JAKARTA–Di tengah tren kenaikan harga minyak dunia, pemerintah terus putar otak untuk mengamankan harga bahan bakar minyak (BBM) di tanah air. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, hingga saat ini, pemerintah masih memberikan subsidi pada harga jual BBM.
Pemberian subsidi itu bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah melambungnya harga minyak dunia. ‘’Kalau tidak, seluruh BBM itu sudah naik paling tidak 2x kali lipat, tapi kita tidak passthrough itu maka subsidi harus naik,’’ ujarnya pada acara Merdeka Belajar Kemendikbud, kemarin (27/6).
Pada asumsi awal pemerintah dan DPR, harga minyak ada di level USD 65 per barel. Kini, mencapai level USD 120 per barel. ‘’Subsidi juga dinikmati dalam bentuk listrik. Begitu juga dengan Pertamax, itu masih jauh di bawah harga. You actually enjoy subsidy,’’ tuturnya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, subsidi membuat belanja negara naik menjadi Rp 3.106 triliun dari desain awal Rp 2.750 triliun. Sedangkan, hingga akhir Mei 2022, belanja subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 75,41 triliun. Realisasi itu terdiri dari subsidi reguler pada Mei mencapai Rp 65,24 triliun dan kurang bayar tahun sebelumnya Rp 10,17 triliun..
Kebijakan kenaikan subsidi itu juga dibarengi dengan kenaikan penerimaan negara sebesar Rp 420 triliun. Suprlus penerimaan itu dipicu tingginya harga komoditas.
Sejalan dengan itu, kemarin (27/6) dilakukan penyampaian dan pengesahan laporan Panitia Kerja (Panja) Badan Anggaran DPR RI dalam rangka Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2023 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2023.
Berdasarkan hasil pembahasan, kisaran angka asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBN 2023 yang telah disepakati adalah pertumbuhan ekonomi 5,3 hingga 5,9 persen. Kemudian, laju inflasi mencapai 2 hingga 4 persen; nilai tukar rupiah Rp 14.300 hingga Rp 14.800 per USD, tingkat bunga Surat Utang Negara 10 tahun sebesar 7,34 hingga 9,16 persen.
Selain itu, harga minyak mentah Indonesia sebesar USD 90 hingga USD 110 per barel. Sedangkan, lifting minyak bumi bakal mencapai 660 hingga 680 ribu barel per hari, serta gas bumi, 1.050 hingga 1.150 ribu barel setara minyak per hari.(dee/dio/JPG)