Wednesday, April 30, 2025
23.7 C
Jayapura

Hampir Setiap Hari Kena Liur Anjing, Anggap yang Penting Bukan Dosa Besar

Ditanya soal status yang beragama Islam namun justru menangani komunitas anjing yang notabene berpotensi terkena najis dan akan mengganggu ketika hendak melakukan ibadah, kata Fais, najis bukanlah dosa yang permanent atau bisa dihilangkan dengan air bersih, dengan sabun atau sabun sulfur yang sudah bisa menghilangkan najis itu sendiri.

“Jadi bagi saya najis bukanlah dosa permanen dan bukan dosa yang tak bisa dimaafkan,” tegasnya.

“Dari agama memang kurang bagus tapi semua mahluk hidup diciptakan oleh sang pencipta,” tangkisnya. Dan berkaitan dengan tanggapan keluarga terhadap hobi atau aktifitas dengan komunitas anjing, menurut Fais awalnya memang sempat ditentang namun lama kelamaan bisa dimaklumi.

Baca Juga :  Harus Terus Berjuang, Semangat Pemuda Tidak Boleh Padam

“Tidak bisa karena najis kemudian menghina, memukul dan akhirnya anjing trauma dan di dalam agama harus bisa menjaga semua mahluk Allah,” paparnya.

Untungnya kesin-kesini akhirnya sang istri bisa menerima. Yang jelas lanjut Fais jika ingin terus merawat maka pemilih atau tuannya juga tidak memperlakukan satwa semena-mena apalagi yang terancam punah.

“Yang penting sih harus sering dipegang dan diajak berkomunikasi karena pada dasarnya anjing-anjing ini ,” imbuhnya.

Dan selama hampir 23 tahun menangani anabul berbagai karakter, dikatakan ia juga pernah digigit anjing. Ini karena anabul memiliki sikap protektif melindungi wilayahnya. “Dan ketika itu saya kebetulan melintas dan dikejar kemudian digigit,” tambah Fais.

Baca Juga :  Tertidur di Selasar Hotel, Seorang Pemuda Buat Panik Warga

“Dan tiap owner memiliki cara mendidik yang berbeda-beda makanya harus sering dilakukan sharing. Owner perlu memastikan hewan peliharaannya tidak membahayakan bagi orang lain,” singgung Fais.

Sementara terkait soal agama, dijelaskan bahwa ia memang kerap terkena najis ketika mengurus anabul. Namun setelah itu ketika hendak salat maka harus dibersihkan tuntas. “Bagi saya ini bukan perbuatan apalagi disebut dosa permanent atau dosa besar apalagi saat ini sudah banyak sabun yang mengandung sulfur. Nah itu juga bisa digunakan,” tutupnya (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Ditanya soal status yang beragama Islam namun justru menangani komunitas anjing yang notabene berpotensi terkena najis dan akan mengganggu ketika hendak melakukan ibadah, kata Fais, najis bukanlah dosa yang permanent atau bisa dihilangkan dengan air bersih, dengan sabun atau sabun sulfur yang sudah bisa menghilangkan najis itu sendiri.

“Jadi bagi saya najis bukanlah dosa permanen dan bukan dosa yang tak bisa dimaafkan,” tegasnya.

“Dari agama memang kurang bagus tapi semua mahluk hidup diciptakan oleh sang pencipta,” tangkisnya. Dan berkaitan dengan tanggapan keluarga terhadap hobi atau aktifitas dengan komunitas anjing, menurut Fais awalnya memang sempat ditentang namun lama kelamaan bisa dimaklumi.

Baca Juga :  FX Wambon Nahkodai Pemuda Katolik Komda Papua Selatan 

“Tidak bisa karena najis kemudian menghina, memukul dan akhirnya anjing trauma dan di dalam agama harus bisa menjaga semua mahluk Allah,” paparnya.

Untungnya kesin-kesini akhirnya sang istri bisa menerima. Yang jelas lanjut Fais jika ingin terus merawat maka pemilih atau tuannya juga tidak memperlakukan satwa semena-mena apalagi yang terancam punah.

“Yang penting sih harus sering dipegang dan diajak berkomunikasi karena pada dasarnya anjing-anjing ini ,” imbuhnya.

Dan selama hampir 23 tahun menangani anabul berbagai karakter, dikatakan ia juga pernah digigit anjing. Ini karena anabul memiliki sikap protektif melindungi wilayahnya. “Dan ketika itu saya kebetulan melintas dan dikejar kemudian digigit,” tambah Fais.

Baca Juga :  Kurang Perhatian Pemerintah, Jembatan Terlihat  Kumuh Tak Terawat

“Dan tiap owner memiliki cara mendidik yang berbeda-beda makanya harus sering dilakukan sharing. Owner perlu memastikan hewan peliharaannya tidak membahayakan bagi orang lain,” singgung Fais.

Sementara terkait soal agama, dijelaskan bahwa ia memang kerap terkena najis ketika mengurus anabul. Namun setelah itu ketika hendak salat maka harus dibersihkan tuntas. “Bagi saya ini bukan perbuatan apalagi disebut dosa permanent atau dosa besar apalagi saat ini sudah banyak sabun yang mengandung sulfur. Nah itu juga bisa digunakan,” tutupnya (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya