Wednesday, April 24, 2024
27.7 C
Jayapura

Air Mata Iringi Tabur Bunga

Berharap Seluruh Jenazah Korban Sriwijaya Air PK-CLC Teridentifikasi

Keluarga menabur bunga di atas KRI Semarang dalam kegiatan Tabur Bunga di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Tabur Bunga dilaksanakan bersama Keluarga, Kru pesawat, Basarnas, KNKT, Pangarmada 1 untuk memberikan penghormatan terakhir kepada korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu 9 Januari 2021. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

JAKARTA, Jawa Pos – Tabur bunga di Perairan Kepulauan Seribu Jumat (22/1) menyudahi rangkaian pencarian korban Sriwijaya Air PK-CLC. Tidak kurang dari 37 keluarga korban ikut berlayar menggunakan KRI Semarang-594. Tangis mereka pecah begitu kapal bantu rumah sakit milik TNI AL itu tiba di titik jatuh pesawat yang mengakibatkan 62 korban meninggal dunia.

Dari balik pengeras suara, awak KRI Semarang-594 memberitahu lokasi persis pesawat tersebut menghujam laut dari ketinggian sebelas ribu kaki. ”Titik merah di lambung sebelah kanan kapal adalah lokasi jatuhnya pesawat,” kata awak kapal itu. Keluarga korban lantas melepas bunga yang sudah mereka genggam. Diiringi tangis yang tak henti-henti.

Heri Purnomo adalah salah seorang keluarga korban yang hadir dalam tabur bunga kemarin. Saat didatangi oleh Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Purnawirawan Bagus Puruhito dan Panglima Komando Armada (Koarmada) I Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid Kacong, dia menyatakan bahwa keluarga sudah ikhlas.

Namun, keikhlasan itu tidak lantas membuat Hari sanggup membendung air mata Manakala bunga yang dia lepas jatuh satu per satu ke lautan, wajah keluarganya seolah muncul ke permukaan. ”Saat menabur bunga itu wajah kakak terbayang sekali. Dan air mata ini terus mengalir,” kata dia. Pasca Sriwijaya Air PK-CLC jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, dia kehilangan dua keluarga sekaligus.

Baca Juga :  Penanaman Perdana Program Budidaya Jagung

Yakni kakak sepupunya, Agus Minarni dan suami Minarmi bernama Muhammad Nur Kholifatul Amin. Sebelum terbang ke Pontianak menggunakan pesawat itu, Minarni dan suaminya tinggal di rumah Heri. Tidak kurang empat hari mereka berada di sana. ”Selama menunggu hasil swab test PCR sebagai syarat masuk ke Kalimantan Barat,” imbuhnya.

Selama empat hari itu, kata Heri, kedua korban membagikan berbagai cerita. Sampai Sabtu (9/1) dia mengantar keduanya ke Bandara Internasional Soekarno – Hatta. Tidak pernah terbayang dalam benaknya, kebersamaan di bandara tersebut menjadi momen terakhir perjumpaan mereka. ”Sedihnya begitu, duka yang kami rasakan,” kata dia.

Namun apa daya, Heri bertutur, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan kehendak Yang Maha Kuasa. Karena itu, dia dan keluarga besarnya di Pontianak ikhlas. Jenazah Minarni sudah teridentifikasi oleh tim dokter Polri. Sudah pula dibawa pulang ke Pontianak oleh keluarga. ”Sudah dimakamkan secara layak,” tuturnya.

Tinggal jenazah Amin yang masih belum teridentifikasi. Heri berharap besar, dari 324 kantong jenazah yang sudah ditemukan Tim SAR Gabungan, ada jenazah suami kakak sepupunya itu. Sehingga bisa segera dibawa pulang ke Pontianak dan menyusul dimakamkan di dekat tempat peristirahatan terakhir Minarni. ”Harapan kami, kakak kami bisa segera teridentifikasi,” imbuhnya.

Baca Juga :  Tracing Wajib Dilakukan, Kemenkes Janjikan Bantu PCR

Heri pun menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bekerja keras selama 13 hari dalam operasi pencarian Sriwijaya Air PK-CLC. Dia memaklumi keputusan pemerintah menutup operasi SAR di hari ke-13. Menurut dia, semua sudah berusaha menemukan korban. Pihak keluarga pun merasa sangat terbantu lantaran segala informasi yang dibutuhkan selalu disediakan oleh tim.

Di tempat yang sama Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena kembali menyatakan duka cita kepada keluarga korban. Baginya awak pesawat Sriwijaya Air PK-CLC tidak lain adalah keluarga. ”Kami kehilangan keluarga Sriwijaya Air Group. Saya pribadi juga terpukul dengan keadaan ini,” imbuhnya. Serupa dengan Heri, dia juga menginginkan seluruh korban segera teridentifikasi.

Berdasar data yang disampaikan oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri sampai kemarin sudah 49 jenazah korban yang teridentifikasi. Tanggung jawab memberikan hak-hak korban kepada keluarga korban, sambung Jefferson, bakal diurus secepatnya oleh Sriwijaya Air. ”Kami berkomitmen untuk secepatnya memberikan hak-hak korban,” tegasnya. (syn/JPG)

Berharap Seluruh Jenazah Korban Sriwijaya Air PK-CLC Teridentifikasi

Keluarga menabur bunga di atas KRI Semarang dalam kegiatan Tabur Bunga di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Tabur Bunga dilaksanakan bersama Keluarga, Kru pesawat, Basarnas, KNKT, Pangarmada 1 untuk memberikan penghormatan terakhir kepada korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu 9 Januari 2021. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

JAKARTA, Jawa Pos – Tabur bunga di Perairan Kepulauan Seribu Jumat (22/1) menyudahi rangkaian pencarian korban Sriwijaya Air PK-CLC. Tidak kurang dari 37 keluarga korban ikut berlayar menggunakan KRI Semarang-594. Tangis mereka pecah begitu kapal bantu rumah sakit milik TNI AL itu tiba di titik jatuh pesawat yang mengakibatkan 62 korban meninggal dunia.

Dari balik pengeras suara, awak KRI Semarang-594 memberitahu lokasi persis pesawat tersebut menghujam laut dari ketinggian sebelas ribu kaki. ”Titik merah di lambung sebelah kanan kapal adalah lokasi jatuhnya pesawat,” kata awak kapal itu. Keluarga korban lantas melepas bunga yang sudah mereka genggam. Diiringi tangis yang tak henti-henti.

Heri Purnomo adalah salah seorang keluarga korban yang hadir dalam tabur bunga kemarin. Saat didatangi oleh Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Purnawirawan Bagus Puruhito dan Panglima Komando Armada (Koarmada) I Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid Kacong, dia menyatakan bahwa keluarga sudah ikhlas.

Namun, keikhlasan itu tidak lantas membuat Hari sanggup membendung air mata Manakala bunga yang dia lepas jatuh satu per satu ke lautan, wajah keluarganya seolah muncul ke permukaan. ”Saat menabur bunga itu wajah kakak terbayang sekali. Dan air mata ini terus mengalir,” kata dia. Pasca Sriwijaya Air PK-CLC jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, dia kehilangan dua keluarga sekaligus.

Baca Juga :  Start Manis Mutiara Hitam

Yakni kakak sepupunya, Agus Minarni dan suami Minarmi bernama Muhammad Nur Kholifatul Amin. Sebelum terbang ke Pontianak menggunakan pesawat itu, Minarni dan suaminya tinggal di rumah Heri. Tidak kurang empat hari mereka berada di sana. ”Selama menunggu hasil swab test PCR sebagai syarat masuk ke Kalimantan Barat,” imbuhnya.

Selama empat hari itu, kata Heri, kedua korban membagikan berbagai cerita. Sampai Sabtu (9/1) dia mengantar keduanya ke Bandara Internasional Soekarno – Hatta. Tidak pernah terbayang dalam benaknya, kebersamaan di bandara tersebut menjadi momen terakhir perjumpaan mereka. ”Sedihnya begitu, duka yang kami rasakan,” kata dia.

Namun apa daya, Heri bertutur, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan kehendak Yang Maha Kuasa. Karena itu, dia dan keluarga besarnya di Pontianak ikhlas. Jenazah Minarni sudah teridentifikasi oleh tim dokter Polri. Sudah pula dibawa pulang ke Pontianak oleh keluarga. ”Sudah dimakamkan secara layak,” tuturnya.

Tinggal jenazah Amin yang masih belum teridentifikasi. Heri berharap besar, dari 324 kantong jenazah yang sudah ditemukan Tim SAR Gabungan, ada jenazah suami kakak sepupunya itu. Sehingga bisa segera dibawa pulang ke Pontianak dan menyusul dimakamkan di dekat tempat peristirahatan terakhir Minarni. ”Harapan kami, kakak kami bisa segera teridentifikasi,” imbuhnya.

Baca Juga :  Melambangkan Perjuangan Rakyat Kecil Mencari Nafkah

Heri pun menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bekerja keras selama 13 hari dalam operasi pencarian Sriwijaya Air PK-CLC. Dia memaklumi keputusan pemerintah menutup operasi SAR di hari ke-13. Menurut dia, semua sudah berusaha menemukan korban. Pihak keluarga pun merasa sangat terbantu lantaran segala informasi yang dibutuhkan selalu disediakan oleh tim.

Di tempat yang sama Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena kembali menyatakan duka cita kepada keluarga korban. Baginya awak pesawat Sriwijaya Air PK-CLC tidak lain adalah keluarga. ”Kami kehilangan keluarga Sriwijaya Air Group. Saya pribadi juga terpukul dengan keadaan ini,” imbuhnya. Serupa dengan Heri, dia juga menginginkan seluruh korban segera teridentifikasi.

Berdasar data yang disampaikan oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri sampai kemarin sudah 49 jenazah korban yang teridentifikasi. Tanggung jawab memberikan hak-hak korban kepada keluarga korban, sambung Jefferson, bakal diurus secepatnya oleh Sriwijaya Air. ”Kami berkomitmen untuk secepatnya memberikan hak-hak korban,” tegasnya. (syn/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya