Melihat dari Dekat Usaha Kerajinan Batok Kelapa “Sae Berdikari” di Skow Sae, Muara Tami
Potensi pohon kelapa di Kampung Skow Sae, Distrik Muara Tami memang berlimpah. Oleh karena itu, sejak 2015 silam, Hans Nally menggeluti kerajinan batok kelapa. Usaha yang diberi nama ‘Sae Berdikari’ juga melibatkan warga setempat dan hasilnya dipasarkan hingga keluar negeri.
Laporan: Elfira-Jayapura
Deru suara mesin memecah keheningan di ruangan produksi batok kelapa milik Hans Nally, Sabtu (2/11) petang. Rumah produksi ini beralamatkan di Jalan Hanurata, Kampung Skouw Sae, Distrik Muara Tami. Tepatnya berhadapan dengan Balai Posyandu Kampung Skouw Sae.
Di ruangan berukuran 6 kali 9 meter itu, jari-jarinya bergumul dengan batok kelapa. Sesekali ia tersenyum lalu melanjutkan pekerjaannya, sembari mempersilahkan duduk di kursi kayu.
Sejak 2015 silam ayah tujuh anak ini menggeluti kerajinan batok kayu. Usahanya diberi nama ‘Sae Berdikari’. Di sini, segala bentuk kerajinan tersedia. Mulai dari cangkir, piring, tempat buah, tempat lampu hias, sendok, tas, asbak, cerek, vas bunga dan berbagai souvenir lainnya.
“Harganya bervariasi, dari ribuan hingga ratusan ribu,” ucap pria lulusan bangku SMA ini.
Kerajinan yang dibuatnya tak sekadar dipasarkan di Jayapura, melainkan ke luar daerah, bahkan ke luar negeri. Ia pernah menerima pesanan sebanyak dua kali dari warga Jakarta.
Tak hanya itu, pria yang jago memahat kayu ini juga pernah menerima pesanan dari luar negeri yaitu Swiss, Brazil, Australia hingga Jerman. Rata-rata yang melakukan pemesanan adalah restoran dan hotel.
“Pesanan empat negara ini didominasi lampu hias dan tas berbahan dasar batok kelapa,” terangnya.
Selain menjual hasil kerajinannya ke luar negeri, Hans dan kelompok binaanya juga mengisi beberapa galeri milik Dinas Provinsi Papua. Bahkan saat perhelatan PON 2021, 200 tas buatannya ludes terjual.
Cenderawasih Pos pun mengulik lebih jauh tentang Sae Berdikari yang dibangun Hans. Menurutnya, usaha ini digagasnya sejak 2015 silam, dengan tujuan membina generasi muda yang ada di wilayah yang jaraknya tak jauh dari PNG itu.
Hingga kini, ayah tujuh anak itu telah memiliki empat kelompok binaan perajin batok kelapa yang berada di Kota Jayapura, Kampung Skouw Mabo, Skouw Sae dan Mosso. Tentunya dengan back up dari BNN Provinsi Papua.
“Melalui usaha ini, saya bisa melahirkan pemuda yang pintar dalam mengolah potensi batok kelapa menjadi benda yang memiliki nilai jual,” ujarnya.