Tuesday, June 17, 2025
26.7 C
Jayapura

Berkumpul dan Bercerita Tentang Kegelisahan, Tantangan, Perjuangan dan Hidup

Sementara di tempat lain puluhan mahasiswa di USTJ juga menggelar diskusi memperingati hari perempuan sedunia. Diskusi ini mengambil tema nasib perempuan Papua dalam cengkraman kapitalisme, kolonialisme, dan militerisme di tanah Papua. Dari pantauan Cenderawasih Pos ada sebuah spanduk dan beberapa poster berisi kritikan keras terhadap kebijakan pemerintah. Mereka meminta untuk menghentikan semua bentuk kekerasan terhadap perempuan di tanah Papua, mereka juga menyatakan bahwa perempuan bukan budak seks, perempuan Papua berhak penuh atas dirinya.

Diungkapkan Yokbeth Felle seorang aktivis perempuan Papua sekaligus narasumber bahwa banyak perempuan Papua yang hingga sekarang masih mengalami kekerasan baik secara fisik maupun secara psikis terutama di daerah rawan konflik. Banyak perempuan Papua yang terus berjuang untuk melakukan advokasi-advokasi serta melakukan kegiatan trauma healing kepada para korban kekerasan di daerah konflik seperti di Kabupaten Maybrat, Nduga, Puncak Jayapura dan beberapa daerah lainnya.

Baca Juga :  Pasca Pandemi, Misa Bernuansa Budaya dan Ibadah Akbar Digelar Lagi

“Banyak bentuk kekerasan yang dialami perempuan mulai dari kekerasan seksual, rumah dibakar, anak-anak tidak bersekolah  dimana secara tidak langsung mereka telah dimiskinkan oleh keadaan karena. Ada juga yang  harus mengungsi dari suatu wilayah ke wilayah lain,” ungkap Yokbeth.

Ditegaskan bahwa saat ini perempuan Papua benar-benar mengalami kekerasan yang berlapis-lapis. Karena itu mengimbau agar masyarakat bisa saling memahami apa arti dari penindasan itu sendiri. “Gereja punya peran penting untuk mendukung melakukan ibadah untuk masyarakat,” tutupnya. (*)

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Sementara di tempat lain puluhan mahasiswa di USTJ juga menggelar diskusi memperingati hari perempuan sedunia. Diskusi ini mengambil tema nasib perempuan Papua dalam cengkraman kapitalisme, kolonialisme, dan militerisme di tanah Papua. Dari pantauan Cenderawasih Pos ada sebuah spanduk dan beberapa poster berisi kritikan keras terhadap kebijakan pemerintah. Mereka meminta untuk menghentikan semua bentuk kekerasan terhadap perempuan di tanah Papua, mereka juga menyatakan bahwa perempuan bukan budak seks, perempuan Papua berhak penuh atas dirinya.

Diungkapkan Yokbeth Felle seorang aktivis perempuan Papua sekaligus narasumber bahwa banyak perempuan Papua yang hingga sekarang masih mengalami kekerasan baik secara fisik maupun secara psikis terutama di daerah rawan konflik. Banyak perempuan Papua yang terus berjuang untuk melakukan advokasi-advokasi serta melakukan kegiatan trauma healing kepada para korban kekerasan di daerah konflik seperti di Kabupaten Maybrat, Nduga, Puncak Jayapura dan beberapa daerah lainnya.

Baca Juga :  Dijadikan Pusat HUT Kota Jayapura, Jadi Momen Untuk Bangkit Kembali

“Banyak bentuk kekerasan yang dialami perempuan mulai dari kekerasan seksual, rumah dibakar, anak-anak tidak bersekolah  dimana secara tidak langsung mereka telah dimiskinkan oleh keadaan karena. Ada juga yang  harus mengungsi dari suatu wilayah ke wilayah lain,” ungkap Yokbeth.

Ditegaskan bahwa saat ini perempuan Papua benar-benar mengalami kekerasan yang berlapis-lapis. Karena itu mengimbau agar masyarakat bisa saling memahami apa arti dari penindasan itu sendiri. “Gereja punya peran penting untuk mendukung melakukan ibadah untuk masyarakat,” tutupnya. (*)

 

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya