah seperti anak,” kata anak kedua dari empat bersaudara ini.

 Cabang olahraga judo cukup sulit apalagi bagi penyandang disabilitas, terutama  memahami dan menerapkan teknik pada judo. Lantaran harus meraba pelatih saat mempraktekkan, sehingga dapat meniru gerakan.  “Kita berlatih teknik paling sulit, kalau fisik kita bisa kejar satu minggu pun kita bisa dapat. Tapi Kalau teknik berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,”ujarnya dengan nada halus.

Lelaki penyuka kopi itu sudah berlatih judo selama tiga tahun lamanya. Tentunya, banyak suka dan duka dilalui. Ia menyukai judo lantaran terus didorong oleh pelatih. “Suka judo, karena diarahkan pertama oleh pelatih. Kemudian ke Solo,Jawa Tengah, dia bilang kamu latihan disana sama manager juga,”ujarnya.

 Nicodemus telah berlatih sejak 2018 hingga Oktober 2021 barulah berangkat bersama pelatih dan manajernya ke Jayapura untuk mengikuti Peparnas.

Baca Juga :  Guyuran Hujan, KSAD Tanam 1.000 Pohon Mangrove di  Pantai Payum

Sebelum Peparnas XVI Papua, Nicodemus pernah tiga kali mengikuti Peparnas, sejak 2008 mengikuti Peparnas (dulu Porcanas) di Kalimantan Timur, namun bukan sebagai atlet judo, kala itu dia mengikuti cabor atletik. “Yang pertama saat 2008 kan panggilan nya belum Peparnas masih Pocarnas saya ke Jayapura, latihan lolos seleksi ikut Pocarnas di Kalimantan Timur ikut cabor Atletik,”ujarnya.

Lalu pada 2012, ia tak mengikuti pertandingan lantaran sakit. Setelah Pocarnas berubah nama jadi Peparnas, pada 2016 dia mengikuti cabang olahraga tenis meja di Jawa Barat.

Dua kali bertanding di ajang nasional tapi sayang, dia gagal. Di tahun ini dia mengikuti cabor judo, dan meraih medali emas. Semenjak keluar TC  untuk mengikuti latihan judo, orang tua tak banyak bicara, mereka hanya berpesan jaga diri dan kuat berdoa. “Pesan dari orang tua jaga diri, berdoa. Orang tua cuma mendukung, mereka bilang itu untuk masa depan kau,”katanya.

 Nicodemus siap jika nantinya maju ke jenjang berikutnya atau harus kembali naik panggung melawan lawan lainnya di kelas elit, atau ke ajang selanjutnya. “Kalau dipanggil ke pelatnas boleh, puji Tuhan. Kalau tidak, saya lebih fokus di Papua. Kalau pelatih percayakan saya ikut kelas elite, saya juga sudah siap,”ujarnya. Pesan Nicodemus

 Dia berpesan kepada seluruh rekan disabilitas agar tak perlu malu berlatih dan mengikuti olahraga, sehingga bisa meraih prestasi. Bagi penyandang disabilitas jangan malu -malu bergabung di setiap cabor, tak hanya cabor judo. Ada cabor lain seperti cabor lari, renang, dan bocia.

 Lelaki kelahiran Waropen itu mengaku medali yang diperolehnya dipersembahkan kepada orang tua, pelatih dan seluruh masyarakat Papua lantaran dukungannya hingga berada dititik ini. Medali itu juga sekaligus sebagai kado natal.(*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya