Perbandingan dengan tahun lalu juga terlihat pada harga sapi yang mengalami lonjakan signifikan. Tahun lalu, harga sapi berkisar antara Rp 17 juta hingga Rp 25 juta rupiah, sedangkan pada tahun ini harga rata-rata sapi per ekor mencapai Rp 30 hingga Rp 35 juta rupiah. Kenaikan harga ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah kurban dengan jumlah lebih banyak.
Di balik itu semua, ada fakta menarik mengenai keberadaan sapi yang cukup langka di Biak. Biasanya, sapi-sapi untuk kurban di Biak dikirim dari daerah luar seperti Kabupaten Nabire, namun tahun ini pengiriman sapi dari Kabupaten Nabire tidak dapat dilakukan karena adanya larangan dari pemerintah setempat. Rencana untuk mendatangkan satu ekor sapi dari Manokwari juga batal dilaksanakan.
Namun, ada keunikan yang mencengangkan terkait dengan sapi kurban di Biak. Salah satu sapi yang akan dikurbankan pada Idul Adha kali ini merupakan bantuan dari Presiden Prabowo, yang tercatat sebagai sapi dengan bobot terbesar di Papua.
Sapi ini diternakkan di Biak dan telah dibesarkan selama 4 tahun. Meskipun demikian, peternakan sapi di Biak masih terbatas dan sebagian besar kebutuhan sapi kurban dipenuhi oleh stok lokal.
Meski populasi sapi di Biak sendiri tercatat sekitar 800 ekor, kebutuhan kurban setiap tahun berkisar antara 125 hingga 200 ekor. Namun, kekurangan pasokan sapi dan terbatasnya produksi lokal menyebabkan tantangan besar dalam memenuhi permintaan kurban di Idul Adha tahun ini.(il/wen).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos