Upaya BPBD Kota Jayapura Membentuk TRC Untuk Penanganan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC). Tim ini diharapkan mampu membantu dengan cepat pada saat ada berbagai musibah di Kota Jayapura. Lantas sejauh mana kesiapan TRC BPBD Kota Jayapura selama ini?
Laporan: Priyadi Jayapura
Sebagai ibu kota Provinsi Papua, Kota Jayapura masih menjadi daerah rawan bencana. Baik itu ancaman bencana banjir, tanah longsor dan kebakaran. Oleh karena itu, dalam upaya mitigasi bencana tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura telah memiliki Tim Reaksi Cepat.
Tim Reaksi Cepat atau TRC ini tugasna, melaksanakan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana pada saat tanggap darurat meliputi penilaian kebutuhan, penilaian kerusakan dan kerugian.
Kepala BPBD Kota Jayapura Asep M. Khalid melalui Kabid Kedaruratan Rabit Sukoco mengatakan, untuk TRC BPBD Kota Jayapura sudah terbentuk dan persoeilnya maupun pengurusnya tentu ada SKnya. Untuk TRC BPBD Kota Jayapura ada 30 orang personel, baik dari BPBD Kota Jayapura maupun dari organisasi lainnya seperti RAPI, maupun personil lainnya.
Tugas TRC BPBD Kota Jayapura sendiri selama ini melakukan pengkajian secara cepat dan tepat di lokasi bencana dalam waktu tertentu. Terutama mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana prasarana dan gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan pemerintahan.
Disamping itu, juga memperhitungkan kemampuan sumber daya alam maupun buatan. Memberikan saran yang tepat dalam upaya penanganan bencana, dengan tugas tambahan membantu Satkorlak, Satlak kabupaten/kota untuk mengkoordinasikan sektor yang terkait dalam penanganan darurat bencana.
“Untuk persyaratan menjadi anggota TRC BPBD tentu mempunyai kualifikasi sehat jasmani/rohani, telah mengikuti pelatihan/workshop TRC dan berpengalaman di bidang kedaruratan bencana, “ungkapnya.
Syarat lainnya, bersedia ditugaskan ke lokasi bencana minimal 3 hari sampai dengan 7 hari. Karena tuntutan tugas tersebut, maka yang pasti harus punya jiwa kemanusiaan. “Sebab, kita melayani masyarakat, sehingga jiwa sewaktu-waktu ada musibah malam ditelepon dia tidak mau atau susah, tentu tidak bisa jadi personel TRC,” ungkap Rabit kepada wartawan Cenderawasih Pos, Selasa (15/11) kemarin.
Rabit mengakui, memang personil TRC BPBD tidak diberikan gaji bulanan mereka bekerja secara ikhlas, jika pun ada 1 tahun sekali melalui DPA dan ini tidak banyak. Untuk jam kerja TRC BPBD Kota Jayapura juga tidak begitu ketat, tidak juga terbagi dalam shift 1×24 jam yang penting handphone selalu aktif. Jika sewaktu-waktu ada musibah, personel tahu dan langsung ke TKP, namun untuk petugas BPBD yang masuk dalam TRC tentu ada shif khusus, terutama pada hari Sabtu dan Minggu, karena biasanya musibah banyak terjadi hari itu.
“Untuk TRC BPBD menjalankan tugasnya jika ada kejadian dan laporan masyarakat seperti ada banjir, tanah longsor, termasuk kebakaran hutan atau kebakaran rumah, jika memang itu banyak nanti akan kerjasama dengan Dinas Sosial,” katanya.
Untuk memberikan skill pada personel TRC BPBD personel juga diberikan pelatihan baik dalam mengevakuasi korban, membuat tenda, memasang tenda dan lainnya dan pelatihan seperti ini TRC BPBD Kota Jayapura sudah diberikan. Selain itu, TRC BPBD Kota Jayapura juga tidak berdiri sendiri, mereka juga bekerjasama dengan tim SAR, Tagana dan OPD terkait serta TNI/Polri.
Menurutnya, kendala TRC BPBD Kota Jayapura memang personel masih sangat terbatas, contohnya saja jika ada musibah di beberapa titik di Kota Jayapura jika personel semua diturunkan dan menyebar tentu kurang sekali.
Oleh karena itu, kerjasama dengan SAR, Tagana dan lainnya ini sangat dibutuhkan demi kelancaran dan membantu mengatasi musibah yang ada. Untuk TRC BPBD memang selama ini yang paling banyak membantu sekali jika ada banjir, contohnya banjir yang menimpa di Organda dan Pasar Youtefa Abepura, personel TRC BPBD turun mengevakuasi warga dan pedagang dengan menggunakan perahu karet.
“Kami juga berikan pelatihan skill personel, ada di jawa melalui BNPB di Batujajar dan lainnya supaya mereka juga punya skill yang mumpuni dan selesai pelatihan juga bisa memberikan ilmu pelatihannya ke personel lainnya,” jelasnya.
Menurut Rabit untuk kendala lain juga transportasi kendaraan yang kurang, personel terbatas, skill personel juga masih banyak yang belum menguasai untuk bawa speedboat karena masih mengandalkan teman-teman dari Yoka yang bisa membawa speedboat atau motor Jhonson, sehingga butuh pelatihan khusus. (*/tri)