
MERAUKE- Meski baru sekitar satu bulan bertugas di Papua khususnya di Kabupaten Boven Digoel sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG, seorang oknum Satgas Pamtas Yonif 561/Caraka Yudha sudah melukai hati warga yang ada daerah tugas tersebut.
Pasalnya, seorang oknum prajurit dari Satgas Pamtas Yonif 561/CK diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang pemuda 18 tahun bernama Oktovianus Warip Betere yang menyebabkan korban meninggal dunia di Asiki, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Jumat (24/7).
Danrem 174/Anim Ti Waninggap, Brigjen TNI Bangun Nawoko yang dikonfimasi membenarkan adanya dugaan penganiayaan yang menewaskan seorang pemuda di Asiki.
“Pertama saya sampaikan duka yang mendalam terhadap keluarga khususnya dan masyarakat asli pada umumnya. Kedua, saya menyampaikan permohonan maaf saya sebagai Danrem Merauke atas kelakuan yang dilakukan oknum anggota saya, dalam hal ini ini Satgas Pantas 561/CK yang ada di Pos Asiki,’’ kata Danrem Bangun Nawoko dari balik telponnya, Minggu (26/7), kemarin.
Menurut Danrem, dugaan penganiayaan yang berakibat korban meninggal yang dilakukan oknum anggotanya tersebut benar adanya. Dimana berdasarkan informasi yang diterimanya, ada seseorang yang diinformasikan sering melakukan pencurian.
“Namun demikian, saya tidak peduli dengan informasi dan latar belakang kejadian itu. Pada intinya, kejadian ini adalah di luar tugas pokok prajurit. Mereka adalah menjaga perbatasan negara. Bukan untuk menangani masalah-masalah kriminal seperti ini. Apalagi penganiayaan sampai dengan meninggal dunia. Ini adalah sebuah kesalahan besar yang dilakukan oleh oknum prajurit kita ini,” tegas Danrem.
Karena itu, lanjut Danrem Bangun Nawoko, dirinya langsung menurunkan tim investigasi dalam hal ini Subdenpom yang dipimpin Kasrem 174/ATW bersama Komandan Sub Denpom Merauke. ‘’Kemarin sore atau menjelang malam tim sudah tiba di Asiki untuk melakukan penyelidikan,’’ jelasnya.
Soal pelaku penganiayaan tersebut, Danrem menjelaskan bahwa sementara masih dalam penyelidikan. ‘’Belum, masih diinvestigasi di sana. Intinya, saya inginkan kepada tim untuk terus bisa menginvestigasi ini secara menyeluruh. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Saya akan selesaikan lewat jalur hukum sesuai dengan kebijakan Kasad. Juga terhadap hal ini, kemungkinan besar saya sarankan kalau memang terbukti sampai hukuman tambahan pemecatan,’’ tandasnya.
Danrem Bangun Nawoko menegaskan bahwa dirinya tidak akan mentolelir hal seperti ini. Karena pihaknya sudah terlalu banyak berbuat baik dengan masyarakat, melakukan pembinaan terhadap masyarakat di Papua namun hancur gara-gara oknum yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Padahal, kata Danrem saat baru tiba diberikan pengarahan untuk tidak sekali-kali menyakiti hati rakyat.
‘’Sekali lagi saya sangat sesalkan kejadian ini dan sekali lagi saya mohon maaf sekali atas kelakuan prajurit saya ini,’’ tambahnya. (ulo/nat)