Seharusnya Pukul 9 Pagi, Baru Tuntas Pukul 13.30
MAKKAH – Kericuhan sempat terjadi di Mudzalifah. Sejumlah jemaah dikabarkan sampai kelelahan karena di bawah terik matahari. Pemicunya adalah penumpukan jemaah, yang terlambat diangkut ke Mina. Kondisi tersebut disebabkan kemacetan di jalur Mina-Mudzalifah, sehingga kedatangan armada bus sempat tersendat.
Sesuai dengan skenario yang ditetapkan Kemenag, jemaah mulai diangkut meninggalkan Mudzalifah pada tanggal 27 Juni (9 Dzulhijjah) pukul 23.40 waktu setempat. Proses pengangkutan jemaah dari Mudzalifah menuju Mina tersebut, dijadwalkan selesai pada 28 Juni (10 Dzulhijjah) pukul 09.00 waktu setempat. Akibat adanya kemacetan dan keterlambatan armada bus itu, seluruh jemaah Indonesia baru selesai diangkut ke Mina pukul 13.30 waktu setempat.
Anggota DPR dari fraksi PKB Maman Imanulhaq melalui pesan singkatnya menyampaikan, jemaah yang terlambat diangkut tersebut jumlahnya ribuan. Kepadatan jemaah akibat arus armada bus tidak lancar tersebut, mulai tampak pada Rabu (28/6) dini hari. ’’Mohon doanya, ribuan jemaah tertunda di Mudzalifah dari sejak malam sampai menjelang zuhur. Mereka kehausan dan kelaparan,’’ katanya.
Tadi malam Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan, kemacetan di jalur Mina – Mudzalifah sudah terurai. Sehingga perjalanan bus yang membawa jemaah lebih lancar sampai di Mudzalifah dan memperlancar arus pemberangkatan jemaah menuju mina.
Dia memantau langsung ke Mudzalifah untuk melihat kondisi jemaah yang menunggu dibawa ke Mina. Dia memberikan penjelasan kepada jemaah yang menunggu bus jemputan. Selain itu juga meminta kepada masyariq atau perusahaan layanan di Arafah, Mudzalifah, dan Mina untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
’’Sekitar jam 13.30 waktu Arab Saudi, semua jemaah Indonesia sudah naik bus menuju Mina,’’ tuturnya. Dia menjelaskan bahwa keterlambatan proses evakuasi atau pengangkutan jemaah dari Mudzalifah ke Mina itu, karena kemacetan yang terjadi di jalur taraddudi (shuttle). Jalur tersebut berputar mengakut jemaah dari Mudazlifah ke Mina.
Diantara penyebab kemacetan tersebut adalah banyaknya jemaah dari penjuru dunia yang ikut melaluinya. Jemaah memadati jalan karena akan melakukan lontar jumrah setibanya di Mina. Akibatnya jalan menjadi padat karena armada bus dan jemaah yang berjalan.
’’Jalur taraddudi sejak pagi dipadati bus yang antar jemput jemaah,’’ tandasnya.
Kemudian Hilman mengatakan, keterlambatan pengangkutan jemaah dari Mudzalifah ke Mina tidak hanya dialami jemaah Indonesia. Jemaah dari negara lain seperti Filipina, Malaysia, dan lainnya juga terlambat. Saat ini Hilman mengatakan petugas sedang menyiapkan mitigasi potensi penanganan masalah di Mina. Dia berharap keterlambatan pengangkutan jemaah dari Mudzalifah itu, tidak membawa efek domino di Mina.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid mengatakan, dua minggu sebelum puncak haji sudah ada rapat bersama Kementerian Perhubungan Saudi, Kementerian Haji Saudi, dan pemerintah Indonesia. Salah satu hasil rapat adalah, kesepakatan supaya angkutan masyair tepat waktu.
Skenarionya adalah setiap maktab atau hotel jemaah, disediakan 21 unit bus. Sehingga dalam tiga trip perjalanan, seluruh jemaah sudah selesai menuju ke Arafah. Kemudian perjalanand ari Arafah ke Mudzalifah dengan jarak 4 km, jumlah bus dikurangi tetapi perputarannya diperbanyak. Tujuannya mencegah penumpukan bus di jalan.
Kemudian pengangkutan jemaah dari Mudzalifah ke Mina dengan jarak sekitar 2 km, disediakan lima unit bus untuk setiap maktabnya. Subhan mengatakan trip pengangkutan jemaah dari tengah malam sampai jam 6 pagi berjalan lancar.
Setelah itu jemaah dari penjuru dunia yang sudah berada di tenda di Mina, keluar menuju jamarat. Akibatnya memicu kemacetan dan menghambat perjalanan bus pengangkut jemaah dari Mudzalifah ke Mina. Subhan mengatakan baru sekitar pukul 10 pagi waktu setempat, jalanan bisa disterilkan dari pejalan kaki. Sehingga perjalanan bus menjadi lancar.
Di bagian lain, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memantau soal pelayanan kesehatan. Dia mengatakan pasca ibadah wukuf, jumlah jemaah yang butuh perawatan kesehatan meningkat. Saat pelaksanaan wukuf, dikabarkan ada tujuh jemaah yang wafat di KKHI Makkah. ’’Ada catatan dari Dirjen PHU dan Kapuskes. (Supaya) di Mina juga perlu diwaspadai,’’ tuturnya.
Yaqut mengakui bahwa kondisi di Mina nanti, jauh lebih berat dibandingkan di Arafah. Sebab jemaah akan tinggal lebih lama di tenda di Mina. Selain lebih lama, juga ada aktivitas perjalanan jemaah dari tenda ke tempat melontar jumrah. ’’Jika di Min tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama (dengan di Arafah) akan terulang, banyak jemaah yang tumbang termasuk lansia,’’ jelasnya.
Kepada para petugas haji, diminta untuk melakukan upaya pelayanan dan perlindungan yang baik. Jemaah yang tidak memungkinkan menjalankan perjalanan dari tenda ke tempat lempar jumrah, bisa diwakilkan atau dibadalkan. ’’Jadi yang benar-benar mungkin saja, yang boleh lontar jumrah sendiri dan boleh tawaf ifadah sendiri,’’ katanya. Jemaah dengan kondisi fisik yang tidak memungkinkan, diminta untuk badal. (wan)