Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Hujan Deras, Tiga Perumahan di Sentani Terendam

Sementara itu Esron Pakpahan, salah satu pembina pramuka yang juga anggota rescue Kota Jayapura mengatakan peristiwa banjir bandang yang terjadi pada 19 Maret 2019 itu dan mencatat lebih dari 100 orang meninggal itu perlu diperingati.

“Peringatan atau diperingati ini bagus juga sebab dengan sendirinya kita akan terus mengingat bahwa bencana alam itu bisa terjadi kapan saja dan bisa menelan korban jiwa. Bisa menjadi momentum untum mawas diri,” kata Esron Pakpahan.

  Ia menyebut bahwa kejadian kelam di kota dan Kabupaten Jayapura ketika itu bisa dijadikan pembelajaran bahwa ketika hutan dibabat, tanah digali maka potensi bencana itu sangat mungkin terjadi.

Baca Juga :  Kudeta Borneo FC

“Jangan sampai sejarah kelam itu dilupakan begitu saja dan manusia kembali lalai dan musibah kembali terjadi,” bebernya. Senada disampaikan salah satu pegiat social Kota Jayapura, Gunawan yang menyebut bahwa hingga kini ia tidak melihat apakah musibah banjir bandang di Jayapura akan diperingati atau tidak.

“Pendapat saya akan lebih baik ada pesan yang disampaikan pemerintah terkait bencana tersebut sebab itu akan mengingatkan masyarakat. Kita tahu masih banyak warga yang tinggal disekitar lereng dengan kebiasaan – kebiasaan yang berpotensi merugikan orang lain,” beber Gunawan. (ana/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Sementara itu Esron Pakpahan, salah satu pembina pramuka yang juga anggota rescue Kota Jayapura mengatakan peristiwa banjir bandang yang terjadi pada 19 Maret 2019 itu dan mencatat lebih dari 100 orang meninggal itu perlu diperingati.

“Peringatan atau diperingati ini bagus juga sebab dengan sendirinya kita akan terus mengingat bahwa bencana alam itu bisa terjadi kapan saja dan bisa menelan korban jiwa. Bisa menjadi momentum untum mawas diri,” kata Esron Pakpahan.

  Ia menyebut bahwa kejadian kelam di kota dan Kabupaten Jayapura ketika itu bisa dijadikan pembelajaran bahwa ketika hutan dibabat, tanah digali maka potensi bencana itu sangat mungkin terjadi.

Baca Juga :  Kampung Adat Harus Benar benar Jalankan Norma Adat

“Jangan sampai sejarah kelam itu dilupakan begitu saja dan manusia kembali lalai dan musibah kembali terjadi,” bebernya. Senada disampaikan salah satu pegiat social Kota Jayapura, Gunawan yang menyebut bahwa hingga kini ia tidak melihat apakah musibah banjir bandang di Jayapura akan diperingati atau tidak.

“Pendapat saya akan lebih baik ada pesan yang disampaikan pemerintah terkait bencana tersebut sebab itu akan mengingatkan masyarakat. Kita tahu masih banyak warga yang tinggal disekitar lereng dengan kebiasaan – kebiasaan yang berpotensi merugikan orang lain,” beber Gunawan. (ana/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya