Saturday, November 23, 2024
28.7 C
Jayapura

Dorong Generasi Muda Pahami Nilai Sejarah dan Noken Sebagai  Warisan Dunia 

   Setelah proses edukasi itu dilakukan, para pelajar kemudian mempraktekan secara bertahap tentang merajut noken. Alhasil siswa kelas VIII itu  berhasil membuat sebuah tas kecil, yang meskipun hanya setengah jadi.

   Meski sudah berhasil merajut separuh, namun Ia mengaku masih butuh belajar yang lebih banyak lagi, sebab sebagian bahan dasar yang mereka gunakan selama kegiatan tersebut, menggunakan barang jadi yang dibawa tim sanggar. “Mungkin kedepannya sekolah bisa gahas kegiatan seperti ini, sehingga kami bisa lebih aktif belajar merajut,” saran Anjelo.

  Jika Anjelo hanya mampu merajut hingga setengah jadi, berbeda dengan Awila Nouw, siswa kelas XI, SMK N 8 TIK Jayapura itu berhasil merajut noken bahkan hanya dengan waktu tiga hari.

Baca Juga :  Jaga Kuliner Asli Papua, Mendorong Kelestarian Alam Papua

   Bahkan hingga saat acara pameran itu berlangsung Ia telah merajut hampir sepuluh buat noken.

Merajutnya, noken bukan hal baru baginya sebab kedua orang tuanya pengrajin noken, Ia pun sejak sejak kecil sudah diajarkan untuk merajut dan menganyam noken. “Sejak SMP saya sudah mulai sedikit mahir merajut noken, apalgi ditambah adanya program Nomase ini seperi menhigupkan kembali ilmu yang saya dapat dari orang tua selama ini,” tuturnya.

   Ia berharap adanya perhatian pemerintah agar noken tersebut bisa dilestarikan hingga generasi penerus.  “Karena saya berpikir bahwa anak Papua sekerang mungkin sebagian ada yang tidak tau cara rajut noken, sehingga saya harap program Nomase ini bisa digalakan secara setiap bulan,” tandasnya.

Baca Juga :  Buku Pelajaran Tak Sempat Terbawa Mengungsi, Hanya Beberapa Diktat

   Setelah proses edukasi itu dilakukan, para pelajar kemudian mempraktekan secara bertahap tentang merajut noken. Alhasil siswa kelas VIII itu  berhasil membuat sebuah tas kecil, yang meskipun hanya setengah jadi.

   Meski sudah berhasil merajut separuh, namun Ia mengaku masih butuh belajar yang lebih banyak lagi, sebab sebagian bahan dasar yang mereka gunakan selama kegiatan tersebut, menggunakan barang jadi yang dibawa tim sanggar. “Mungkin kedepannya sekolah bisa gahas kegiatan seperti ini, sehingga kami bisa lebih aktif belajar merajut,” saran Anjelo.

  Jika Anjelo hanya mampu merajut hingga setengah jadi, berbeda dengan Awila Nouw, siswa kelas XI, SMK N 8 TIK Jayapura itu berhasil merajut noken bahkan hanya dengan waktu tiga hari.

Baca Juga :  Gubernur dan Kapolda NTT Wajib Lindungi Mahasiswa Papua di Kupang

   Bahkan hingga saat acara pameran itu berlangsung Ia telah merajut hampir sepuluh buat noken.

Merajutnya, noken bukan hal baru baginya sebab kedua orang tuanya pengrajin noken, Ia pun sejak sejak kecil sudah diajarkan untuk merajut dan menganyam noken. “Sejak SMP saya sudah mulai sedikit mahir merajut noken, apalgi ditambah adanya program Nomase ini seperi menhigupkan kembali ilmu yang saya dapat dari orang tua selama ini,” tuturnya.

   Ia berharap adanya perhatian pemerintah agar noken tersebut bisa dilestarikan hingga generasi penerus.  “Karena saya berpikir bahwa anak Papua sekerang mungkin sebagian ada yang tidak tau cara rajut noken, sehingga saya harap program Nomase ini bisa digalakan secara setiap bulan,” tandasnya.

Baca Juga :  Kasus Cenderung Meningkat, Perlu Penanganan dan Pencegahan yang Lebih Serius

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/