Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Faktor Pelatih, Main Sepenuh Hati, dan Size yang ”Does Matter”

Sukses Timnas Basket Cetak Sejarah Raih Emas Pertama di SEA Games

Sebelum berangkat ke Vietnam, timnas basket digembleng dalam enam laga yang disimulasikan sebagai para calon lawan di SEA Games. Target selanjutnya minimal masuk delapan besar Asia agar bisa bermain di Piala Dunia tahun depan.

RIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta

TIM nasional (timnas) basket putra Indonesia sudah menjalani ”SEA Games” sebelum SEA Games itu sendiri dihelat. Main enam kali dengan lawan yang tidak ringan: para pemain asing yang bermain di sini.

Berakit-rakit dahulu memang, tapi hasilnya tim asuhan Milos Pejic itu bersenang-senang kemudian. Timnas basket putra 5×5 mencatat sejarah dengan merebut emas untuk kali pertama sepanjang keikutsertaan di SEA Games.

Lawan yang ditaklukkan adalah tim yang sangat dominan selama ini, Filipina. Level Filipina bahkan sudah Asia. Mereka juara Asia terbanyak setelah Tiongkok. Sepanjang sejarah pesta olahraga Asia Tenggara, hanya tiga kali negeri yang beribu kota di Manila itu gagal juara di basket.

Dua kali oleh Malaysia (1979 dan 1989) serta sekarang oleh Arki Dikania Wisnu dkk. Raihan itu dilengkapi timnas basket putri 5×5 yang berhasil merebut perak meskipun liga basket perempuan vakum saat ini. Raihan tersebut mengulangi capaian pada 2015.

Tak mengherankan kalau kemudian segenap elemen timnas basket merayakan keberhasilan itu dengan sangat ekspresif. Mereka berteriak, menari, dan sebagian lagi menangis setelah laga di Thanh Tri Gymnasium, Hanoi, itu berakhir dengan skor 85-81 untuk Merah Putih. Sebelumnya, prestasi terbaik Indonesia di SEA Games adalah empat kali merah perak: 2001, 2007, 2015, dan 2017. ”Kami memainkan permainan yang bagus dan itu yang terpenting bagi saya,” kata Pejic.

Enam scrimmage game sebelum SEA Games, dari 22 April sampai 6 Mei, melawan 10 pemain asing yang bermain di Indonesian Basketball League (IBL) tadi adalah salah satu rancangan Pejic. Dalam menjalankan tugas, pelatih asal Serbia itu dibantu kompatriotnya yang duduk sebagai direktur teknik: Rajko Toroman.

Pejic mengasumsikan enam laga tadi sebagai enam laga yang harus dijalani Indonesia di SEA Games. ”Kami berlatih dengan sangat keras,” katanya.

Baca Juga :  Menginap di Bibir Kawah Bawa Kubis dan Bawang Merah

Kerangka tim yang dibawa Pejic ke Vietnam juga lengkap. Memadukan para penggawa berpengalaman seperti Arki Dikania Wisnu dan Andakara Prastawa dengan bakat-bakat baru semacam Agassi Goantara dan Yudha Saputera serta tambahan para big man: Marques Bolden, Derrick Michael Xzavierro, Brandon Jawato, Dame Diagne. Bolden, Jawato, dan Diagne merupakan para pemain naturalisasi. Adapun Derrick keturunan Kamerun.

Kehadiran Derrick dan Bolden diakui Pejic melengkapi kekuatan tim asuhannya. ”Semua bisa melihat efek kehadiran Derrick dan Bolden di tim,” ujarnya.

Bolden dinaturalisasi lewat jalur prestasi. Tujuan utamanya membantu Indonesia dalam ajang FIBA Asia Cup 2021. Dia pernah dikontrak jangka pendek oleh klub NBA Cleveland Cavaliers dan terakhir bermain di G League (semacam development league bentukan NBA) bersama Salt Lake City Stars.

Dia juga mantan pemain di kampus yang dikenal sebagai gudang pebasket andal, Duke. Sebelumnya, di masa SMA, dia memperkuat De Sotto High School, Texas, serta mencatat rata-rata 23,4 poin; 10,2 rebound; dan 2,6 block shot di tahun seniornya. Dia juga dinobatkan sebagai Texas Mr Basketball dan TABC 6A Player of the Year, penghargaan bagi pebasket SMA yang dianggap paling berbakat.

Di SEA Games Vietnam, Bolden hanya bermain di dua game terakhir. Dan, dari dua laga itu, pemain kelahiran Amerika Serikat bertinggi 208 meter tersebut bermain penuh cuma di laga pemungkas melawan Filipina yang juga tak ubahnya final. Sebelum berduel, Indonesia maupun Filipina sama-sama telah memenangi lima laga sebelumnya dalam sistem round-robin yang mempertemukan semua tim peserta.

Menurut Pejic, Bolden dan Derrick yang tingginya sama-sama di atas 2 meter berperan sangat penting, terutama untuk rebound. ”Baik defensive maupun offensive rebound,” kata pelatih yang mengantar Satria Muda juara IBL 2021 tersebut.

Itu terbukti di laga melawan Filipina. Bolden sangat menonjol dengan catatan 18 poin, 10 rebound, dan 3 assist. Sementara itu, Derrick adalah pendulang angka terbanyak bagi Indonesia di SEA Games kali ini dengan 89 poin.

Baca Juga :  Melalui Pendidikan Bisa Angkat Harkat dan Martabat Orang Papua

Faktor penting lain dalam kesuksesan Indonesia adalah bergulirnya IBL 2022. Karena sudah digembleng di klub masing-masing, para pemain tak perlu memulai dari awal ketika bergabung dengan timnas.

Dihubungi Jawa Pos secara terpisah, Sekjen PP Perbasi Nirmala Dewi menuturkan bahwa menjadi tuan rumah FIBA World Cup 2023 merupakan salah satu yang membuat tim putra terpacu dan harus melompat tinggi. ”Suka tidak suka kami harus upgrade. Untuk itu, kami serius sekali dan alhamdulillah menghasilkan medali emas di SEA Games,” ujarnya.

Dia menyebutkan, target tim sejatinya bukanlah di SEA Games. Tapi bisa menembus delapan besar pada FIBA Asia Cup 2022 agar dapat bermain di Piala Dunia yang dituanrumahi Indonesia tahun depan.

Ajang tersebut bakal dihelat di Indonesia pada 12–24 Juli. Ada 16 tim yang sudah memastikan diri lolos. ”Setelah membuktikan keseriusan dengan meraih emas SEA Games, kami harus tembus delapan besar FIBA Asia,” ujarnya.

Di level setinggi itu, kehadiran para pemain naturalisasi memang dibutuhkan. Augie Fantinus, manajer timnas basket putri di SEA Games 2015, menyebut kehadiran Bolden dan Jawato menambah kekuatan serta kepercayaan diri tim. Juga Derrick yang tingginya sama menjulangnya. Selain size mereka yang ”does matter (benar-benar penting)”, Augie memuji Bolden dan Derrick yang bermain sepenuh hati. ”Mau defense, mau melakukan rebound, dan apa saja. Shooter-shooter kita jadi merasa lebih nyaman,” ujarnya.

Kehadiran dua pemain tersebut seperti melengkapi kepingan puzzle yang hilang. Sebab, Indonesia disebut sudah mencoba beberapa kali naturalisasi pemain dengan size besar sebagai big man. Tapi, hanya mereka yang mau bermain dengan hati dan disiplin menerapkan sistem yang digariskan pelatih sehingga bisa membuahkan kerja sama tim yang bagus.

”Dan ternyata bagi saya Bolden bisa dan mau. Bukan masalah dia pemain NBA G-League. Tapi bagaimana dia melakukan sepenuh hati,” ucapnya.

Augie tentu juga mengapresiasi semua anggota tim. ”Mereka layak menangis terharu. Mereka bagian dari sejarah besar. Saya saja yang cuma penonton bangga luar biasa karena raihan ini,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Sukses Timnas Basket Cetak Sejarah Raih Emas Pertama di SEA Games

Sebelum berangkat ke Vietnam, timnas basket digembleng dalam enam laga yang disimulasikan sebagai para calon lawan di SEA Games. Target selanjutnya minimal masuk delapan besar Asia agar bisa bermain di Piala Dunia tahun depan.

RIZKY AHMAD FAUZI, Jakarta

TIM nasional (timnas) basket putra Indonesia sudah menjalani ”SEA Games” sebelum SEA Games itu sendiri dihelat. Main enam kali dengan lawan yang tidak ringan: para pemain asing yang bermain di sini.

Berakit-rakit dahulu memang, tapi hasilnya tim asuhan Milos Pejic itu bersenang-senang kemudian. Timnas basket putra 5×5 mencatat sejarah dengan merebut emas untuk kali pertama sepanjang keikutsertaan di SEA Games.

Lawan yang ditaklukkan adalah tim yang sangat dominan selama ini, Filipina. Level Filipina bahkan sudah Asia. Mereka juara Asia terbanyak setelah Tiongkok. Sepanjang sejarah pesta olahraga Asia Tenggara, hanya tiga kali negeri yang beribu kota di Manila itu gagal juara di basket.

Dua kali oleh Malaysia (1979 dan 1989) serta sekarang oleh Arki Dikania Wisnu dkk. Raihan itu dilengkapi timnas basket putri 5×5 yang berhasil merebut perak meskipun liga basket perempuan vakum saat ini. Raihan tersebut mengulangi capaian pada 2015.

Tak mengherankan kalau kemudian segenap elemen timnas basket merayakan keberhasilan itu dengan sangat ekspresif. Mereka berteriak, menari, dan sebagian lagi menangis setelah laga di Thanh Tri Gymnasium, Hanoi, itu berakhir dengan skor 85-81 untuk Merah Putih. Sebelumnya, prestasi terbaik Indonesia di SEA Games adalah empat kali merah perak: 2001, 2007, 2015, dan 2017. ”Kami memainkan permainan yang bagus dan itu yang terpenting bagi saya,” kata Pejic.

Enam scrimmage game sebelum SEA Games, dari 22 April sampai 6 Mei, melawan 10 pemain asing yang bermain di Indonesian Basketball League (IBL) tadi adalah salah satu rancangan Pejic. Dalam menjalankan tugas, pelatih asal Serbia itu dibantu kompatriotnya yang duduk sebagai direktur teknik: Rajko Toroman.

Pejic mengasumsikan enam laga tadi sebagai enam laga yang harus dijalani Indonesia di SEA Games. ”Kami berlatih dengan sangat keras,” katanya.

Baca Juga :  Jenuh Kelamaan Menunggu, Pedagang Berjualan dengan Lapak Darurat

Kerangka tim yang dibawa Pejic ke Vietnam juga lengkap. Memadukan para penggawa berpengalaman seperti Arki Dikania Wisnu dan Andakara Prastawa dengan bakat-bakat baru semacam Agassi Goantara dan Yudha Saputera serta tambahan para big man: Marques Bolden, Derrick Michael Xzavierro, Brandon Jawato, Dame Diagne. Bolden, Jawato, dan Diagne merupakan para pemain naturalisasi. Adapun Derrick keturunan Kamerun.

Kehadiran Derrick dan Bolden diakui Pejic melengkapi kekuatan tim asuhannya. ”Semua bisa melihat efek kehadiran Derrick dan Bolden di tim,” ujarnya.

Bolden dinaturalisasi lewat jalur prestasi. Tujuan utamanya membantu Indonesia dalam ajang FIBA Asia Cup 2021. Dia pernah dikontrak jangka pendek oleh klub NBA Cleveland Cavaliers dan terakhir bermain di G League (semacam development league bentukan NBA) bersama Salt Lake City Stars.

Dia juga mantan pemain di kampus yang dikenal sebagai gudang pebasket andal, Duke. Sebelumnya, di masa SMA, dia memperkuat De Sotto High School, Texas, serta mencatat rata-rata 23,4 poin; 10,2 rebound; dan 2,6 block shot di tahun seniornya. Dia juga dinobatkan sebagai Texas Mr Basketball dan TABC 6A Player of the Year, penghargaan bagi pebasket SMA yang dianggap paling berbakat.

Di SEA Games Vietnam, Bolden hanya bermain di dua game terakhir. Dan, dari dua laga itu, pemain kelahiran Amerika Serikat bertinggi 208 meter tersebut bermain penuh cuma di laga pemungkas melawan Filipina yang juga tak ubahnya final. Sebelum berduel, Indonesia maupun Filipina sama-sama telah memenangi lima laga sebelumnya dalam sistem round-robin yang mempertemukan semua tim peserta.

Menurut Pejic, Bolden dan Derrick yang tingginya sama-sama di atas 2 meter berperan sangat penting, terutama untuk rebound. ”Baik defensive maupun offensive rebound,” kata pelatih yang mengantar Satria Muda juara IBL 2021 tersebut.

Itu terbukti di laga melawan Filipina. Bolden sangat menonjol dengan catatan 18 poin, 10 rebound, dan 3 assist. Sementara itu, Derrick adalah pendulang angka terbanyak bagi Indonesia di SEA Games kali ini dengan 89 poin.

Baca Juga :  Perlu Bangun Lapak Darurat, Dinsos Upayakan Bantuan Bagi Korban Kebakaran

Faktor penting lain dalam kesuksesan Indonesia adalah bergulirnya IBL 2022. Karena sudah digembleng di klub masing-masing, para pemain tak perlu memulai dari awal ketika bergabung dengan timnas.

Dihubungi Jawa Pos secara terpisah, Sekjen PP Perbasi Nirmala Dewi menuturkan bahwa menjadi tuan rumah FIBA World Cup 2023 merupakan salah satu yang membuat tim putra terpacu dan harus melompat tinggi. ”Suka tidak suka kami harus upgrade. Untuk itu, kami serius sekali dan alhamdulillah menghasilkan medali emas di SEA Games,” ujarnya.

Dia menyebutkan, target tim sejatinya bukanlah di SEA Games. Tapi bisa menembus delapan besar pada FIBA Asia Cup 2022 agar dapat bermain di Piala Dunia yang dituanrumahi Indonesia tahun depan.

Ajang tersebut bakal dihelat di Indonesia pada 12–24 Juli. Ada 16 tim yang sudah memastikan diri lolos. ”Setelah membuktikan keseriusan dengan meraih emas SEA Games, kami harus tembus delapan besar FIBA Asia,” ujarnya.

Di level setinggi itu, kehadiran para pemain naturalisasi memang dibutuhkan. Augie Fantinus, manajer timnas basket putri di SEA Games 2015, menyebut kehadiran Bolden dan Jawato menambah kekuatan serta kepercayaan diri tim. Juga Derrick yang tingginya sama menjulangnya. Selain size mereka yang ”does matter (benar-benar penting)”, Augie memuji Bolden dan Derrick yang bermain sepenuh hati. ”Mau defense, mau melakukan rebound, dan apa saja. Shooter-shooter kita jadi merasa lebih nyaman,” ujarnya.

Kehadiran dua pemain tersebut seperti melengkapi kepingan puzzle yang hilang. Sebab, Indonesia disebut sudah mencoba beberapa kali naturalisasi pemain dengan size besar sebagai big man. Tapi, hanya mereka yang mau bermain dengan hati dan disiplin menerapkan sistem yang digariskan pelatih sehingga bisa membuahkan kerja sama tim yang bagus.

”Dan ternyata bagi saya Bolden bisa dan mau. Bukan masalah dia pemain NBA G-League. Tapi bagaimana dia melakukan sepenuh hati,” ucapnya.

Augie tentu juga mengapresiasi semua anggota tim. ”Mereka layak menangis terharu. Mereka bagian dari sejarah besar. Saya saja yang cuma penonton bangga luar biasa karena raihan ini,” katanya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya