Kapolres Merauke: Mereka Diborgol untuk Keamanan
JAYAPURA–Informasi soal rombongan anggota dan staf Majelis Rakyat Papua (MRP) yang diamankan dan diborgol oleh polisi Polres Merauke beberapa hari terakhir cukup menghebohkan. Penilaian umum publik adalah ada apa anggota MRP yang merupakan representase kultur orang asli Papua sampai harus diborgol seperti itu. Namun yang pasti anggota yang diborgol ini sudah dibebaskan namun masih berada di Merauke bersama rekan – rekannya karena menunggu jadwal penerbangan.

Hanya saja kejadian pemborgolan yang sempat heboh ini ternyata bukan kejadian baru melainkan terjadi Minggu (15/11) lalu. Ketua MRP, Timotius Murib kepada Cenderawasih Pos juga terlihat biasa saja menanggapi informasi tersebut.
“Kejadiannya sejak Minggu kemarin dimana teman – teman yang rombongan Ha Anim ini bertolak ke Merauke untuk melakukan Rapat Dengan Pendapat (RDP). Itu teman – teman jalan dengan dua rombongan. Pertama hari Sabtu (14/11) dan kedua hari Minggu (15/11). Nah hari Minggu ini yang mereka diamankan kemudian diborgol dibawa ke Polres,” kata Timotius Murib saat ditemui di Hotel Horison Jayapura, Kamis (19/11).
Namun soal berapa orang yang diborgol Timotius tidak mengetahui persis. Ia hanya mengetahui anggota bernama Amatus Ndapitis yang mendapat perlakuan tersebut. Namun foto lain yang beredar di media sosial terlihat seperti sosok salah satu staf ahli MRP yang berada dalam bus dan tangannya juga ikut terborgol.
Timotius sendiri tidak memahami adanya informasi yang diterima Polisi sehingga dilakukan upaya penangkapan (diamankan) dan dibawa ke Polres. “Yang saya tahu kejadian jam jam 2 dini hari. Polisi beralasan mengamankan karena menemukan buku kuning yang dibawa peserta. Isinya belum disampaikan kepada kami namun tindakan polisi langsung memborgol ini yang kami terheran – heran. Biar waktu yang menjawab,” bebernya.
Disinggung apa maksud buku kuning plus isinya, Timotius mengatakan bahwa ia belum tahu pasti apa isi buku tersebut hingga akhirnya ada yang diamankan. “Yang bawa buku itu peserta dan bukan anggota kami,” ucapnya.
Dari kejadian ini kata Timotius MRP sementara ini menarik semua anggota tim yang berada di daerah ke Jayapura untuk melakukan rapat gabungan dan mengambil langkah-langkah selanjutnya. “Kami tarik dulu anggota semua dari daerah untuk segera dibahas kondisi terkini,” katanya.
Sementara itu terkait adanya anggota Majelis Rakyat Papua yang diborgol saat diamankan Polisi dari hotel tempat mereka menginap diakui Kapolres Merauke AKBP Ir. Untung Sangaji, M.Hum.
Dihubungi Cenderawasih Pos saat akan menuju Jayapura, Kapolres Untung Sangaji mengatakan bahwa mereka diborgol karena anggota mereka cukup banyak sementara jumlah polisi sedikit.
“Iya mereka anggota banyak. Kita takut jangan sampai terjadi apa-apa yang disalahkan kita. Karena kita tidak pakai perlengkapan pentungan dan sebagainya. Jadi untuk keamanan saja. Karena kita temukan pisau dan sebagainya tuh. Takutnya ada apa-apa sehingga mereka diborgol,” ungkapnya kemarin (19/11).
Namun borgol itu hanya dari dalam hotel sampai ke mobil. Karena menurutnya, setelah sampai di mobil borgol dilepas. “Jadi untuk pengamanan saja. Karena personel kita sedikit. Kita takut jangan sampai mereka berbuat apa-apa dan juga demi keamanan dorang. Maka ya sudah,” ucapnya.
Kapolres menjelaskan bahwa pihaknya sudah berusaha untuk mengungkap kasus tersebut. Sebab, berhari-hari pihaknya sudah pikirkan dan akhirnya melakukan penggerebekan. “Mengapa kita melakukan penggerebekan karena mereka tidak ada rapid test dari mereka. Bukan minta izin kepada kita tapi izin kesehatan itu tidak ada. Lalu apa yang sudah menjadi ultimatum dari Kapolda yang sudah kita tempel di sana itu tidak digubris oleh mereka,” bebernya.
Dikatakan, upaya-upaya untuk melakukan referendum pihaknya ungkap dengan susah payah di intelejen. “Akhirnnya betul. Mereka buang lewat jendela buku kuning itu dan kita ambil,” jelasnya.
Kapolres menjelaskan bahwa buku kuning itu berisi ajakan untuk merdeka yang didalamnya ada presidennya, ada jenderalnya, ada mayor jenderal , mayor jenderal. “Buku kuning itu dibawa oleh kelompok mereka dan itu dibuang lewat jendala. Tapi, sebagai penyidik saat mereka buang itu kami melakukan pemeriksaan di sekeliling itu termasuk sampah-sampah dokumen lainnya yang mereka buang dan kita ambil,” tambahnya.
Dengan kecepatan tersebut, pihaknya melakukan pengamanan. ‘’Kenapa kita borgol, untuk amannya saja. Supaya tidak lagi dan tidak ngamuk. Tidak ada yang kita pukul. Kita kasih makan, kasih minum dan kita kasih rapid test, Kita kasih tempat tidur juga. Ada foto-fotonya semua. Ini kan prestasi kita. Wajarlah kalau prestasi ini mau dilecehkan orang-orang tertentu karena mungkin tidak suka dengan NKRI. Terserah. Tapi kita sudah lakukan tugas kita sebaik mungkin supaya tidak terjadi gesekan-gesekan di masyarakat,” tutupnya. (ade/ulo/nat)