
Perdana Bawa 505 Ton beras ke Kokas, Sorong dan Depapre
MERAUKE- Perjuangan dari berbagai pihak selama ini baik Pemerintah Daerah bersama DPRD, Petani dan KSOP sendiri ke pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan Republik Indonesia supaya ada satu kapal tol laut keliling Papua dan Papua Barat sehingga beras petani Merauke bisa didistribusikan ke sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat akhirnya terjawab.
Wakil Bupati Merauke Sularso, SE melaunching kapal tol keliling Papua dan Papua Barat tersebut sekaligus pemuatan perdana beras milik Bulog Merauke sebanyak 500 ton menuju Jayapura, Kamis (14/1).
Kepala Otoritas Syahbandar Pelabuhan Merauke Turky R Sully, SH, mengungkapkan, untuk Indonesia Timur, kapal tol laut keliling Papua dan Papua Barat ini merupakan yang pertama. Karena pertama itu, maka Merauke menjadi pangkalan dari tol laut keliling Papua dan Papua Barat tersebut. ‘’Jadi punya hak untuk mentransfer beras dari Merauke ke Jayapura,’’ujarnya.
Menurut dia, untuk perdana , kapal membawa beras 1 kontainer ke Kokas, 3 kontainer ke Sorong dan 20 kontainer ke Depapre Jayapura. Dimana setiap kontainer berisi 25 ton beras.
Kepala Bulog Merauke Inung Tri Irfandi mengungkapkan, tol laut keliling Papua dan Papua Barat ini bisa mempercepat dan mempermudah arus perjalanan pendistribusian beras ke Papua dan Papua Barat. ‘’Untuk perdana ini, kita kirim 500 ton ke Jayapura,’’ katanya.
Wakil Bupati Merauke Sularso, SE mengapresiasi kerja sama bersama tersebut karena telah memberikan angin segar kepada seluruh masyarakat Kabupaten Merauke terutama para petani, sehingga tol laut keliling Papua dan Papua Barat telah dijawab pemerintah pusat.
‘’Hari ini menjadi bukti nyata bahwa pemerintah pusat telah menjawab keinginan yang telah kita sampaikan beberapa saat lalu di tahun 2020, dimana keinginan kita adanya tol laut Papua. Ini akan membawa dampak, ekonomi sosial kemasyarakat,’’ katanya.
Selama ini tambah dia, distribusi barang terutama beras dari Merauke ke berbagai wilayah di Papua terkendala transportasi. Sebab, kapal harus ke Surabaya terlebih dahulu, baru balik ke Indonesia Timur, sehingga biaya pengiriman tinggi. (ulo/ary)