JAYAPURA-Pemkot Jayapura turun ke lapangan untuk mengecek seberapa parah banjir yang melanda beberapa wilayah di Kota Jayapura.
Sekda Kota Jayapura, Robby Kepas Awi mengatakan dari data yang dimiliki Pemkot Jayapura, banjir tersebut terjadi di Saga Abepura, PTC Entrop, di daerah Yapis dan juga ada beberapa titik di Heram dan sekitarnya.
“Namun sampai dengan tadi pagi setelah kami lakukan koordinasi dengan BPBD, Dinas Sosial dan PUPR untuk beberapa titik sudah bisa surut,” ujar Robby Kepas Awi, Jumat (21/7).
Namun demikian, ada beberapa sisa material dari banjir kemarin yang menjadi fokus perhatian pemkot Jayapura, terutama daerah Yapis. Karena itu pihaknya sudah langsung mengirim alat berat escavator untuk membantu warga di wilayah Yapis yang menjadi korban bencana tersebut.
“Puji Tuhan cuaca hari ini sangat baik sehingga teman-teman dari dinas terkait bisa melakukan pekerjaanya, membantu masyarakat untuk hal-hal yang tadi saya sampaikan,” ujarnya.
Lanjut dia, dari laporan yang diterimanya untuk daerah lain yang mengalami bencana itu belum ada laporan kerugian yang berarti. Sehingga yang menjadi perhatian pemkot Jayapura hanya di kawasan Yapis Kota Jayapura.
Sementara itu ditanya soal masalah banjir di depan PTC yang terkesan sulit diatasi dan hampir selalu terjadi, menurutnya secara teknis akan disampaikan kepada Pj Wali Kota Jayapura, supaya Pemkot Jayapura dan pemerintah provinsi Papua bisa duduk bersama berdiskusi untuk mencarikan solusi. Karena persoalan ini sudah sering terjadi.
Sementara itu salah satu akademisi Uncen, Yehuda Hamokwarong menyebut bahwa skema jalur air atau drainase di Jayapura cukup mengkhawatirkan.
Pertama minimnya perubahan soal ukuran dari drainase yang ada saat ini yang kemudian diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang masih suka nyampah. “Saya menghitung bahwa banjir di sejumlah titik ini terjadi akibat drainase kota ini tidak terdesain dengan baik padahal padahal kemarin intensitasnya sedang lalu hanya beberapa jam saja,” kata Yehuda, Jumat (21/7).
Intensitas ini berbeda dengan curah hujan pada 7 Januari 2021 lalu yang terbilang ekstrim. “Jadi soal utama yaitu sistem drainase, kedua pengelolaan sungai mulai dari hulu hingga hilir dan ketiga itu masalah pengelolaan sampah. Saya pikir disini Dinas PU Kota Bersama DLH Kota yang paling bertanggung jawab,” bebernya.
Yehuda menyebut drainase di dalam kota, seperti di Entrop, Kotaraja, Abepura dan Waena belum bisa menampung intensitas hujan sedang dan tinggi.
Ia berharap pemerintah bisa melihat ini dan berbenah sebab dengan kondisi kota yang semakin maju dan berkembang ditambah menjadi satu kota tujuan maka hal kecil seperti sistem atau instalasi jalur air ini sudah bisa dikaji. Apakah masih layak untuk jumlah penduduk saat sekarang atau sudah harus dirubah. “Saya pikir sudah harus ada pelebaran dan dihitung lagi,” tutupnya. (fia/roy/ade/wen)