Dia mengakui, luasan lahan pertanian yang kini dialihfungsikan menjadi daerah pembangunan infrastruktur itu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari sebelumnya 19 hektar saat ini sudah mencapai 88 hektar.
“Jadi dari 19 hektar itu sekarang naik menjadi, 88 hektar. Yang sebelumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sayuran, dan mungkin sekarang untuk sayuran kita hanya dapat pasokan dari Arso,”katanya.
Dia menjelaskan terkait dan pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai pengembangan wilayah kota Jayapura kedepan, sebenarnya sudah ada beberapa daerah atau tempat di kawasan itu yang sudah dimungkinkan untuk dialihfungsikan. Tetapi ada juga beberapa wilayah lainnya yang belum dimungkinkan untuk pengalihan fungsi. Namun apabila perubahan itu dilakukan harus dilihat lagi di ATR BPN atau perlu dilihat lagi dokumen RT RW di Bappeda.
Pihaknya hanya mewanti-wanti daerah-daerah resapan air di wilayah itu yang tidak boleh ada pembangunan infrastruktur apapun.
“Katakanlah di dekat Kali Buaya itu, kalau pasang dan surut bisa banjir rob. Sedangkan orang sudah membangun perumahan di dekat Kali Buaya. Sudah tahu daerah itu dari pemetaan rawan bencana, dia masuk daerah merah. Tapi kalau sudah dibangun perumahan dan sewaktu-waktu terjadi tsunami, terus saya tanya kira-kira risiko bencana tinggi apa tidak. Jadi sebenarnya kita merencanakan dulu daerah yang harus clear, baru dibangun,”ungkapnya. (roy/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos