Sunday, November 24, 2024
24.7 C
Jayapura

Anak-anak Lebih Antusias,  Budaya Prokes Sebagian Mulai Tertanam

Penerapan Prokes Pasca Meredanya Covid-19 di Sekolah dan Tempat Umum

Pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Papua, Jayapura sudah mulai mereda. Bahkan, status pandemi kini sudah beralih ke endemi, karena virus Covid-19 ini, layaknya batuk dan flu yang tak bisa hilang sepenuhnya. Lantas sejauh mana penerapan prokes saat ini di lingkungan sekolah dan area publik?

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Keramaian suasana sekolah saat istirahat pelajaran memang belum begitu terlihat di SD Negeri Kotaraja, Selasa (19/4). Hal ini disebabkan, karena sekolah masih memberlakukan pembelajaran tatap muka 50 persen dari kapasistas ruang kelas. Aktifitas belajar sekolah pun diatur per sesi, untuk memberikan jarak dan ruang, yang lebih leluasa dalam belajar.

  Sistem pembelajaran tatap muka di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kotaraja pada semester II tahun ajaran 2021/2022  ini memang masih mengacu pada kebijakan Dinas pendidikan kota Jayapura yaitu pemberlakuan sekolah tatap muka dengan sistem persesi.

  Dorce Elsye Mano Spd.,M.Si. Kepala Sekolah SD Negeri Kotaraja mengatakan meskipun   kasus covid-19 di Kota Jayapura terus menurun, namun penerapan protokol kesahatan bagi siswa dan guru tetap menjadi perhatian serius. Dia pun  mengaku bangga terhadap antusias siswa dalam menaati protokol kesehatan.

  Yang mana perhatian terhadap protokol kesehatan setiap siswa SD Negeri Kotaraja seakan sudah menjadi budaya dan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

  “Pemahaman anak-anak ini terkait pentingnya menggunakan masker sungguh luar biasa. Tanpa harus dituntun untuk mencuci tangan, tapi justru mereka sendri yang melakukan itu dan bahkan mereka saling menegur satu sama lain jika ada yang tidak atau pun lupa mencuci tangan, dan juga mengenakan maskernya”, tutur Dorce Elsye Mano kepada Cendrawasih Pos Selasa (19/4).

Baca Juga :  Rute Berubah, Biaya Bertambah

  Melihat antusias siswa dalam menaati protokol kesehatan, Dorce Elsye Mano mengharapkan agar Dinas Pendidikan segera melakukan pengkajian ulang terkait penerapan sekolah tatap muka 50 persen., Karena menurutnya  penerapan sekolah persesi seperti ini masih belum mampu memberikan pelayanan secara efektif, yang mana keterbatasan jam pelajaran salah satu faktor utama untuk meningkatkan daya serap pada setiap materi yang diberikan oleh pengajar (guru) kepada murid.

  “Memang ada sedikit perubahan terkait kecekatan mereka dalam merespon setiap materi yang kami berikan, namun 2 jam waktu pembelajaran tatap muka masih belum cukup untuk meningkatkan kualitas pendidikan  para siswa,”ujar Dorce Mano.

  Dikatakanya hal paling penting dalam pendidikan sekolah dasar yaitu, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh siswa. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi secara langsung melalui pendekatan secara rasional.

   “Selama pembelajaran jarak jauh memang kami berperan aktif memberikan materi serta berbagai macam upaya agar mereka tetap mendapatkan pendidikan  yang layak, namun sistem ini sangat kurang efektif dalam pengembangan potensi mereka.”ungkapnya.

Baca Juga :  Pak Harto Boyong ke Istana, SBY Jadi Pelanggan sejak di Akmil

   “Karena hal yang paling mendasar bagi mereka adalah daya sentuhan secara langsung oleh guru. Diakui siatem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) hanya mengingkatkan kecerdasan secara materi, namun dampaknya pada pengembangan mental sangat rendah,”jelas Dore Elsye Mano.

  Selain aktifitas pada sektor pendidikan,  Cendrawasih Pos juga memantau aktifitas di sektor ekonomi seperti di Jayamart Entrop, terlihat semua pengunjung di sana menggunakan masker,  dan salah satu pengunjung yang namanya enggan dikorankan mengatakan menaati protokol kesehatan sudah menjadi keibasaan sehari hari dan bahkan terasa janggal jika tidak mengenakan masker saat keluar rumah.

  “Malu saja sih sama orang lain seakan kita datang hanya menyebarkan virus kepada orang sekitar, pun juga jika ada orang yang tidak menggunakam masker, macam merasa risih namun mau tegur tapi tidak punya kapasitas”, tuturnya.

  Diapun mengaku jika kebiasaan mencuci tangan sebelum masuk tempat umum sedikit berkurang, namun baginya tidak pernah lupa akan membawa Hand sanitizer setiap kali keluar rumah. Dan menurutnya hal yang paling penting mengatasi persoalan pandemi tidak boleh berkerumun.

   “Yang paling pentingkan tidak boleh berkerumun ya apalagi di tempat umum seperti ini kan kita tidak tau apakah semua  pembeli sehat atau tidak, jadi saling mengerti saja sih. Kalau di kasir masih ada yang antre, ya kita yang lain tunggu sampai mereka selelasi transaksi.”tuturnya. (*/tri))

Penerapan Prokes Pasca Meredanya Covid-19 di Sekolah dan Tempat Umum

Pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Papua, Jayapura sudah mulai mereda. Bahkan, status pandemi kini sudah beralih ke endemi, karena virus Covid-19 ini, layaknya batuk dan flu yang tak bisa hilang sepenuhnya. Lantas sejauh mana penerapan prokes saat ini di lingkungan sekolah dan area publik?

Laporan: Carolus Daot_Jayapura

Keramaian suasana sekolah saat istirahat pelajaran memang belum begitu terlihat di SD Negeri Kotaraja, Selasa (19/4). Hal ini disebabkan, karena sekolah masih memberlakukan pembelajaran tatap muka 50 persen dari kapasistas ruang kelas. Aktifitas belajar sekolah pun diatur per sesi, untuk memberikan jarak dan ruang, yang lebih leluasa dalam belajar.

  Sistem pembelajaran tatap muka di Sekolah Dasar (SD) Negeri Kotaraja pada semester II tahun ajaran 2021/2022  ini memang masih mengacu pada kebijakan Dinas pendidikan kota Jayapura yaitu pemberlakuan sekolah tatap muka dengan sistem persesi.

  Dorce Elsye Mano Spd.,M.Si. Kepala Sekolah SD Negeri Kotaraja mengatakan meskipun   kasus covid-19 di Kota Jayapura terus menurun, namun penerapan protokol kesahatan bagi siswa dan guru tetap menjadi perhatian serius. Dia pun  mengaku bangga terhadap antusias siswa dalam menaati protokol kesehatan.

  Yang mana perhatian terhadap protokol kesehatan setiap siswa SD Negeri Kotaraja seakan sudah menjadi budaya dan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

  “Pemahaman anak-anak ini terkait pentingnya menggunakan masker sungguh luar biasa. Tanpa harus dituntun untuk mencuci tangan, tapi justru mereka sendri yang melakukan itu dan bahkan mereka saling menegur satu sama lain jika ada yang tidak atau pun lupa mencuci tangan, dan juga mengenakan maskernya”, tutur Dorce Elsye Mano kepada Cendrawasih Pos Selasa (19/4).

Baca Juga :  Khahabey si Penguasa Kini Terancam, Pola Budidaya Perlu Dicoba

  Melihat antusias siswa dalam menaati protokol kesehatan, Dorce Elsye Mano mengharapkan agar Dinas Pendidikan segera melakukan pengkajian ulang terkait penerapan sekolah tatap muka 50 persen., Karena menurutnya  penerapan sekolah persesi seperti ini masih belum mampu memberikan pelayanan secara efektif, yang mana keterbatasan jam pelajaran salah satu faktor utama untuk meningkatkan daya serap pada setiap materi yang diberikan oleh pengajar (guru) kepada murid.

  “Memang ada sedikit perubahan terkait kecekatan mereka dalam merespon setiap materi yang kami berikan, namun 2 jam waktu pembelajaran tatap muka masih belum cukup untuk meningkatkan kualitas pendidikan  para siswa,”ujar Dorce Mano.

  Dikatakanya hal paling penting dalam pendidikan sekolah dasar yaitu, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh siswa. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi secara langsung melalui pendekatan secara rasional.

   “Selama pembelajaran jarak jauh memang kami berperan aktif memberikan materi serta berbagai macam upaya agar mereka tetap mendapatkan pendidikan  yang layak, namun sistem ini sangat kurang efektif dalam pengembangan potensi mereka.”ungkapnya.

Baca Juga :  22 Kasus Tahun 2022, Meningkat Jadi 70 Kasus pada 2023

   “Karena hal yang paling mendasar bagi mereka adalah daya sentuhan secara langsung oleh guru. Diakui siatem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) hanya mengingkatkan kecerdasan secara materi, namun dampaknya pada pengembangan mental sangat rendah,”jelas Dore Elsye Mano.

  Selain aktifitas pada sektor pendidikan,  Cendrawasih Pos juga memantau aktifitas di sektor ekonomi seperti di Jayamart Entrop, terlihat semua pengunjung di sana menggunakan masker,  dan salah satu pengunjung yang namanya enggan dikorankan mengatakan menaati protokol kesehatan sudah menjadi keibasaan sehari hari dan bahkan terasa janggal jika tidak mengenakan masker saat keluar rumah.

  “Malu saja sih sama orang lain seakan kita datang hanya menyebarkan virus kepada orang sekitar, pun juga jika ada orang yang tidak menggunakam masker, macam merasa risih namun mau tegur tapi tidak punya kapasitas”, tuturnya.

  Diapun mengaku jika kebiasaan mencuci tangan sebelum masuk tempat umum sedikit berkurang, namun baginya tidak pernah lupa akan membawa Hand sanitizer setiap kali keluar rumah. Dan menurutnya hal yang paling penting mengatasi persoalan pandemi tidak boleh berkerumun.

   “Yang paling pentingkan tidak boleh berkerumun ya apalagi di tempat umum seperti ini kan kita tidak tau apakah semua  pembeli sehat atau tidak, jadi saling mengerti saja sih. Kalau di kasir masih ada yang antre, ya kita yang lain tunggu sampai mereka selelasi transaksi.”tuturnya. (*/tri))

Berita Terbaru

Artikel Lainnya