
Pangdam: Senjata TNI Korban MI-17 Tidak Ditemukan
JAYAPURA-Setelah berhasil dievakuasi dari lokasi jatuhnya helikopter milik TNI AD di Pegunungan Mandala, 12 jenazah orang korban yang terdiri dari 7 kru dan 5 anggota Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) langsung diterbangkan ke Bandara Oksibil menggunakan helikopter dan selanjutnya diterbangkan menggunakan pesawat ke Base Ops Lanud Silas Papare di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (15/2).
Dari Base Ops Lanud Silas Papare, Sentani, 12 jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua di Kotaraja, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Dari pantauan Cenderawasih Pos, iring-iringan mobil jenazah yang membawa 12 kantong jenazah, tiba di RS Bhayangkara sekira pukul 11.36 WIT. Mobil jenazah ini langsung menuju halaman belakang rumah sakit tempat ruang jenasah.
Saat dibawa masuk ke dalam ruang jenazah, terlihat dua kantong jenazah pertama nampak masih utuh namun untuk kantong ketiga terlihat sudah tak utuh lagi. Aparat TNI Polri bahu membahu menurunkan jenazah dari mobil.
Tak lama kemudian, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab bersama Kapolda Papua, Irjend Pol Drs Paulus Waterpauw dan Danlanud Silas Papare, Marsma TNI Tri Wibowo tiba di Pos DVI Post Mortem RS Bhayangkara dan langsung mengecek jenazah.
Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab mengatakan. direncanakan Senin (17/2) hari ini, semua jenazah akan dikirim ke daerah masing-masing untuk dimakamkan. Menurut Pangdam, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto direncanakan yang akan melepas 12 jenazah ini. “Panglima TNI yang akan melepas jenazah sesuai tujuan, ada yang ke Sorong, Ambon, Sulawesi dan Jawa,” katanya.
Mengenai senjata prajurit yang hilang, pihak TNI menduga ada warga setempat yang mengamankan dan pihaknya akan melakukan pendekatan agar senjata-senjata ini bisa kembali. Pangdam Asaribab juga menyebut bahwa pesawat jatuh murni karena cuara, bukan ditembak oleh kelompok separatis.
“Jika dilihat dari medannya ini mutlak kecelakaan dimana pukul 12.15 WIT pilot mengikuti rute utama. Kemudian karena tertutup, mereka paksakan untuk pulang dan mencari arah lain. Nah mencari arah lain inilah pada ketinggian 11.000 mungkin mengira sudah paling tinggi ternyata salah, masih ada gunung,” beber Asaribab.
Ia menceritakan pernah pada ketinggian 12.000 ternyata gunung masih lebih tinggi yaitu Puncak Mandala. “Perkiraan saya, pilot mungkin menduga sudah melewati gunung dan ternyata belum,” imbuhnya.
Dikatakan, untuk senjata yang dibawa dan sudah dinyatakan hilang ada tujuh pucuk senjata api laras panjang SS1 dan pistol ada tiga.
Pangdam Asaribab mengatakan, sebelum dilakukan evakuasi terhadap 12 prajurit TNI yang menjadi korban jatuhnya helikopter MI-17, dirinya bersama Danrem 172/PWY dan Bupati Pegunungan Bintang, Constan Oktemka melakukan pantaun udara menggunakan helikopter di sekitar lokasi jatuhnya helikopter MI-17.
“Kami melihat ada serpihan di situ, sehingga akhirnya dilakukan evakuasi, Sabtu pagi,” jelasnya kepada wartawan di Base Ops Lanud Silas Papare.
Sebe;um evakuasi, tim evakuasi menurut Pangdam Asaribab sudah diturunkan ke lokasi sejak Kamis (13/2) dan melakukan persiapan hingga akhirnya berhasil mengevakuasi jenazah dari lokasi jatuhnya helikopter. “Tim evakuasi berhasil masuk ke TKP dari daerah persiapan butuh waktu lima jam. Kemudian tim bermalam dan hari Sabtu (15/2) pagi baru bisa dievakuasi,” ungkapnya.
“Saya bersama pimpinan TNI dan Polri mengucapkan terima kasih kepada seluruh komponen yang mendukung, baik di Kabupaten Pegunungan Bintang, ada Bapak Bupati beserta masyarakat dan unsur TNI-Polri yang berada di sana sehingga kita bisa melihat jenazah sudah ada di sini,” sambungnya.
Sementara itu, wartawan Cenderawasih Pos yang meliput proses evakuasi di Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, 12 kantong jenazah dievakuasi sebanyak dua sortir.
Sortir pertama, helikopter bell jenis 212 milik PT. Intan Angkasa mengangkut 4 kantung jenazah. Sementara sortir kedua menggunakan helikopter bell 412 milik TNI AD mengangkut 8 kantung jenazah.

Adapun jenazah kru dan penumpang helikopter yang jatuh pada 28 Juni tahun 2019 lalu terdiri dari 7 kru dan 5 anggota Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Yonif 725/WRG.
Identitas tujuh kru helikopter yaitu Kapten CPN Haris Avik (pilot), Lettu CPN Ahwar (copilot), Kapten CPN Bambang, Serka Suriatna, Pratu Asharul, Praka Dwi Pur, dan Serda Dita Ilham.
Sedangkan lima anggota Satgas Pamtas Yonif 725/WRG yakni, Serda Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddin, dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Danrem 172/PWY, Kolonel Inf. Jonathan Binsar Sianipar menyampaikan, dari 12 jenazah yang dievakuasi 10 diantaranya sudah teridentivikasi dan kondisinya sebagian masih utuh. Sementara 2 jenazah lainnya tinggal kerangka atau tidak dikenali.
“Dua jenazah yang tidak dikenali ini akan diidentivikasi di Jayapura yakni di Rumah Sakit Bhayangkara,” ucap Dandrem kepada Cenderawasih Pos di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Sabtu (15/2).
Lanjut Danrem, selain mengevakuasi 12 jenazah, tim juga mengevakuasi Flight Data Record (FDR). Dengan dievakuasinya FDR tersebut diharapkan dalam waktu dekat bisa diketahui penyebab kecelakaan helikopter.
“Dengan dievakuasinya 12 jenazah secara otomatis kita akan hentikan proses evakuasi heli MI-17. Karena tidak memungkinkan kita mengangkut sisa barang atau bodi pesawat dengan medan yang sulit,” jelasnya.
Sementara tim evakuasi yang berjumlah 30 orang Minggu (15/2) kemarin sudah ditarik sebanyak 3 sortir dari kaki puncak Mandala menuju Oksibil.
Terkait dengan evakuasi ini, Danrem memberikan penghargaan untuk tim evakuasi yang berada di TKP, para pilot dari PT Intan dan PT Antam yang membantu selama proses evakuasi. Pihak Polri, Pemda, Basarnas dan pihak bandara.
Sementara itu, Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Michael Mumbunan menyampaikan hingga Sabtu (15/2) pihaknya mengerahkan sebanyak 50 personel.
“Yang dilakukan personel kami membantu mengangkat kantung jenazah dari heli evakuasi menuju mobil jenazah, sekaligus pengamanan di area bandara,” pungkasnya. (ade/roy/fia/nat)