“Kalau dulu itu kita masih vertikal itu langsung mendapat perhatian dari pusat. Tetapi sejak tahun 2002 sejak dilimpahkan kewenangan ke daerah jadilah seperti ini,” ceritanya. Paling miris lagi, sejak Desember 2024 kemarin, listrik PLN yang tersambung ke museum itu sudah tidak berfungsi lagi. Sehingga benda-benda budaya yang ada di dalamnya itu juga keberadaannya sangat terancam terutama dari kelapukan yang disebabkan rayap atau serangga lainya.
Semestinya setiap ruangan harus dialiri listrik penerangan termasuk AC sehingga suhu di dalam ruangan itu selalu terjaga. Cenderawasih Pos mencoba melihat langsung beberapa koleksi benda-benda budaya yang ada di dalam. Namun sayang, untuk berkunjung ke lantai 2, setiap pengunjung harus menyalakan penerangan dari handphone untuk bisa melihat benda-benda koleksi.
“Setiap hari ada saja orang yang datang berkunjung tetapi kami selalu sampaikan kondisi kita saat ini seperti ini salah satunya tidak ada penerangan dan bahkan di dalamnya hawanya juga agak sedikit panas. Jadi untuk saat ini perawatan itu tergantung anggaran. Tetapi kalau untuk sehari-hari ya kita kerja saja apa adanya. Termasuk untuk membersihkan di dalam dan di luar pakai dana pribadi kami,” tutupnya.(roy/ade).
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos