Seiring berjalannya waktu, Reggae di Papua tumbuh subur, ditandai dengan banyaknya band-band lokal seperti De Sagoo, Tropico Rasta, The Coment Rasta, Rasmel Band, Barabib Band, Meyyom One Band, Wone Roots, Anak Danau Band, Nolokla Band, Ucle Mario, Meuwodide Band, Yoma Band, Ulagai Band dan beberapa nama lainnya.
Tapi nama Dave Solution mungkin menjadi salah satu penyanyi reggae asal Papua yang paling dikagumi. Lagu-lagunya kerap menempati top play list lagu cafe-cafe. Dave sendiri kini tengah menyiapkan konser di luar negeri. Cenderawasih Pos berkesempatan bertanyak banyak dengan ketua komunitasnya, Thedy Pekei. Dikatakan banyak band-band reggae Papua yang liriknya mengangkat isu-isu sosial, lingkungan, dan juga harapan untuk masa depan yang lebih baik, mirip dengan pesan-pesan yang sering diusung oleh para musisi reggae di Jamaika.
“Perkembangan reggae di Jayapura sendiri cukup berkembang pesat dan maju dan saat ini tidak hanya grup band saja yang menyanyikan lagu reggae tetapi dari gendre lain juga bernyanyi lagu reggae sehingga reggae ini musik universal yang dapat dinikmati, diresapi di seluruh kalangan,” ungkap Ketua Komunitas Rasta Kribo Papua, Thedy Pekei kepada Cenderawasih Pos, Selasa (2/7).
Anak-anak Reggae di Papua, khususnya di Jayapura kini aktif manggung di berbagai acara, dari kafe-kafe kecil hingga festival musik. Mereka tidak hanya membawakan lagu-lagu hits reggae internasional, tetapi juga menciptakan karya-karya orisinal dengan sentuhan kearifan lokal Papua.
Lebih dari sekadar panggung, komunitas ini juga sering terlibat dalam kegiatan sosial, seperti kampanye lingkungan, penggalangan dana untuk bencana alam, dan program-program pemberdayaan masyarakat. Ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai luhur reggae tentang kepedulian sosial dan solidaritas diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami biasanya memberikan edukasi kepada khalayak umum, memberikan donasi kepada mereka yang tertimpa musibah. Membantu UMKM Papua, membantu bencana alam di Wasior, Sentani dan pengungsi Nduga di Wamena hingga masyarakat Korowai,” ujar Thedy.
“Membersihkan pantai di Holtekamp,” sambungnya. Ia bertutur, bahwa reggae tak selamanya soal tarik suara atau manggung melulu. Tapi mereka juga menyalurkan bakat mereka lewat bidang literasi seperti membuat buku legendaris Black Brothers dan beberapa buku novel dan puisi (penyair Igirt Alqatiri dkk).