“Kami sadar air adalah kebutuhan vital, tapi di dalamnya ada hak dan kewajiban. Karena itu kami memilih jalan silaturahmi untuk mencari solusi bersama, sebelum melakukan penindakan,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu, PT AMJ menyampaikan data terdapat 100 pelanggan yang menunggak dan 18 sambungan ilegal di Hamadi Gunung. Alih-alih langsung memutus jaringan, manajemen mengajak warga mencari jalan keluar.
Beberapa kesepakatan tercapai, antara lain air mengalir tiga kali seminggu dengan durasi 10–12 jam sekali. Dispensasi tagihan bagi pelanggan menunggak, dengan perbaikan data piutang.
Tarif flat sambungan baru Rp1.650.000, bisa dicicil 2–3 kali, dengan pembayaran awal minimal Rp600.000. Pemasangan meter air baru bagi pelanggan yang menunggak atau menggunakan sambungan ilegal.
“Tagihan pelanggan yang menunggak lebih dari Rp2 juta hingga Rp10 juta, akan disederhanakan menjadi Rp1,65 juta. Harapannya ini meringankan warga dan sekaligus menata ulang administrasi,” jelas Entis.
Warga menyambut kesepakatan ini dengan baik. PT AMJ pun berjanji segera menindaklanjuti dengan perbaikan jaringan pipa distribusi yang bocor, serta memastikan layanan air lebih merata.
“Kalau sambungan ilegal tidak ditertibkan, kebocoran akan makin besar. Dengan kerjasama seperti ini, kami berharap distribusi lebih adil dan pelayanan semakin baik,” tambah Entis.
Melalui langkah silaturahmi dan kesepakatan bersama, Hamadi Gunung kini memulai babak baru: dari konflik sambungan ilegal menjadi harapan akan layanan air bersih yang lebih tertata.(*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos