Site icon Cenderawasih Pos

Potensi Kopra di Pulau Numfor Menjanjikan

Warga masyarakat saat menjual kopra basah kepada salah satu pengusaha pengepul kopra di Pulau Numfor. (foto:Ismail/Cenderawasih Pos)

BIAK-Potensi usaha kopra di Pulau Numfor cukup diminati masyarakat. Sebab wilayah dataran rendah yang merupakan salah satu pulau terluar yang masih masuk dalam wilayah Pemerintah Kabupaten Biak Numfor memiliki cukup banyak pohon kelapa. Terutama tiga kampung terdapat di Distrik Bruyadori dan juga pada Distrik Numfor Timur.

Kampung Dafi salah satu penghasil kopra yang menampung sejumlah hasil di Distrik Bruyadori. Dalam kurun waktu dua minggu Patahudin, selaku pengepul kopra sekaligus penggiat usaha kopra di Pulau Numfor ini mengaku dapat menghasilkan kopra kering hingga satu setengah ton dalam kurun waktu dua minggu. Atau setidaknya sekali pengiriman bisa mencapai satu ton lebih.

Pengiriman Kopra dari pulau Numfor ini langsung dikirim ke Pulau Biak. Harga kopra di Pulau Numfor sendiri terbilang cukup murah jika diambil langsung dari masyarakat. Kata Patahudin, sebagian warga masyarkat di Kampung Dafi dan sejumlah kampung lain di Distrik Bruyadori mampu memproduksi kopra kering dan kopra basah. Namun lebih banyak warga langsung memberikan kopra basah, untuk selanjutnya dikeringkan.

Patahudin sendiri memiliki tiga unit alat bakar yang mampu sekali proses pembakaran bisa menampung hingga 300 butir kelapa. Satu butir kelapa di Pulau Numfor bisa dihargai sekitar 800-1000 rupiah perbuah untuk kategori kelapa tua.

Sedangkan untuk proses produksinya yang memakan waktu berhari-hari tergantung dengan kondisi cuaca. Untungnya di Pulau Numfor memiliki curah hujan yang cukup rendah, dan dalam kondisi siang hampir sangat terik. Kondisi cuaca seperti ini yang benar-benar diidamkan oleh para pengusaha kopra di Pulau Numfor.

“Untuk harga kopra perkilo yang kami terima dari Biak cukup rendah, sebab untuk mencapatkan satu kilo kelapa kering bisa mencapai 6-8 buah kelapa. Harga yang diterima di Biak hanya 8 ribu rupiah, belum terhitung biaya kirim dan biaya buruh, serta biaya produksi,” ungkap Patahudin.

Sedangkan untuk kopra yang dijual oleh masyarakat kepada pengepul dikatakan Mantan Kepala Kampung di Distrik Bruyadori Noak Mofu menjelaskan satu kilonya dihargai 2 ribu rupiah, dalam kondisi basah. Harga ini menurut dia masih terlalu murah, sebab tingginya nilai kebutuhan hidup di Pulau Numfor itu.

“Kalau harga jual dari kami bisa lebih tinggi mungkin masyarakat bisa menghasilkan lebih banyak lagi. Karena memang harga bahan kopra disini cukup murah, mudah-mudahan pemerintah bisa melihat hal ini, untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga kita,” ungkap Noak Mofu mewakili kelompok petani kopra warga masyarakat Numfor dari Kampung Dafi, Arini Jaya dan Samberparyem,” harapnya. ( il/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version