Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

Tunggu Tindakan Tegas Bupati!

Drs. Daniel Pauta  ( FOTO: Sulo/Cepos )

Terkait Sebagian  Besar  Pejabat Belum Laporkan  LHKPN 

MERAUKE- Sekertaris  Daerah Kabupaten Merauke  Drs Daniel  Pauta  memberikan tanggapan  terkait  dengan  pemberian Laporan Harta Kekayaaan  Pejabat Negara  (LHKPN)  pejabat  negara dan  pejabat   strategis lingkup  Pemkab Merauke  ke  KPK  yang  masih  di bawah   50  persen.    

  Menurut  Sekda  Daniel Pauta  bahwa   LHKPN    dilakukan  secara mandiri  oleh setiap  pejabat  yang wajib memberikan  laporan LHKPN  ke  KPK. Bahkan, kata  dia,     jika dibandingkan  dengan  2 tahun lalu, LHKPN    tahun  ini  lebih mudah dan sederhana.

  “Kalau    kita   lihat,   LHKPN    tahun    ini  lebih mudah dan sederhana  dibandingkan  dengan  2 tahun  lalu  yang memang cukup  rumit,’’ kata  Pauta   kepada   Cenderawasih Pos  di Kantor   Bupati Merauke, Selasa (5/5).  

  Sekda Pauta   menjelaskan  bahwa  bupati   telah  memberikan  imbauan  kepada  semua  pejabat   yang  wajib  melaporkan   LHKPN  tersebut untuk segera  memberi   laporan.   Bahkan, kata  dia,   LHKPN  tersebut  telah diperpanjang selama  1 bulan  yang   seharusnya  berakhir 31 Maret  menjadi 30 April 2020. “Tapi  kalau tidak selesai maka itu menjadi   masalah,’’ katanya.  

Baca Juga :  Peningkatan Jalan Menuju Sota Butuh Rp 30 Miliar

  Dalam hal  LHKPN  tersebut, jelas   Sekda Pauta,  bupati  pernah  mengambil suatu   sikap   yang akan memberikan sanksi  tegas  kepada  pejabat  yang tidak mau melaporkan  LHKPN   tersebut.  

  “Ya, kita tunggu saja  beliau punya kebijakan  mengambil tindakan apakah itu  mau  disebut punishman  atau sanksi, maka itulah  yang akan  menjadi  perhatian  kita. Supaya  namanya  kewajiban  ini    harus  punya  kepedulian  untuk melaksanakan dilaksanakan,” tandas  Sekda  Pauta.  

  Dikatakan, dalam   aturan  sudah  sangat   jelas bahwa  bagi  yang  tidak  melaporkan  LHKPN  tersebut, maka  tunjangan  dari pejabat  tersebut  tidak  dibayarkan  dan sanksi  paling  berat  adalah  pemberhentian  dari  jabatan. “Kalau  di daerah lain, kalau saya  tidak  salah akan memberikan  sanksi  seperti  itu. Tujuannya, bahwa    soal  LHKPN  itu   tidak  main-main  dan  harus   diseriusi,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Selama Operasi Cartenz, Satlantas Jaring 513 Pelanggar

   Sebab tentunya,  kata   Sekda  Pauta   yang  akan  mendapat  tegur  nanti  dari KPK  jika  laporan  LHKPN  adalah   kepala  daerah.  Ditanya  lebih lanjut  apakah mereka  yang  belum lapor tersebut karena membandel, Sekda mengaku   tidak  tahu  pasti.  “Saya tidak  tahu. Apakah juga   karena   tidak mengerti cara mengisinya   atau bagaimana. Tapi, kalau  tidak mengerti  seharusnya   konsultasi ke  Inspektorat  bagaimana  cara  pengisian  jika   kendalanya   di situ,’’ tandasnya.

   Sebagaimana  diketahui, dari laporan  Inspektur  Daerah Kabupaten Merauke  bahwa dari 141  pejabat  negara dan pejabat  strategis yang harus  melaporkan  LHKPN   ke KPK sampai  batas  waktu  pertanggal 30  April  2020,  ternyata yang  baru melaporkan  64  orang  atau sekitar 45,36  persen. Sementara yang belum melapor sebanyak 77  orang  atau 54, 61  persen. (ulo/tri)  

Drs. Daniel Pauta  ( FOTO: Sulo/Cepos )

Terkait Sebagian  Besar  Pejabat Belum Laporkan  LHKPN 

MERAUKE- Sekertaris  Daerah Kabupaten Merauke  Drs Daniel  Pauta  memberikan tanggapan  terkait  dengan  pemberian Laporan Harta Kekayaaan  Pejabat Negara  (LHKPN)  pejabat  negara dan  pejabat   strategis lingkup  Pemkab Merauke  ke  KPK  yang  masih  di bawah   50  persen.    

  Menurut  Sekda  Daniel Pauta  bahwa   LHKPN    dilakukan  secara mandiri  oleh setiap  pejabat  yang wajib memberikan  laporan LHKPN  ke  KPK. Bahkan, kata  dia,     jika dibandingkan  dengan  2 tahun lalu, LHKPN    tahun  ini  lebih mudah dan sederhana.

  “Kalau    kita   lihat,   LHKPN    tahun    ini  lebih mudah dan sederhana  dibandingkan  dengan  2 tahun  lalu  yang memang cukup  rumit,’’ kata  Pauta   kepada   Cenderawasih Pos  di Kantor   Bupati Merauke, Selasa (5/5).  

  Sekda Pauta   menjelaskan  bahwa  bupati   telah  memberikan  imbauan  kepada  semua  pejabat   yang  wajib  melaporkan   LHKPN  tersebut untuk segera  memberi   laporan.   Bahkan, kata  dia,   LHKPN  tersebut  telah diperpanjang selama  1 bulan  yang   seharusnya  berakhir 31 Maret  menjadi 30 April 2020. “Tapi  kalau tidak selesai maka itu menjadi   masalah,’’ katanya.  

Baca Juga :  Peningkatan Jalan Menuju Sota Butuh Rp 30 Miliar

  Dalam hal  LHKPN  tersebut, jelas   Sekda Pauta,  bupati  pernah  mengambil suatu   sikap   yang akan memberikan sanksi  tegas  kepada  pejabat  yang tidak mau melaporkan  LHKPN   tersebut.  

  “Ya, kita tunggu saja  beliau punya kebijakan  mengambil tindakan apakah itu  mau  disebut punishman  atau sanksi, maka itulah  yang akan  menjadi  perhatian  kita. Supaya  namanya  kewajiban  ini    harus  punya  kepedulian  untuk melaksanakan dilaksanakan,” tandas  Sekda  Pauta.  

  Dikatakan, dalam   aturan  sudah  sangat   jelas bahwa  bagi  yang  tidak  melaporkan  LHKPN  tersebut, maka  tunjangan  dari pejabat  tersebut  tidak  dibayarkan  dan sanksi  paling  berat  adalah  pemberhentian  dari  jabatan. “Kalau  di daerah lain, kalau saya  tidak  salah akan memberikan  sanksi  seperti  itu. Tujuannya, bahwa    soal  LHKPN  itu   tidak  main-main  dan  harus   diseriusi,’’ jelasnya.

Baca Juga :  Di Merauke, Mayat Seorang Pria Ditemukan Tanpa Busana 

   Sebab tentunya,  kata   Sekda  Pauta   yang  akan  mendapat  tegur  nanti  dari KPK  jika  laporan  LHKPN  adalah   kepala  daerah.  Ditanya  lebih lanjut  apakah mereka  yang  belum lapor tersebut karena membandel, Sekda mengaku   tidak  tahu  pasti.  “Saya tidak  tahu. Apakah juga   karena   tidak mengerti cara mengisinya   atau bagaimana. Tapi, kalau  tidak mengerti  seharusnya   konsultasi ke  Inspektorat  bagaimana  cara  pengisian  jika   kendalanya   di situ,’’ tandasnya.

   Sebagaimana  diketahui, dari laporan  Inspektur  Daerah Kabupaten Merauke  bahwa dari 141  pejabat  negara dan pejabat  strategis yang harus  melaporkan  LHKPN   ke KPK sampai  batas  waktu  pertanggal 30  April  2020,  ternyata yang  baru melaporkan  64  orang  atau sekitar 45,36  persen. Sementara yang belum melapor sebanyak 77  orang  atau 54, 61  persen. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya