Friday, March 29, 2024
29.7 C
Jayapura

Kota Injil Seharian Lumpuh

Pangdam XVIII Kasuari Mayjend TNI Joppye O Wayangkaw, Kapolda Papua Barat Brigjend Pol Herry R Nahak berusaha menenangkan massa aksi. Axel Refo/Radar Papua

*Stop Diskriminasi Masyarakat Papua 

MANOKWARI-Situasi ibukota Papua Barat, Manokwari, lumpuh total sepanjang kemarin (19/8). Sebagian besar masyarakat  turun ke jalan melakukan aksi sebagai bentuk protes atas dua insiden terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, pekan lalu.

Aksi berlangsung sejak 5.30 WIT. Sejumlah jalan utama dipalang menggunakan pohon yang sengaja ditebang. Bahkan, tak sedikit tiang lampu dirobohkan untuk menjadi material yang digunakan untuk menutup akses jalan. 

Situasi makin tak kondusif kala aksi mulai berpusat di Pertigaan Makalu, Jalan Yos Sudarso. Gerombolan massa dari berbagai wilayah berbondong-bondong mendatangi lokasi dengan membawa material masing-masing, kayu, pentungan, tak sedikit yang membawa senjata tajam. 

Massa kemudian melakukan aksi long march menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua Barat, sekra pukul 09.30 WIT. Kemarahan masyarakat seolah dilampiaskan dengan pembakaran kantor wakil rakyat. Menurut sebagian massa, aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap lambannya pemerintah dalam merespon tindakan rasis terhadap masyarakat Papua. Tak sampai di situ, pembakaran juga dilakukan terhadap Gedung Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat yang berada tepat di depan kantor DPRD.

Massa kemudian beralih ke Lapangan Borarsi. Kemarahan massa makin memuncak. Tribun lapangan utama Kota Injil pun dibakar. Setelahnya, massa menuju kembali ke Jalan Yos Sudarso. Namun sepanjang perjalanan, gedung-gedung di sepanjang jalan menuju, Makalo, dirusak dengan pelemparan batu hingga pembakaran gerobak-gerobak makan pedagang. Bahkan sejumlah kendaraan bermotor roda empat dan roda dua dirusak serta dibakar massa.

Baca Juga :  Polres di Wilayah Pegunungan Diminta Waspada

Sekira pukul 11.40 WIT, di seputaran Jalan Yos Sudarso, terpantau, Wakil Gubernur Papua Barat Mohammad Lakotani, dan Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Herry R Nahak bersama Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau, mencoba bernegosiasi pertama kali dengan para demonstran, tapi gagal. 

Kondisi semakin tegang saat drone terbang di atas massa. Hal tersebut tidak diterima para demonstran. Mereka pun melempari batu ke arah drone, namun bukan mengenainya, malah menyasar ke aparat pengamanan TNI-Polri. Imbasnya, aparat pun harus mundur untuk menghindari hujan batu dari massa. Bahkan, para warga, personel TNI-Polri, para jurnalis, dan Karoops Polda Papua Barat Kombes Pol Moch Sagi Dharma Adhyakta terkena lemparan batu. Adhyakta pun harus digotong petugas untuk mendapatkan perawatan medis. Atas kejadian tersebut, aparat Polda Papua Barat langsung menembakkan sejumlah gas air mata ke tengah-tengah massa, untuk meredam aksi anarkis. Namun, gas air mata yang ditembak aparat, malah berbalik arah, karena hembusan angin. Dan lagi-lagi, para personil harus mundur.  

Baca Juga :  Diingatkan Wajib Laksanakan Program Strategis Nasional dan Daerah

Pukul 13.20 WIT, saat ketegangan mulai mereda, Lakatoni kembali menuju kumpulan massa tanpa pengawalan petugas keamanan. Dirinya hanya didampingi sejumlah warga masyarakat dalam melakukan negosiasi kedua. Pukul 14.00 WIT, keadaan di Jalan Yos Sudarso mulai berangsur kondusif. Satu per satu demonstran mulai membubarkan diri, usai membacakan tuntutan mereka di depan Lakatoni.

Saat diwawancarai, Nahak mengatakan kondisi Manokwari sudah kondusif. “Massa sudah membubarkan diri usai bernegosiasi dengan Wagub Papua Barat. Tuntutan mereka, jaminan keamanan mahasiswa asal Papua di wilayah Jawa, dan di daerah lainnya. Serta permintaan maaf dari pejabat terkait pernyataan yang dilontarkan beberapa waktu lalu,” katanya.

Lanjut dia, kejadian di Malang dan Surabaya memicu massa melakukan protes di Manokwari. “Jadi, masyarakat sakit hati dengan ungkapan kata-kata yang kurang baik.  Untuk tuntutan mereka ini, sementara kami tindaklanjuti. Jadi masyarakat diharapkan bersabar, jangan terpancing provokasi, percayakan semuanya kepada kami,” ungkap Nahak.

“Sampai saat ini, kami masih mendata kerusakan bangunan di Manokwari, pasca kerusuhan tadi,” sambungnya.

Sementara itu, Lakatoni menegaskan dirinya sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim). “Kami sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jatim, terkait masalah tersebut. Tuntutan masyarakat kami tindaklanjuti, dan harapannya agar Pemda Jatim segera menyikapi tuntutan kita bersama,” tutupnya. (jzy/JPG)

Pangdam XVIII Kasuari Mayjend TNI Joppye O Wayangkaw, Kapolda Papua Barat Brigjend Pol Herry R Nahak berusaha menenangkan massa aksi. Axel Refo/Radar Papua

*Stop Diskriminasi Masyarakat Papua 

MANOKWARI-Situasi ibukota Papua Barat, Manokwari, lumpuh total sepanjang kemarin (19/8). Sebagian besar masyarakat  turun ke jalan melakukan aksi sebagai bentuk protes atas dua insiden terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, pekan lalu.

Aksi berlangsung sejak 5.30 WIT. Sejumlah jalan utama dipalang menggunakan pohon yang sengaja ditebang. Bahkan, tak sedikit tiang lampu dirobohkan untuk menjadi material yang digunakan untuk menutup akses jalan. 

Situasi makin tak kondusif kala aksi mulai berpusat di Pertigaan Makalu, Jalan Yos Sudarso. Gerombolan massa dari berbagai wilayah berbondong-bondong mendatangi lokasi dengan membawa material masing-masing, kayu, pentungan, tak sedikit yang membawa senjata tajam. 

Massa kemudian melakukan aksi long march menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua Barat, sekra pukul 09.30 WIT. Kemarahan masyarakat seolah dilampiaskan dengan pembakaran kantor wakil rakyat. Menurut sebagian massa, aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap lambannya pemerintah dalam merespon tindakan rasis terhadap masyarakat Papua. Tak sampai di situ, pembakaran juga dilakukan terhadap Gedung Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat yang berada tepat di depan kantor DPRD.

Massa kemudian beralih ke Lapangan Borarsi. Kemarahan massa makin memuncak. Tribun lapangan utama Kota Injil pun dibakar. Setelahnya, massa menuju kembali ke Jalan Yos Sudarso. Namun sepanjang perjalanan, gedung-gedung di sepanjang jalan menuju, Makalo, dirusak dengan pelemparan batu hingga pembakaran gerobak-gerobak makan pedagang. Bahkan sejumlah kendaraan bermotor roda empat dan roda dua dirusak serta dibakar massa.

Baca Juga :  Diingatkan Wajib Laksanakan Program Strategis Nasional dan Daerah

Sekira pukul 11.40 WIT, di seputaran Jalan Yos Sudarso, terpantau, Wakil Gubernur Papua Barat Mohammad Lakotani, dan Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Herry R Nahak bersama Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau, mencoba bernegosiasi pertama kali dengan para demonstran, tapi gagal. 

Kondisi semakin tegang saat drone terbang di atas massa. Hal tersebut tidak diterima para demonstran. Mereka pun melempari batu ke arah drone, namun bukan mengenainya, malah menyasar ke aparat pengamanan TNI-Polri. Imbasnya, aparat pun harus mundur untuk menghindari hujan batu dari massa. Bahkan, para warga, personel TNI-Polri, para jurnalis, dan Karoops Polda Papua Barat Kombes Pol Moch Sagi Dharma Adhyakta terkena lemparan batu. Adhyakta pun harus digotong petugas untuk mendapatkan perawatan medis. Atas kejadian tersebut, aparat Polda Papua Barat langsung menembakkan sejumlah gas air mata ke tengah-tengah massa, untuk meredam aksi anarkis. Namun, gas air mata yang ditembak aparat, malah berbalik arah, karena hembusan angin. Dan lagi-lagi, para personil harus mundur.  

Baca Juga :  Di Base G Seorang ASN Pria Bakar Rumah Sendiri

Pukul 13.20 WIT, saat ketegangan mulai mereda, Lakatoni kembali menuju kumpulan massa tanpa pengawalan petugas keamanan. Dirinya hanya didampingi sejumlah warga masyarakat dalam melakukan negosiasi kedua. Pukul 14.00 WIT, keadaan di Jalan Yos Sudarso mulai berangsur kondusif. Satu per satu demonstran mulai membubarkan diri, usai membacakan tuntutan mereka di depan Lakatoni.

Saat diwawancarai, Nahak mengatakan kondisi Manokwari sudah kondusif. “Massa sudah membubarkan diri usai bernegosiasi dengan Wagub Papua Barat. Tuntutan mereka, jaminan keamanan mahasiswa asal Papua di wilayah Jawa, dan di daerah lainnya. Serta permintaan maaf dari pejabat terkait pernyataan yang dilontarkan beberapa waktu lalu,” katanya.

Lanjut dia, kejadian di Malang dan Surabaya memicu massa melakukan protes di Manokwari. “Jadi, masyarakat sakit hati dengan ungkapan kata-kata yang kurang baik.  Untuk tuntutan mereka ini, sementara kami tindaklanjuti. Jadi masyarakat diharapkan bersabar, jangan terpancing provokasi, percayakan semuanya kepada kami,” ungkap Nahak.

“Sampai saat ini, kami masih mendata kerusakan bangunan di Manokwari, pasca kerusuhan tadi,” sambungnya.

Sementara itu, Lakatoni menegaskan dirinya sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jawa Timur (Jatim). “Kami sudah berkoordinasi dengan Gubernur Jatim, terkait masalah tersebut. Tuntutan masyarakat kami tindaklanjuti, dan harapannya agar Pemda Jatim segera menyikapi tuntutan kita bersama,” tutupnya. (jzy/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya