Kemudian lanjut I. Gede , makna lain dari visi dan misinya itu adalah ISBI hadir untuk mengkaji dan menganalisis berbagai fenomena seni dan budaya. Mampu menggali dan mengembangkan potensi seni dan budaya lokal agar mampu bersaing dalam konstalasi global, dan mampu mengembangkan kewirausahaan dalam mengelola aktivitas seni dan budaya.
Terlepas dari perkembangannya saat ini tampak ada kendala yang mereka hadapi, salah satunya fasilitas seperti gedung. Dimana sepuluh tahun berdiri, ISBI tanah Papua belum juga memiliki gedung sendiri.
Dengan perkembangan jumlah dosen, tenaga kependidikan serta jumlah mahasiswa yang terus meningkat diiringi kebutuhan sarana dan prasarana yang lebih kompleks, maka pihaknya berharap adanya dukungan dari pemerintah baik provinsi maupun pusat untuk membantu mendirikan gedung uang repsentasi bagi mereka.
Saat ini kami sedang bangun gedung baru yang di Koya Koso, Distrik Muara Tami. Pengerjaannya mater plannya sudah rampung dan target tahun depan mulai tahap pembangunan fisik (Gedung Kuliah Terpadu) yang akan dibiayai oleh SBSN (Surat Berharga Syariah Negara). “Kami harap adanya dukungan dari pemerintah daerah tapi juga pemerintah pusat,” harapnya.
Dikatakan di usia 10 tahun ini ISBI tanah Papua mengangkat Temat “10 Tahun Dedikasi ISBI Tanah Papua, Membangun Jati Diri Seni Budaya, Melestarikan Tradisi, Mengukir Masa Depan”.
Tema itu diangkat sebagai bentuk komitmen dan kontribusi ISBI Tanah Papua selama 10 tahun berdiri. “Satu dekade merupakan pencapaian yang signifikan untuk sebuah institusi, terutama dalam membangun dan memperkuat peran strategis dalam bidang seni dan budaya,” jelasnya.
Dikatakan meski belum memiliki Kampus yang representatif namun capaian ISBI untuk peningkatan mutu pendididkan sudah sangat luar biasa. Dimana Oktober 2024, pihaknya baru memberangkatkan 13 peserta meliputi dosen dan mahasiswa mengikuti ivent International Djogja Earthsound Festival (IDEF) di Kampus ISI Yogyakarta.
Dengan membawakan karya seni dari Kampung Yokiwa, Sentani berjudul “Akhokoy” Ivent ini sebagai wadah kreatif sekaligus peluang untuk memperluas jaringan di antara seniman nasional dan internasional.
Kemudian dalam waktu dekat pihaknya akan mengutus salah satu dosen ke Australia, untuk melakukan kegiatan pengabdian internasional dengan Balinese Society of Australia Inc. Rektor sendiri akan ke Australia untuk melakukan MoU dengan University of Adelaide Australia, dan Flinders University Australia.
“Kegiatan kegiatan ini kami lakukan sebagai langkah untuk memperkenalkan kepada dunia tentang pendidikan seni kita di Papua,” tuturnya