Monday, April 14, 2025
26.7 C
Jayapura

Tingginya Harga Pupuk Masih Menjadi Persoalan Utama Petani

JAYAPURA – Terkendala mahalnya pupuk dan kondisi cuaca kerap kali menjadi hambatan bagi para petani jagung dalam bercocok tanam, tidak semua hasil pertaniannya dapat dijual dengan harga yang memuaskan, guna menutupi pengeluaran yang sering terjadi.

Ketua Koperasi Maju Berkarya Keerom, Marojohan Siahaiaan menjelaskan Kabupaten Keerom merupakan kabupaten yang rata-rata  masyarakatnya bertani. Khusus di Kampung Yowong, pertanian yang digalakan adalah berkebun jagung, karena sesuai dengan suhu, kondisi cuaca hanya tanaman jagung yang cocok.

“Kami sudah pernah berkebun sayuran tetapi ketika musim hujan ladang kami terendam dan  kebun kami rusak, kejadian ini hampir berulang, untuk itu dari Pemerintah kami diarahkan menanam jagung,”Terangnya.

Baca Juga :  Kontingen Tolikara  Siap Tampilkan yang Terbaik  di Pesparawi

Lanjutnya, dalam bercocok tanam memang banyak kendala yang akan dihadapi, tetapi yang paling sering dirasakan petani adalah ketika harga pupuk naik.

“Ini yang membuat nilai operasional kami menjadi tinggi, hal ini berdampak kepada harga jual, bukan hanya kami saja petani jagung, petani sayuran, cabai, bawang merah,  juga merasakan hal demikian,” katanya kepada Cenderawasih Pos.

Pihaknya berharap dengan kondisi yang ada jika hanya berjualan biji jagung saja, akan rugi apa lagi dengan harga pupuk yang naik, dan kebutuhan lainnya.

“Kami berharap kedepan ada bantuan dan pelatihan lagi, agar hasil pertanian kami yakni jagung ini bisa sekalian dengan turunannya, seperti daun jagung, batang jagung dan tongkol jagung bisa dimanfaatkan, diolah menjadi pakan ternak,”Terangnya.(ana/gin)

Baca Juga :  Gaspol Bersama Honda

JAYAPURA – Terkendala mahalnya pupuk dan kondisi cuaca kerap kali menjadi hambatan bagi para petani jagung dalam bercocok tanam, tidak semua hasil pertaniannya dapat dijual dengan harga yang memuaskan, guna menutupi pengeluaran yang sering terjadi.

Ketua Koperasi Maju Berkarya Keerom, Marojohan Siahaiaan menjelaskan Kabupaten Keerom merupakan kabupaten yang rata-rata  masyarakatnya bertani. Khusus di Kampung Yowong, pertanian yang digalakan adalah berkebun jagung, karena sesuai dengan suhu, kondisi cuaca hanya tanaman jagung yang cocok.

“Kami sudah pernah berkebun sayuran tetapi ketika musim hujan ladang kami terendam dan  kebun kami rusak, kejadian ini hampir berulang, untuk itu dari Pemerintah kami diarahkan menanam jagung,”Terangnya.

Baca Juga :  OJK Gelas Sosialisasi Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan

Lanjutnya, dalam bercocok tanam memang banyak kendala yang akan dihadapi, tetapi yang paling sering dirasakan petani adalah ketika harga pupuk naik.

“Ini yang membuat nilai operasional kami menjadi tinggi, hal ini berdampak kepada harga jual, bukan hanya kami saja petani jagung, petani sayuran, cabai, bawang merah,  juga merasakan hal demikian,” katanya kepada Cenderawasih Pos.

Pihaknya berharap dengan kondisi yang ada jika hanya berjualan biji jagung saja, akan rugi apa lagi dengan harga pupuk yang naik, dan kebutuhan lainnya.

“Kami berharap kedepan ada bantuan dan pelatihan lagi, agar hasil pertanian kami yakni jagung ini bisa sekalian dengan turunannya, seperti daun jagung, batang jagung dan tongkol jagung bisa dimanfaatkan, diolah menjadi pakan ternak,”Terangnya.(ana/gin)

Baca Juga :  Plat Nomor Kendaraan Tercatat,  yang Mencurigakan akan Ditanya

Berita Terbaru

Artikel Lainnya