Ia menyebut, dalam operasi SAR ini selaku pihak keamanan pihaknya mengerahkan helikopter Caracal TNI AU untuk melakukan pengamanan dari udara selama proses evakuasi berlangsung. Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Satgas Rajawali yang berada di Distrik Jila untuk melakukan pengamanan darat.
“Jadi kita punya tiga cara bertindak (CB), yang satu adalah One Skid Landing (pendaratan helikopter dengan satu penyangga) yang jaraknya cuman 50 meter, kemudian ada juga yang jalan darat yang 500 meter, nah yang 500 meter itu yang kita siapkan pasukan untuk kemanan di darat. Tapi Alhamdulillah karena medan yang bagus akhirnya kita menggunakan CB yang pertama, yaitu One Skid Landing,” kata Danlanud.
Danlanud menyebut, pergerakan helikopter yang melakukan pengamanan dari udara juga bertujuan untuk memantau dengan cermat pergerakan-pergerakan yang tidak diinginkan serta mengganggu jalannya evakuasi.
Ia juga mengatakan, sekitar 28 personel yang dikerahkan dengan menggunakan dua unit helikopter Caracal untuk melakukan pengamanan udara tersebut. “Jadi kita pake dua flight itu untuk yang di udara ya, kalau yang di sana itu sudah ada Satgas Rajawali,” tutupnya.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika Charles Y. Batlajery menyampaikan bahwa tim evakuasi yang berangkat ke lokasi dilengkapi dengan peralatan High Angle Rescue Technique (HART) dan juga peralatan ekstrikasi.
Saat proses evakuasi berlangsung, tim turun ke titik jatuhnya helikopter dengan menggunakan metode One Skid Landing kemudian mengevakuasi keempat korban tersebut menuju ke Jila, sebelum akhirnya diterbangkan ke Kota Timika.
“Jadi operasi SAR ini Basarnas sebagai leading sector sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 bahwa operasi SAR merupakan tugas dari seluruh tim SAR gabungan dan puji tuhan alhamdulillah sudah selesai dengan baik,” jelasnya.