Wednesday, November 19, 2025
25.8 C
Jayapura

Koridor Sempit dan Titik Gelap Ciptakan “ruang peluang” Kejahatan

Melyana menyebut legitimitas dan akuntabilitas inilah yang memulihkan trust dan prasyarat utama pencegahan kejahatan jalanan. Lalu pada sektor ekonomi, begal sering berkelindan dengan pengangguran muda, peluang ekonomi malam yang sempit, dan ketimpangan akses.

Keamanan manusia menegaskan bahwa kerentanan ekonomi memicu perilaku berisiko terutama bila ada jaringan penadah atau “ekonomi bayangan” yang menerima barang curian. Alhasil solusinya bukan hanya patroli, tapi paket kebijakan peluang.

Yang bisa didorong yakni program kerja malam yang aman (night economy) di koridor terang dan terpantau, pelatihan keterampilan cepat bagi pemuda, dukungan usaha mikro OAP, serta intervensi berbasis komunitas untuk memutus rantai penjualan hasil kejahatan.

“Setiap rupiah untuk membuka lapangan kerja pemuda di titik rawan adalah investasi pencegahan kejahatan.Pada sektor sosial-budaya dan lingkungan, desain kota Jayapura kontur perbukitan, koridor sempit, dan titik gelap justru menciptakan ‘ruang peluang’ bagi pelaku,” bebernya.

Baca Juga :  Tetap Berjualan Meski Sudah Ada Larangan

Lanjut dosen yang menjabat sebagai pembantu dekan Fisip ini human security bisa mendorong rekayasa lingkungan. Mulai dari penerangan jalan bertenaga surya di lintasan rawan, CCTV terintegrasi disimpul mobilitas yang ditempatkan di halte, pasar, maupun jembatan, ini bisa menjadi jalur pulang aman bagi pekerja malam dan mahasiswa.

“Tak lupa transport publik dengan jadwal pasti hingga malam hari. Yang terjadi saat ini sulit pekerja pulang malam karena yang saya sebut di atas belum tersedia. Orang malah ketakutan pulang kerja malam apalagi ditempat yang memang minim cahaya,” imbuh Melyana.

Kemudian hal lain yang perlu disentuh adalah level sosial, penguatan norma komunitas, kegiatan pemuda berbasis budaya lokal, layanan konseling adiksi, serta edukasi keselamatan pribadi guna mempertebal penjagaan informal atau natural surveillance. Melyana menyebut bahwa kombinasi rekayasa ruang dan penguatan kohesi sosial justru terbukti menurunkan insiden kejahatan jalanan yang terjadi di banyak kota.

Baca Juga :  Saling Maaf-Memaafkan, Dilanjutkan dengan Budaya Bakar Batu

Ia memberi catatan bahwa untuk sektor keamanan langsung, pendekatan human security perlu menekankan perlindungan martabat korban dan pencegahan berulang. Ini artinya unit respons cepat di koridor rawan, investigasi yang menarget jaringan penadah, diversion dan restorative justice untuk pelaku muda yang pertama kali, serta layanan pascakejadian, pendampingan hukum, pemulihan psikologis, dan klaim asuransi mikro korban perlu ditata dan disiapkan.

Melyana menyebut legitimitas dan akuntabilitas inilah yang memulihkan trust dan prasyarat utama pencegahan kejahatan jalanan. Lalu pada sektor ekonomi, begal sering berkelindan dengan pengangguran muda, peluang ekonomi malam yang sempit, dan ketimpangan akses.

Keamanan manusia menegaskan bahwa kerentanan ekonomi memicu perilaku berisiko terutama bila ada jaringan penadah atau “ekonomi bayangan” yang menerima barang curian. Alhasil solusinya bukan hanya patroli, tapi paket kebijakan peluang.

Yang bisa didorong yakni program kerja malam yang aman (night economy) di koridor terang dan terpantau, pelatihan keterampilan cepat bagi pemuda, dukungan usaha mikro OAP, serta intervensi berbasis komunitas untuk memutus rantai penjualan hasil kejahatan.

“Setiap rupiah untuk membuka lapangan kerja pemuda di titik rawan adalah investasi pencegahan kejahatan.Pada sektor sosial-budaya dan lingkungan, desain kota Jayapura kontur perbukitan, koridor sempit, dan titik gelap justru menciptakan ‘ruang peluang’ bagi pelaku,” bebernya.

Baca Juga :  Saling Maaf-Memaafkan, Dilanjutkan dengan Budaya Bakar Batu

Lanjut dosen yang menjabat sebagai pembantu dekan Fisip ini human security bisa mendorong rekayasa lingkungan. Mulai dari penerangan jalan bertenaga surya di lintasan rawan, CCTV terintegrasi disimpul mobilitas yang ditempatkan di halte, pasar, maupun jembatan, ini bisa menjadi jalur pulang aman bagi pekerja malam dan mahasiswa.

“Tak lupa transport publik dengan jadwal pasti hingga malam hari. Yang terjadi saat ini sulit pekerja pulang malam karena yang saya sebut di atas belum tersedia. Orang malah ketakutan pulang kerja malam apalagi ditempat yang memang minim cahaya,” imbuh Melyana.

Kemudian hal lain yang perlu disentuh adalah level sosial, penguatan norma komunitas, kegiatan pemuda berbasis budaya lokal, layanan konseling adiksi, serta edukasi keselamatan pribadi guna mempertebal penjagaan informal atau natural surveillance. Melyana menyebut bahwa kombinasi rekayasa ruang dan penguatan kohesi sosial justru terbukti menurunkan insiden kejahatan jalanan yang terjadi di banyak kota.

Baca Juga :  PT AMJRN Targetkan 2000 SR Baru di Muara Tami

Ia memberi catatan bahwa untuk sektor keamanan langsung, pendekatan human security perlu menekankan perlindungan martabat korban dan pencegahan berulang. Ini artinya unit respons cepat di koridor rawan, investigasi yang menarget jaringan penadah, diversion dan restorative justice untuk pelaku muda yang pertama kali, serta layanan pascakejadian, pendampingan hukum, pemulihan psikologis, dan klaim asuransi mikro korban perlu ditata dan disiapkan.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya