SARMI– Petani bawang merah di SP2, Distrik Bonggo, Sarmi, akhirnya mencatatkan panen perdana dengan hasil estimasi 1 ton dari lahan seperempat hektar. Keberhasilan ini tidak lepas dari penggunaan obat anti-hama dan fungisida, meski ketersediaan bahan tersebut masih menjadi kendala serius di wilayah itu.
Kepala Dinas Pertanian Sarmi, Maria Marau, mengungkapkan bahwa obat-obatan pertanian seperti pestisida dan fungisida harus didatangkan dari Jayapura atau Arso.
“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani. Namun, kami berkomitmen melanjutkan pendampingan, termasuk memastikan ketersediaan bibit dan pupuk,” tegasnya.
Ia berharap, kesuksesan panen perdana ini bisa memacu semangat petani, khususnya generasi milenial, untuk terjun ke budidaya bawang merah.”Ini bukti bahwa dengan penanganan tepat, bawang bisa tumbuh baik di Sarmi,” ujarnya.
Seput Senter, salah satu petani bawang, mengaku bahwa jamur menjadi ancaman terbesar. Pasalnya, hama seperti kutu atau belalang masih bisa dilihat, tapi jamur tidak. Makanya sejak awal para petani harus rajin menyemprot fungisida.
Selain jamur, petani juga terbebani oleh sulitnya mendapatkan benih dan pupuk setelah penyemprotan.”Kalau tidak ada stok, kami harus menunggu lama karena pengiriman dari luar daerah,” keluhnya.
Dinas Pertanian Sarmi berjanji akan memperjuangkan solusi atas kelangkaan sarana produksi pertanian ini, sekaligus mendorong ekspansi penanaman bawang sebagai komoditas baru yang menjanjikan.(roy)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos