Sunday, August 3, 2025
27.2 C
Jayapura

Roh Kudus Persatukan Semua Suku Bangsa, Jadi Kekuatan Bagi yang Menghayati Iman

  Kepada Cenderawasih Pos, Pastor Felix mengatakan perayaan Pentakosta menjadi perayaan utama dalam Gereja Kristen yang menandai awal misi gereja. “Ibadah ini (Pentakosta) menjadi perayaan utama dalam Gereja Kristen yang menandai awal misi gereja. Pentakosta memperingati peristiwa penting dalam sejarah gereja di mana Roh Kudus mencurah ke atas para rasul, memberdayakan mereka untuk menyebarkan Injil,” jelas Pastor Felix, Minggu (8/6) seusai ibadah di Kotaraja.

  Jika biasanya umat yang hadir dalam perayaan ini mengenakan berbusana merah, senada warna liturgi di hari raya Pentakosta. Namun kali ini justru berbeda,  terlihat umat katolik Paroki Kristus Juruselamat Kotaraja kompak mengenakan busana adat dari masing-masing daerah.

  Dari pantauan Cenderawasih Pos di lokasi Umat Katolik Paroki tersebut merayakannya perayaan ibadah Pentakosta dengan penuh suka cita serta khidmat dalam perayaan Ekaristi. Terlihat, Tarian adat dari tanah Toraja mengiringi Misa tersebut. Sementara mengantarkan persembahan syukur berupa buah-buahan dan lainnya, diiringi dengan tari-tarian tradisional dari Flores, NTT.

Baca Juga :  Ganja 4 Kg Hasil Penangkapan di Pelabuhan Dimusnahkan

  Dalam khotbahnya Pr Felix mengatakan bahwa hendaklah umat bersatu di dalam Tuhan sebab di dalam Tuhan tidak ada perbedaan baik dari suku Batak, Sulawesi, Maluku, Jawa, Toraja, NTT ataupun Papua kita tetap satu di dalam Tuhan.

  Lebih lanjut Pr Felix menjelaskan, gereja menghayati Pantekosta sebagai peristiwa dimana semua suku disatukan dalam satu roh. Karena turunnya Roh Kudus untuk mempertemukan semua suku bangsa, sehingga iman itu menjadi iman yang mempersatukan.

  “Apalagi orang Katholik, iman itu menyatukan semua orang apabila kita sungguh-sungguh menghayati dengan benar bahwa roh itu, roh yang memberikan kekuatan dengan benar bagi semua orang,” ujarnya.

  Jelasnya suku budaya di Papua khususnya Kota Jayapura seperti ibaratnya tubuh manusia. Karena satu bagian tubuh itu tidak bisa mengklaim dirinya menjadi yang terbaik. Pasti dibutuhkan support sehingga dapat berjalan semua. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari pasti saling membantu dan membutuhkan satu sama lain.

Baca Juga :  75 % Remaja Gangguan Jiwa, Akibat Penyalahgunaan Narkoba

  Adapun dalam perayaan tersebut doa umat dibacakan dengan beberapa bahasa daerah diantaranya, Bahasa Port Numbay (Tobati), Kei Maluku, Batak, Manado dan bahasa Jawa. Terkhusus untuk doa umat bahasa Tobati dibacakan oleh Christian FR Ireeuw selaku tokoh umat Paroki Kristus Juru Selamat Kotaraja.

  Kepada Cenderawasih Pos, Pastor Felix mengatakan perayaan Pentakosta menjadi perayaan utama dalam Gereja Kristen yang menandai awal misi gereja. “Ibadah ini (Pentakosta) menjadi perayaan utama dalam Gereja Kristen yang menandai awal misi gereja. Pentakosta memperingati peristiwa penting dalam sejarah gereja di mana Roh Kudus mencurah ke atas para rasul, memberdayakan mereka untuk menyebarkan Injil,” jelas Pastor Felix, Minggu (8/6) seusai ibadah di Kotaraja.

  Jika biasanya umat yang hadir dalam perayaan ini mengenakan berbusana merah, senada warna liturgi di hari raya Pentakosta. Namun kali ini justru berbeda,  terlihat umat katolik Paroki Kristus Juruselamat Kotaraja kompak mengenakan busana adat dari masing-masing daerah.

  Dari pantauan Cenderawasih Pos di lokasi Umat Katolik Paroki tersebut merayakannya perayaan ibadah Pentakosta dengan penuh suka cita serta khidmat dalam perayaan Ekaristi. Terlihat, Tarian adat dari tanah Toraja mengiringi Misa tersebut. Sementara mengantarkan persembahan syukur berupa buah-buahan dan lainnya, diiringi dengan tari-tarian tradisional dari Flores, NTT.

Baca Juga :  Ganja 4 Kg Hasil Penangkapan di Pelabuhan Dimusnahkan

  Dalam khotbahnya Pr Felix mengatakan bahwa hendaklah umat bersatu di dalam Tuhan sebab di dalam Tuhan tidak ada perbedaan baik dari suku Batak, Sulawesi, Maluku, Jawa, Toraja, NTT ataupun Papua kita tetap satu di dalam Tuhan.

  Lebih lanjut Pr Felix menjelaskan, gereja menghayati Pantekosta sebagai peristiwa dimana semua suku disatukan dalam satu roh. Karena turunnya Roh Kudus untuk mempertemukan semua suku bangsa, sehingga iman itu menjadi iman yang mempersatukan.

  “Apalagi orang Katholik, iman itu menyatukan semua orang apabila kita sungguh-sungguh menghayati dengan benar bahwa roh itu, roh yang memberikan kekuatan dengan benar bagi semua orang,” ujarnya.

  Jelasnya suku budaya di Papua khususnya Kota Jayapura seperti ibaratnya tubuh manusia. Karena satu bagian tubuh itu tidak bisa mengklaim dirinya menjadi yang terbaik. Pasti dibutuhkan support sehingga dapat berjalan semua. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari pasti saling membantu dan membutuhkan satu sama lain.

Baca Juga :  Jangan Hanya X-Banner Pajak tapi Harusnya Ada Terkait Plastik Sekali Pakai

  Adapun dalam perayaan tersebut doa umat dibacakan dengan beberapa bahasa daerah diantaranya, Bahasa Port Numbay (Tobati), Kei Maluku, Batak, Manado dan bahasa Jawa. Terkhusus untuk doa umat bahasa Tobati dibacakan oleh Christian FR Ireeuw selaku tokoh umat Paroki Kristus Juru Selamat Kotaraja.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya