Wednesday, April 24, 2024
31.7 C
Jayapura

Ratusan Warga Gome Utara Dikabarkan Mengungsi

TNI dan OPM Harus Menahan Diri ! 

JAYAPURA-Konflik senjata antara TNI-Polri dengan TPNPB-OPM kembali terjadi di Kabupaten Puncak sejak beberapa hari terakhir. Akibatnya sebanyak 628 warga di Kampung Gome Utara dilaporkan mengunsi di Kota Ilaga, Kabupaten Puncak.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Puncak, Peniel Waker menyampaikan, ratusan jiwa yang mengunsi tersebut terdiri dari anak-anak, perempuan dan laki-laki. Mereka mengungsi pasca kontak tembak dan pembakaran sebanyak 37 unit honai.

“Mereka memilih mengunsi lantaran kontak tembak di kampung mereka pada (16/8), dua hari kemudian tepatnya Rabu (18/8) honai mereka dibakar,” ungkap Peniel Waker saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (22/8).

Dikatakan, ratusan warga tersebut saat ini mengungsi di posko pengungsian yang ada di Ilaga. Dimana sebelumnya posko tersebut menjadi posko pengungsian saat konflik yang pernah terjadi di Kabupaten Puncak beberapa bulan lalu. “Selain mengamankan diri di posko, ada juga warga yang lari ke hutan dan memilih tinggal dengan kerabat mereka yang ada di Ilaga akibat ketakutan,” jelasnya.

Ia juga mengaku ada salah satu ibu rumah tangga yang terkena rekoset saat kontak tembak yang terjadi di Gome. Korban sudah dibawa pihak keluarga untuk dirawat di rumah setelah sebelumnya mendapatkan perawatan medis di Puskesmas setempat.

Baca Juga :  Tolak Penyelesaian Non Yudisial

“TNI dan OPM harus menahan diri. Sebab kontak tembak yang mereka lakukan imbasnya ke masyarakat yang tidak tahu persoalan. Saya juga menyayangkan kontak tembak dilakukan di tengah masyarakat, ini yang membuat kami tidak senang,” ungkapnya.

Untuk situasi di Puncak terutama di daerah yang sempat terjadi kontak tembak, diakuinya sudah kondusif.

Sementara itu Danrem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawa menyampaikan, sejak Minggu (15/8) lalu terjadi kontak tembak antara TNI dan kelompok separatis di Gome. Kontak tembak tersebut menyebabkan satu prajurit TNI bernama Letda Inf Rudi Sipayung mengalami luka tembak.

Korban saat itu langsung diterbangkan ke Mimika untuk mendapatkan perawatan medis. Saat dilakukan penyisiran pada Senin (16/8), angota mengamankan barang bukti berupa 1 pucuk senjata M16.

“Pada Kamis (19/8),Pos TNI diserang kelompok separatis dan anggota kita tetap bertahan sembari membalas tembakan dari serangan tersebut. Dari kontak tembak tersebut, kita menemukan barang bukti berupa selongsong amunisi dan senapan angin dari titik penembaan pada saat penyerangan Pos TNI,” bebernya.

Lanjut Danrem, seorang ibu rumah tangga  baru diketahui terkena tembakan sehari sebelum kejadian. Korban langsung dilarikan ke Puskesmas saat itu. “Dia (korban-red) terkena tembak dari siapa kita tidak tahu, begitu juga dengan informasi pembakaran honai, yang jelas TNI korban dan diserang oleh kelompok separatis,” kata Danrem.

Baca Juga :  Mappi Daerah Baru Terdampak Covid-19

Danrem tak tahu pasti siapa pelakunya. Namun dari catatan yang ia miliki terdapat beberapa kelompok seperatis yang ada di Puncak di antaranya kelompok Goliath Tabuni, Lekagak Telenggen dan Militer Murib. “Kelompok kelompok ini yang selalu meresahkan masyarakat, melakukan gangguan termasuk  menembak TNI hingga anggota kami menajadi korban,” jelasnya.

Terkait dengan kejadian di Puncak, Danrem mengaku telah memerintahkan Dandim dan Kasrem untuk berangkat ke lokasi guna melakukan koordinasi lapangan terkait apa yang terjadi di daerah tersebut. “Yang pasti kita datang untuk memberikan solusi dan memberikan rasa nyaman serta aman kepada masyarakat,’ kata Danrem.

Terkait adanya permintaan penarikan pasukan dari warga setempat, Danrem menegaskan bahwa TNI datang untuk memberikan solusi menjaga keutuhan NKRI. “Pasukan ada di sekitaran ilaga untuk membantu masyarakat, kalau TNI-Polri ditarik dari Ilaga, lantas siapa yang akan mengamankan daerah tersebut. Padahal kita tau sendiri kelompok seperatis ini pernah membakar sekolah, dan menembak guru,” tuturnya.

Danrem juga mengatakan situasi di Puncak hingga saat ini terkendali. Ia berharap semunya bisa menjaga stabilitas keamanan di aderah tersebut. Bupati, kepala suku dan para kepala kampung untuk menenangkan masyarakat dan laporkan kepada aparat jika ada gangguan dari pihak separatis. (fia/nat)

TNI dan OPM Harus Menahan Diri ! 

JAYAPURA-Konflik senjata antara TNI-Polri dengan TPNPB-OPM kembali terjadi di Kabupaten Puncak sejak beberapa hari terakhir. Akibatnya sebanyak 628 warga di Kampung Gome Utara dilaporkan mengunsi di Kota Ilaga, Kabupaten Puncak.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Puncak, Peniel Waker menyampaikan, ratusan jiwa yang mengunsi tersebut terdiri dari anak-anak, perempuan dan laki-laki. Mereka mengungsi pasca kontak tembak dan pembakaran sebanyak 37 unit honai.

“Mereka memilih mengunsi lantaran kontak tembak di kampung mereka pada (16/8), dua hari kemudian tepatnya Rabu (18/8) honai mereka dibakar,” ungkap Peniel Waker saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (22/8).

Dikatakan, ratusan warga tersebut saat ini mengungsi di posko pengungsian yang ada di Ilaga. Dimana sebelumnya posko tersebut menjadi posko pengungsian saat konflik yang pernah terjadi di Kabupaten Puncak beberapa bulan lalu. “Selain mengamankan diri di posko, ada juga warga yang lari ke hutan dan memilih tinggal dengan kerabat mereka yang ada di Ilaga akibat ketakutan,” jelasnya.

Ia juga mengaku ada salah satu ibu rumah tangga yang terkena rekoset saat kontak tembak yang terjadi di Gome. Korban sudah dibawa pihak keluarga untuk dirawat di rumah setelah sebelumnya mendapatkan perawatan medis di Puskesmas setempat.

Baca Juga :  Tolak Penyelesaian Non Yudisial

“TNI dan OPM harus menahan diri. Sebab kontak tembak yang mereka lakukan imbasnya ke masyarakat yang tidak tahu persoalan. Saya juga menyayangkan kontak tembak dilakukan di tengah masyarakat, ini yang membuat kami tidak senang,” ungkapnya.

Untuk situasi di Puncak terutama di daerah yang sempat terjadi kontak tembak, diakuinya sudah kondusif.

Sementara itu Danrem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawa menyampaikan, sejak Minggu (15/8) lalu terjadi kontak tembak antara TNI dan kelompok separatis di Gome. Kontak tembak tersebut menyebabkan satu prajurit TNI bernama Letda Inf Rudi Sipayung mengalami luka tembak.

Korban saat itu langsung diterbangkan ke Mimika untuk mendapatkan perawatan medis. Saat dilakukan penyisiran pada Senin (16/8), angota mengamankan barang bukti berupa 1 pucuk senjata M16.

“Pada Kamis (19/8),Pos TNI diserang kelompok separatis dan anggota kita tetap bertahan sembari membalas tembakan dari serangan tersebut. Dari kontak tembak tersebut, kita menemukan barang bukti berupa selongsong amunisi dan senapan angin dari titik penembaan pada saat penyerangan Pos TNI,” bebernya.

Lanjut Danrem, seorang ibu rumah tangga  baru diketahui terkena tembakan sehari sebelum kejadian. Korban langsung dilarikan ke Puskesmas saat itu. “Dia (korban-red) terkena tembak dari siapa kita tidak tahu, begitu juga dengan informasi pembakaran honai, yang jelas TNI korban dan diserang oleh kelompok separatis,” kata Danrem.

Baca Juga :  Demo ke DPRP Dihadang, PRP Pastikan Tidak Mundur

Danrem tak tahu pasti siapa pelakunya. Namun dari catatan yang ia miliki terdapat beberapa kelompok seperatis yang ada di Puncak di antaranya kelompok Goliath Tabuni, Lekagak Telenggen dan Militer Murib. “Kelompok kelompok ini yang selalu meresahkan masyarakat, melakukan gangguan termasuk  menembak TNI hingga anggota kami menajadi korban,” jelasnya.

Terkait dengan kejadian di Puncak, Danrem mengaku telah memerintahkan Dandim dan Kasrem untuk berangkat ke lokasi guna melakukan koordinasi lapangan terkait apa yang terjadi di daerah tersebut. “Yang pasti kita datang untuk memberikan solusi dan memberikan rasa nyaman serta aman kepada masyarakat,’ kata Danrem.

Terkait adanya permintaan penarikan pasukan dari warga setempat, Danrem menegaskan bahwa TNI datang untuk memberikan solusi menjaga keutuhan NKRI. “Pasukan ada di sekitaran ilaga untuk membantu masyarakat, kalau TNI-Polri ditarik dari Ilaga, lantas siapa yang akan mengamankan daerah tersebut. Padahal kita tau sendiri kelompok seperatis ini pernah membakar sekolah, dan menembak guru,” tuturnya.

Danrem juga mengatakan situasi di Puncak hingga saat ini terkendali. Ia berharap semunya bisa menjaga stabilitas keamanan di aderah tersebut. Bupati, kepala suku dan para kepala kampung untuk menenangkan masyarakat dan laporkan kepada aparat jika ada gangguan dari pihak separatis. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya