Friday, April 26, 2024
24.7 C
Jayapura

Disinyalir Ada yang Dukung Kelompok Separatis

Kolonel Inf M Aidi ( FOTO : Elfira/Cepos)

Kontak Tembak dengan KSB, TNI Amankan Sepucuk Pistol dan Ratusan Amunisi

JAYAPURA-TNI dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih mensinyalir adanya upaya dari orang-orang tertentu yang mendukung Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang beberapa kali melakukan penyerangan terhadap pos-pos milik TNI maupun Polri baik di Mbua Kabupaten Nduga, Kabupaten Puncak, Tembagapura  dan daerah lainnya yang ada di Papua. 

“Dimungkinan adanya dugaan upaya orang-orang tertentu yang mendukung kelompok ini, apakah terbungkus pejabat, anggota dewan atau lainnya. Saya hanya memprediksi  dari banyaknya  komentar-komentar miring yang cenderung  berusaha  membela dan  melindungi kelompok ini,” ungkap Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf. M. Aidi kepada Cenderawasih Pos, Rabu (24/7). 

Aparat TNI menurut Aidi, Selasa (23/7) pagi sekira pukul 05.40 WIT terlibat kontak tembak dengan anggota KSB pimpinan Egianus Kogoya. 

Menurut Aidi, 15 hingga 20 orang anggota KSB pimpinan Egianus Kogoya awalnya menyerang Pos TNI di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga. Personel TNI yang aat itu dalam posisi siaga, melakukan perlawanan dengan membalas tembakan sehingga anggota KSB melarikan diri secara berpencar.

“Kemudian pasukan TNI dibagi dua kekuatan, dimana sebagian mengamankan Pos dan satu tim berkekuatan 10 orang melakukan pengejaran,” kata Aidi.

Dalam pengejaran tersebut, anggota TNI menemukan banyak jejak yang mengarah ke berbagai arah dan ada satu jejak yang cukup besar yang mengarah ke suatu tempat sehingga dilaksanakan penjejakan atau menelusuri jejak tersebut. 

Baca Juga :  Melihat Potensi Konflik OAP, Presiden Diminta Batalkan Kebijakan DOB

Dari penelusuran tersebut, anggota TNI menemukan sebuah honai dan dilakukan penggerebekan. “Di luar honai ditemukan ceceran darah cukup banyak mengarah ke jurang dan belum dapat memastikan apakah ada korban jiwa dari kelompok Egianus Kogoya, karena tidak ditemukan mayatnya. Anggota tidak melanjutkan pengejaran karena faktor keamanan,” tuturnya. 

Setelah dilakukan penggeladahan di honai, anggota TNI menurut Aidi mengamakan sepucuk pistol standar militer kaliber 9 mm, tiga unit HT, satu GPS, tiga magazen serta ratusan aminisi kaliber 5,56 mm  dan 7,62 mm.

Terkait dengan amunisi dan senjata yang diamankan saat penggerebekan di honai menurutnya berasal dari berbagai sumber. Salah satunya kalau dimonitor beberapa bulan lalu berhubungan dengan penangkapan terhadap seorang warga negara Polandia yang melakukan transaksi amunisi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. 

Saat itu menurutnya ratusan amunisi berhasil diamankan namun belum diketahui berapa ribu amunisi yang sudah  terjual sebelumnya.

“Mereka juga beberapa kali melakukan penyerangan terhadap pos-pos milik TNI-Polri baik di Mbua, di Puncak, Tembagapura  dan daerah lainnya yang ada di Papua. Sebagian dari mereka berhasil merampas senjata dan amunisi milik TNI-Polri,” jelasnya. 

Selain itu, luasnya garis perbatasan dengan panjangnya garis pantai yang tidak terjaga dengan baik hingga berpotensi  memberikan peluang adanya  pasokan amunisi senjata dari luar masuk ke wilayah Papua.

Baca Juga :  Seni dan Budaya Harus Tumbuh, Siap Bangun Expo Waena

Sementara terkait HT yang ikut diamankan lanjut Aidi dibeli di toko-toko yang ada di Papua, sebab HT terjual bebas. Dan untuk sumber dana diduga dari tokoh-tokoh yang mendukung kelompok ini. Hal ini menurutnya bisa dilihat dari maraknya  upaya-upaya mendukung perjuangan mereka.

Untuk mengantisipasi serangan balasan dari kelompok separatis  tersebut, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegahnya. Walaupun diprediksi  bahwa setiap saat  anggota yang ada di lapangan akan mendapatkan serangan.

“Kegiatan yang berjalan di Nduga saat ini yakni kegiatan penegakan hukum pasca terjadinya serangkaian pelanggaran hukum berat di Nduga. Terutama yang  paling besar adalah pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya pada  1 Desember tahun 2018,” papar Aidi.

Penegakan hukum yang dilakukan di Kabupaten Nduga tidak ada batasan waktu, yang ditargetkan adalah pelaku tertangkap hidup atau mati atau yang bersangkutan dengan suka rela  menyerahkan diri beserta senjatanya kepada negara  dalam  rangka melaksanakan proses hukum.

Sementara itu, untuk pekerjaan strategi nasional yakni pembangunan trans Papua menurutnya juga tidak boleh berhenti. Situasi di Kabupaten Nduga saat ini diakuinya kondusi. Namun situasi tersebut bisa berubah karena adanya sekelompok orang yang mempersenjatai diri secara ilegal tanpa hak melakukan tindakan kekerasan dengan senjata melakukan pembantaian,  pemerkosaan dan yang paling penting  melakukan  perlawanan  terhadap kedaulatan negara.(fia/nat)

Kolonel Inf M Aidi ( FOTO : Elfira/Cepos)

Kontak Tembak dengan KSB, TNI Amankan Sepucuk Pistol dan Ratusan Amunisi

JAYAPURA-TNI dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih mensinyalir adanya upaya dari orang-orang tertentu yang mendukung Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang beberapa kali melakukan penyerangan terhadap pos-pos milik TNI maupun Polri baik di Mbua Kabupaten Nduga, Kabupaten Puncak, Tembagapura  dan daerah lainnya yang ada di Papua. 

“Dimungkinan adanya dugaan upaya orang-orang tertentu yang mendukung kelompok ini, apakah terbungkus pejabat, anggota dewan atau lainnya. Saya hanya memprediksi  dari banyaknya  komentar-komentar miring yang cenderung  berusaha  membela dan  melindungi kelompok ini,” ungkap Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf. M. Aidi kepada Cenderawasih Pos, Rabu (24/7). 

Aparat TNI menurut Aidi, Selasa (23/7) pagi sekira pukul 05.40 WIT terlibat kontak tembak dengan anggota KSB pimpinan Egianus Kogoya. 

Menurut Aidi, 15 hingga 20 orang anggota KSB pimpinan Egianus Kogoya awalnya menyerang Pos TNI di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga. Personel TNI yang aat itu dalam posisi siaga, melakukan perlawanan dengan membalas tembakan sehingga anggota KSB melarikan diri secara berpencar.

“Kemudian pasukan TNI dibagi dua kekuatan, dimana sebagian mengamankan Pos dan satu tim berkekuatan 10 orang melakukan pengejaran,” kata Aidi.

Dalam pengejaran tersebut, anggota TNI menemukan banyak jejak yang mengarah ke berbagai arah dan ada satu jejak yang cukup besar yang mengarah ke suatu tempat sehingga dilaksanakan penjejakan atau menelusuri jejak tersebut. 

Baca Juga :  Masih Proses Pembuatan Juknis, PPDB SD dan SMP Belum Dibuka

Dari penelusuran tersebut, anggota TNI menemukan sebuah honai dan dilakukan penggerebekan. “Di luar honai ditemukan ceceran darah cukup banyak mengarah ke jurang dan belum dapat memastikan apakah ada korban jiwa dari kelompok Egianus Kogoya, karena tidak ditemukan mayatnya. Anggota tidak melanjutkan pengejaran karena faktor keamanan,” tuturnya. 

Setelah dilakukan penggeladahan di honai, anggota TNI menurut Aidi mengamakan sepucuk pistol standar militer kaliber 9 mm, tiga unit HT, satu GPS, tiga magazen serta ratusan aminisi kaliber 5,56 mm  dan 7,62 mm.

Terkait dengan amunisi dan senjata yang diamankan saat penggerebekan di honai menurutnya berasal dari berbagai sumber. Salah satunya kalau dimonitor beberapa bulan lalu berhubungan dengan penangkapan terhadap seorang warga negara Polandia yang melakukan transaksi amunisi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. 

Saat itu menurutnya ratusan amunisi berhasil diamankan namun belum diketahui berapa ribu amunisi yang sudah  terjual sebelumnya.

“Mereka juga beberapa kali melakukan penyerangan terhadap pos-pos milik TNI-Polri baik di Mbua, di Puncak, Tembagapura  dan daerah lainnya yang ada di Papua. Sebagian dari mereka berhasil merampas senjata dan amunisi milik TNI-Polri,” jelasnya. 

Selain itu, luasnya garis perbatasan dengan panjangnya garis pantai yang tidak terjaga dengan baik hingga berpotensi  memberikan peluang adanya  pasokan amunisi senjata dari luar masuk ke wilayah Papua.

Baca Juga :  Kasus Kematian Covid Pertama di Wamena

Sementara terkait HT yang ikut diamankan lanjut Aidi dibeli di toko-toko yang ada di Papua, sebab HT terjual bebas. Dan untuk sumber dana diduga dari tokoh-tokoh yang mendukung kelompok ini. Hal ini menurutnya bisa dilihat dari maraknya  upaya-upaya mendukung perjuangan mereka.

Untuk mengantisipasi serangan balasan dari kelompok separatis  tersebut, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegahnya. Walaupun diprediksi  bahwa setiap saat  anggota yang ada di lapangan akan mendapatkan serangan.

“Kegiatan yang berjalan di Nduga saat ini yakni kegiatan penegakan hukum pasca terjadinya serangkaian pelanggaran hukum berat di Nduga. Terutama yang  paling besar adalah pembantaian terhadap karyawan PT Istaka Karya pada  1 Desember tahun 2018,” papar Aidi.

Penegakan hukum yang dilakukan di Kabupaten Nduga tidak ada batasan waktu, yang ditargetkan adalah pelaku tertangkap hidup atau mati atau yang bersangkutan dengan suka rela  menyerahkan diri beserta senjatanya kepada negara  dalam  rangka melaksanakan proses hukum.

Sementara itu, untuk pekerjaan strategi nasional yakni pembangunan trans Papua menurutnya juga tidak boleh berhenti. Situasi di Kabupaten Nduga saat ini diakuinya kondusi. Namun situasi tersebut bisa berubah karena adanya sekelompok orang yang mempersenjatai diri secara ilegal tanpa hak melakukan tindakan kekerasan dengan senjata melakukan pembantaian,  pemerkosaan dan yang paling penting  melakukan  perlawanan  terhadap kedaulatan negara.(fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya