Kata Gunawan, jika diwilayah kota tentu saat berangkat atau pulang sekolah anak-anak SD ini sudah dibekali sarapan oleh orang tuanya. Atau minimal diberikan uang jajan untuk belanja di kantin. Nah kondisi ini tentu tidak sama dengan mereka yang sekolah di wilayah pinggiran semisal Moso untuk Kota Jayapura.
“Coba buat di Moso, daerah yang sebenarnya anak-anaknya lebih membutuhkan kepastian gizi. Atau di Bonggo untuk wilayah Sarmi atau Rafenirara untuk Kabupaten Jayapura. Jangan semua hanya main di perkotaan dan terkesan yang penting ada laporan. Kalau anak-anak di kota untuk mencari makan enak dan bergizi juga banyak pilihan. Tapi yang dipelosok ini belum tentu. Harusnya wilayah pelosok dulu yang dikuatkan,” beber Gunawan.
Senada dengan Gunawan, Lindra yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini melihat jika kondisi gizi anak-anak di kota masih bisa terjamin ketimbang di daerah yang jauh.
“Saya bayangkan saja murid-murid di Kalam Kudus Jayapura diberikan MBG. Mungkin menu di rumah mereka jauh lebih lengkap dan bergizi ketimbang menu MBG ini dan kami pikir harus di-list sekolah mana yang membutuhkan sebab untuk sekolah seperti Kalam Kudus atau beberapa sekolah swasta elit lainnya bukan membutuhkan makan gratis melainkan mutu pendidikan jadi sebaiknya wilayah terpencil yang jauh lebih dulu yang disasar baru ke wilayah kota,” imbuhnya. (ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos