Dikatakan, tujuan awal didirikan Percetakan ini adalah untuk mencetak surat-surat Gerejawi milik GKI di Tanah Papua seperti: Surat Sidi, Surat Baptis dan Surat Nikah, ujian anak sekolah dilingkup yayasan GKI di Tanah Papua, namun seiring dengan berjalannya waktu karena mesin atau alat percetakan banyak yang rusak akhirnya aktifitas percetakan tak lagi maksimal.
Produk percetakan yang dihasilkan Percetakan GKI mulai berkurang, tidak bisa melayani semuanya termasuk hanya dilakukan di gereja wilayah Jayapura saja tidak seperti dulu di seluruh Tanah Papua.
Diakui, sejak berdiri Percetakan GKIÂ pengerjaan percetakan dikerjakan oleh beberapa orang karyawan pada saat itu. Mesin cetak digunakan berasal dari Jerman. Ketika itu didatangkan pada 1968 yaitu mesin cetak tinggi atau HEIDELBERG.
“Eksistensi percetakan masih tetap ada, namun hanya digunakan secara internal karena keterbatasan produksi akibat mesin yang sudah tua. Untuk meningkatkan kinerja, manajemen juga perlu dilakukan perbaikan,” kata Gustav.
“Saat ini, kami telah menunjuk seorang kepala percetakan sementara untuk mengawasi pekerjaan dan memastikan kelancaran proses produksi,”bebernya.
Menurutnya, langkah kedepan untuk Percetakan GKI direncanakan akan dilaksanakan pembangunan atau dilakukan renovasi, BP Sinode GKI bekerja secara bertahap, berkaitan dengan pengembangan ekonomi gereja, ini tetap ada dalam agenda besar Perencanaan GKI Tanah Papua yang nanti diusulkan di tahun berikutnya dalam aset dan ekonomi Gereja.
Lanjutnya, untuk lokasi percetakan GKI memang lahannya sangat terbatas, karena sebelahnya sudah ada banyak bangunan, untuk rencana renovasi pembangunan tentu dipikirkan juga bagaimana baiknya renovasi yang tepat. Kemudian jika bangunan sudah dibangun, tentu hal yang dipikirkan adalah untuk mesin percetakannya harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kemajuan harus ada kompetensi supaya dalam melakukan percetakan tidak membutuhkan waktu lama lebih hemat semuanya.