Wednesday, December 25, 2024
25.7 C
Jayapura

Dulu Mikir Pawon dan Primbon, Kini Mikir Schedule dan Plan B

Namun sekali lagi, istri dari Prof Dr Apolo Safanpo itu mengingatkan agar meski memiliki jabatan karir yang tinggi dan menjanjikan namun seorang wanita harus tetap mengingat kodrat sebagai seorang perempuan. Sosok yang tetap harus  paham mana porsi ke keluarga, pekerjaan dan juga anak – anak.

Hal lain disampaikan Feronita S Kirana. Wanita yang menjadi komandan lapangan ketika terjadi kebakaran di Kota Jayapura ini  menegaskan bahwa ada wanita hebat yang senantiasa menyiapkan generasi hebat lainnya lewat doa – doanya.

“Seorang ibu itu menggambarkan kekuatan, ketegaran dan keihklasan.    Kekuatan itu tidak saja berangkat dari rahimnya yang selalu menjadi tempat ternyaman bagi janin yang ada dalam kandungannya, tapi sekaligus menjadi sumber kehidupan,” kata Feronita.

Feronita menjelaskan soal wanita yang tak bisa lagi dianggap lemah dan selalu diposisikan sebagai lapis kedua.

Baca Juga :  Sudah Ada Sejak Pulau Terbentuk,  Pisah Setelah Beda Keinginan

“Ibu menggambarkan kekuatan karena terlahir perempuan-perempuan kuat dalam berbagai panggilan tugasnya, selain dari kehebatannya menjadi ibu bagi anak-anaknya,” kata Feronita. 

Ketegaran menggambarkan sosok perempuan disepanjang hayat, tegar melintasi badai hidup, melintasi berbagai gelombang dan hantaman tanpa diketahui seberapa hebatnya hantaman itu, seberapa lama, tapi selalu terlahir perempuan tegar dalam setiap doa-doa yang panjang. “Bagi saya disitulah doa seorang ibu,” imbuhnya.

Poin lainnya adalah sosok perempuan atau ibu memiliki karakter ikhlas. Kalimat yang diajarkan tanpa harus ia belajar dan berkata. Hari-harinya menggambarkan keikhlasan yang diberi. Tak peduli berapa kali ia terluka, ia dikhianati, ia dikecewakan, dia menangis dalam diamnya, tapi lagi-lagi dia ikhlas. “Coma saat ini agak irono karena pergeseran waktu dan masa seolah-olah perempuan lupa menjadi pendoa bagi anak dan sesame,” ucap Feronita.

“Banyak dari mereka yang memilih dalam hingar bingar dunia, memilih dalam sikap hidup westernasi, dan melupakan nilai hidup dan pengajaran budaya, etika yang ditanamkan dalam keluarga,” imbuh Feronita mencatat.

Baca Juga :  Hotel Numbay dan Mapia Sumber PAD Untuk Papua

Iapun berharap makin kesini perempuan harus semakin kuatdan terus melahirkan generasi hebat.  Wanita yang menjabat sebagai Kabid Damkar Kota Jayapura ini juga melihat bahwa saat  ini masih banyak bentuk  kekerasan baik secara verbal, seks, maupun fisik  yang dialami perempuan. Selain itu masih ada bentuk diskriminasi, kesenjangan karier  termasuk stereotip gender.

“Dengan berbagai kondisi ini terkadang melahirkan wanita pejuang yang memberdayakan diri, berjuang mati-matian untuk mewujudkan harapan dan mimpinya meski di tengah hambatan dan tekanan. Untungnya kondisi ini justru menjadikan banyak perempuan makin siap dan hari-harinya,” tutup Feronita. (*)

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Namun sekali lagi, istri dari Prof Dr Apolo Safanpo itu mengingatkan agar meski memiliki jabatan karir yang tinggi dan menjanjikan namun seorang wanita harus tetap mengingat kodrat sebagai seorang perempuan. Sosok yang tetap harus  paham mana porsi ke keluarga, pekerjaan dan juga anak – anak.

Hal lain disampaikan Feronita S Kirana. Wanita yang menjadi komandan lapangan ketika terjadi kebakaran di Kota Jayapura ini  menegaskan bahwa ada wanita hebat yang senantiasa menyiapkan generasi hebat lainnya lewat doa – doanya.

“Seorang ibu itu menggambarkan kekuatan, ketegaran dan keihklasan.    Kekuatan itu tidak saja berangkat dari rahimnya yang selalu menjadi tempat ternyaman bagi janin yang ada dalam kandungannya, tapi sekaligus menjadi sumber kehidupan,” kata Feronita.

Feronita menjelaskan soal wanita yang tak bisa lagi dianggap lemah dan selalu diposisikan sebagai lapis kedua.

Baca Juga :  Belasan Saksi Sudah Diperiksa

“Ibu menggambarkan kekuatan karena terlahir perempuan-perempuan kuat dalam berbagai panggilan tugasnya, selain dari kehebatannya menjadi ibu bagi anak-anaknya,” kata Feronita. 

Ketegaran menggambarkan sosok perempuan disepanjang hayat, tegar melintasi badai hidup, melintasi berbagai gelombang dan hantaman tanpa diketahui seberapa hebatnya hantaman itu, seberapa lama, tapi selalu terlahir perempuan tegar dalam setiap doa-doa yang panjang. “Bagi saya disitulah doa seorang ibu,” imbuhnya.

Poin lainnya adalah sosok perempuan atau ibu memiliki karakter ikhlas. Kalimat yang diajarkan tanpa harus ia belajar dan berkata. Hari-harinya menggambarkan keikhlasan yang diberi. Tak peduli berapa kali ia terluka, ia dikhianati, ia dikecewakan, dia menangis dalam diamnya, tapi lagi-lagi dia ikhlas. “Coma saat ini agak irono karena pergeseran waktu dan masa seolah-olah perempuan lupa menjadi pendoa bagi anak dan sesame,” ucap Feronita.

“Banyak dari mereka yang memilih dalam hingar bingar dunia, memilih dalam sikap hidup westernasi, dan melupakan nilai hidup dan pengajaran budaya, etika yang ditanamkan dalam keluarga,” imbuh Feronita mencatat.

Baca Juga :  Harus Tahan Hujan dan Panas, Sering Tidak Laku dan Harus Dibawa Pulang

Iapun berharap makin kesini perempuan harus semakin kuatdan terus melahirkan generasi hebat.  Wanita yang menjabat sebagai Kabid Damkar Kota Jayapura ini juga melihat bahwa saat  ini masih banyak bentuk  kekerasan baik secara verbal, seks, maupun fisik  yang dialami perempuan. Selain itu masih ada bentuk diskriminasi, kesenjangan karier  termasuk stereotip gender.

“Dengan berbagai kondisi ini terkadang melahirkan wanita pejuang yang memberdayakan diri, berjuang mati-matian untuk mewujudkan harapan dan mimpinya meski di tengah hambatan dan tekanan. Untungnya kondisi ini justru menjadikan banyak perempuan makin siap dan hari-harinya,” tutup Feronita. (*)

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/