Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Papua Salah Satu Sasaran Pengembangan Jagung 

MERAUKE – Kebutuhan jagung di Indonesia yang sebagian besar diimpor dari Argentina dan Brasil, membuat pemerintah terus berupaya untuk melakukan pengembangan agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman L. Hamzah mengungkapkan, Papua merupakan salah satu sasaran untuk pengembangan jagung di Indonesia.

Salah satunya  di Kabupaten Merauke. Ini karena lahan pertanian di Papua, khususnya Merauke masih sangat luas, sangat  yang memungkinkan untuk pengembangan jagung tersebut.

‘’Jagung dan kedelai menjadi sasaran pengembangan setelah padi. Padi kita sudah swasembada. Tapi jagung dan kedelai ini yang sementara dikejar oleh Kementrian Pertanian sesuai kebutuhan untuk 3 komoditas ini kita bisa swasembada,’’ tandas  Sulaeman L. Hamzah pada bimbingan teknis untuk teknik budidaya dan pascapanen jagung bagi 170 petani milenial di Merauke, kemarin.

Baca Juga :  Kalapas: Yang Bandel akan Dimasukkan di Ruang Tahanan Khusus 

Potensi untuk pengembangan jagung di Merauke ini jelas dia dapat dilakukan di Distrik Muting, Ulilin, Elikobel  dan Jagebob.

“Ada harapan besar dari masyarakat Marind. Saya dapat info kemarin bahwa masyarakat Marind menyediakan lahan seluas 180.000 hektar untuk pengembangan jagung dan komoditas lainnya,’’  jelasnya.

Dikatakan, selama ini penanaman jagung dilakukan secara tradisional. Namun dengan Bimtek ini diharapkan ada nilai yang didapatkan, ada teknologi didapatkan, sehingga dari waktu ke waktu ada peningkatan produksi memadai yang diperoleh untuk kesejahteraan keluarga.

Saat membuka Bimtek, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Merauke Ruslan Ramli, SE, M.Si mewakili bupati memberikan apresiasi, terutama bagaimana  peningkatan produksi dan kapasitas para petani.

‘’Saya senang dengan kegiatan seperti ini bahwa kita tidak hanya bicara bagaimana peningkatan kapasitas produksinya, tapi juga bagaimana pasca panennya kita intervensi. Kadang-kadang kita kejar target produksi, tapi lupa soal  pemasarannya,’’tandasnya.

Baca Juga :  Masih di Bawah Umur, Pemilik  Ganja Dibebaskan

Dengan jumlah penduduk 270 juta, pemerintah lanjut Ruslan Ramli berharap tidak hanya swasembada pangan dari padi, tapi juga jagung dan kedelai. ‘’Jadi miris bagi kita dengan lagu Pambers, tongkat ditanam bisa jadi tanaman, tapi kita impor jagung dan kedelai. Padahal, lahan kita masih luas. Ini menjadi tantangan kita semua,’’ terangnya.

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura Kementan, Suharyanto, SP, M.Si,  mengatakan, Tahun 2022 ini Kementan menargetkan produksi beras 55,2 juta ton, jagung 20 juta ton.

‘’Target-target ini untuk memenuhi sekitar 270 juta  penduduk Indonesia dengan kondisi tidak boleh ada kelaparan. Sehingga berbagai upaya kita lakukan, salah satunya Bimtek seperti ini,’’tandasnya. (ulo/tho)      

MERAUKE – Kebutuhan jagung di Indonesia yang sebagian besar diimpor dari Argentina dan Brasil, membuat pemerintah terus berupaya untuk melakukan pengembangan agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman L. Hamzah mengungkapkan, Papua merupakan salah satu sasaran untuk pengembangan jagung di Indonesia.

Salah satunya  di Kabupaten Merauke. Ini karena lahan pertanian di Papua, khususnya Merauke masih sangat luas, sangat  yang memungkinkan untuk pengembangan jagung tersebut.

‘’Jagung dan kedelai menjadi sasaran pengembangan setelah padi. Padi kita sudah swasembada. Tapi jagung dan kedelai ini yang sementara dikejar oleh Kementrian Pertanian sesuai kebutuhan untuk 3 komoditas ini kita bisa swasembada,’’ tandas  Sulaeman L. Hamzah pada bimbingan teknis untuk teknik budidaya dan pascapanen jagung bagi 170 petani milenial di Merauke, kemarin.

Baca Juga :  Merauke Kini Mulai Produksi Pakan Ternak

Potensi untuk pengembangan jagung di Merauke ini jelas dia dapat dilakukan di Distrik Muting, Ulilin, Elikobel  dan Jagebob.

“Ada harapan besar dari masyarakat Marind. Saya dapat info kemarin bahwa masyarakat Marind menyediakan lahan seluas 180.000 hektar untuk pengembangan jagung dan komoditas lainnya,’’  jelasnya.

Dikatakan, selama ini penanaman jagung dilakukan secara tradisional. Namun dengan Bimtek ini diharapkan ada nilai yang didapatkan, ada teknologi didapatkan, sehingga dari waktu ke waktu ada peningkatan produksi memadai yang diperoleh untuk kesejahteraan keluarga.

Saat membuka Bimtek, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Merauke Ruslan Ramli, SE, M.Si mewakili bupati memberikan apresiasi, terutama bagaimana  peningkatan produksi dan kapasitas para petani.

‘’Saya senang dengan kegiatan seperti ini bahwa kita tidak hanya bicara bagaimana peningkatan kapasitas produksinya, tapi juga bagaimana pasca panennya kita intervensi. Kadang-kadang kita kejar target produksi, tapi lupa soal  pemasarannya,’’tandasnya.

Baca Juga :  Nelayan Indonesia Tergiur Gelembung dan Sirip Ikan di Laut PNG

Dengan jumlah penduduk 270 juta, pemerintah lanjut Ruslan Ramli berharap tidak hanya swasembada pangan dari padi, tapi juga jagung dan kedelai. ‘’Jadi miris bagi kita dengan lagu Pambers, tongkat ditanam bisa jadi tanaman, tapi kita impor jagung dan kedelai. Padahal, lahan kita masih luas. Ini menjadi tantangan kita semua,’’ terangnya.

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura Kementan, Suharyanto, SP, M.Si,  mengatakan, Tahun 2022 ini Kementan menargetkan produksi beras 55,2 juta ton, jagung 20 juta ton.

‘’Target-target ini untuk memenuhi sekitar 270 juta  penduduk Indonesia dengan kondisi tidak boleh ada kelaparan. Sehingga berbagai upaya kita lakukan, salah satunya Bimtek seperti ini,’’tandasnya. (ulo/tho)      

Berita Terbaru

Artikel Lainnya