Musa Pagawak, Musisi Asal Mamberamo Tengah yang Kini Eksis Sebagai Rapper di Solo
Bermodal nekat membawa Musa Pagawak melanjutkan studi di Unisri, Solo. Disinilah garis hidupnya berubah. Ia banyak bergaul dengan musisi jalanan yang akhirnya mengantar dia menjadi rapper. Tapi bahasanya menggunakan bahasa Jawa.
Laporan: Iwan Kawul_Solo
Sore itu, suasana di kantor Jawa Pos Radar Solo dipenuhi energi dan tawa renyah.Musa Pagawak, seorang musisi hip-hop, baru saja menyelesaikan sesi wawancara. Dengan kaus hitam sederhana dan senyum lebar, ia duduk santai.Nafasnya masih sedikit terengah usai bicara penuh semangat tentang Jawa, Papua, dan khebinekaan.
Keputusan merantau dari pegunungan Papua ke Solo bukanlah hal mudah. Tantangan pertama yang ia hadapi adalah bahasa.“Awalnya saya sama sekali tidak bisa bahasa Jawa. Belajar dari teman-teman, justru tidak saya dapatkan dari pendidikan formal. Belajar bahasa Jawa dari yang bahasa pergaulan, bahkan yang saru-saru,” kenangnya sambil tertawa.Selama merantau kuliah di Solo, Musa Pagawak mengaku bergaul dengan para musisi jalanan.
Ia juga aktif mengikuti organisasi kampus, seperti kelompok Mahasiswa Hukum Pecinta Alam (Makumpa). Musa bergabung di Makumpa sejak 2013 sampai 2018. Titik balik musik Musa datang saat ia berkenalan dengan komunitas Kalipso, kelompok anak muda di Solo yang menyukai rap dan hip-hop. Dari sekadar ikut nongkrong, Musa mulai ikut latihan, menulis lirik, hingga mencoba panggung kecil-kecilan. “Hip-hop itu kayak ruang bebas. Kamu bisa cerita apa pun,” ungkapnya.