Wednesday, August 13, 2025
22.5 C
Jayapura

Festival Budaya Lanny Jaya Harus Bisa Menginternasional

Kata Mantan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Lanny Jaya, FBLJ bukan sekadar acara seremonial saja, namun lebih kepada momentum strategis untuk mendorong sektor pariwisata. Oleh karena itu pemerintah berkomitmen menjadikan Lanny Jaya sebagai destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati budaya dan alam Papua Pegunungan.

“Ke depan, kita harus jadikan Lanny Jaya sebagai salah satu pusat pariwisata di Papua Pegunungan. Mari kita jaga agar kota ini tetap aman, nyaman, dan terbuka bagi siapa pun yang ingin datang menikmati kekayaan budaya dan keindahan alam kita,” tegasnya.

Selain itu, dalam iven tersebut juga dilakukan meluncurkan batik noken Lanny Jaya, karya khas yang memadukan nilai budaya lokal dengan kreativitas modern. Peluncuran tersebut dilakukan dalam rangkaian Festival Budaya Lanny Jaya Ke-4 yang berlangsung di halaman Kantor DPRK. “Batik ini menjadi simbol kekayaan budaya Lanny Jaya yang kini diperkenalkan secara resmi sebagai identitas daerah.

Baca Juga :  Total 22 Ribu Guru yang Harus Divaksin

Selama 10 tahun kami sudah merancang batik khas Lanny Jaya, dan desainnya terus mengalami perubahan. Hari ini menjadi bersejarah pertama kalinya kami secara resmi meluncurkan Batik Noken Lanny Jaya,” beber Bupati Aletinus.

Ia menjelaskan bahwa batik tersebut rencananya akan diserahkan langsung kepada Gubernur Papua Pegunungan sebagai bentuk apresiasi sekaligus kenangan. Ini akan ditandatangani langsung sebagai simbol bahwa batik ini resmi menjadi identitas budaya Lanny Jaya, dimana warna dan motif asli Suku Lanny.

Sementara itu desainer utama batik, Yotran Yigibalom, menjelaskan bahwa seluruh unsur dalam batik tersebut diambil dari akar budaya Suku Lanny. Warna dasar seperti putih, kuning, cokelat, dan hijau berasal dari sumber alam dan simbol-simbol budaya lokal.

Baca Juga :  Datangi DPRK, HonorerTuntut Keadilan dalam Rekrutmen ASN

“Putih berasal dari keladi hutan, kuning dari tanaman Tenombeni, Lawi-lawi, dan Yuwangwe. Semua warna ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Lanny, rancangan batik telah berkembang dari festival pertama hingga kini, dan terus dimodifikasi berdasarkan masukan masyarakat.”katanya.

Kata Mantan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Lanny Jaya, FBLJ bukan sekadar acara seremonial saja, namun lebih kepada momentum strategis untuk mendorong sektor pariwisata. Oleh karena itu pemerintah berkomitmen menjadikan Lanny Jaya sebagai destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati budaya dan alam Papua Pegunungan.

“Ke depan, kita harus jadikan Lanny Jaya sebagai salah satu pusat pariwisata di Papua Pegunungan. Mari kita jaga agar kota ini tetap aman, nyaman, dan terbuka bagi siapa pun yang ingin datang menikmati kekayaan budaya dan keindahan alam kita,” tegasnya.

Selain itu, dalam iven tersebut juga dilakukan meluncurkan batik noken Lanny Jaya, karya khas yang memadukan nilai budaya lokal dengan kreativitas modern. Peluncuran tersebut dilakukan dalam rangkaian Festival Budaya Lanny Jaya Ke-4 yang berlangsung di halaman Kantor DPRK. “Batik ini menjadi simbol kekayaan budaya Lanny Jaya yang kini diperkenalkan secara resmi sebagai identitas daerah.

Baca Juga :  Overload dan Tertidur Saat Kapal Tenggelam

Selama 10 tahun kami sudah merancang batik khas Lanny Jaya, dan desainnya terus mengalami perubahan. Hari ini menjadi bersejarah pertama kalinya kami secara resmi meluncurkan Batik Noken Lanny Jaya,” beber Bupati Aletinus.

Ia menjelaskan bahwa batik tersebut rencananya akan diserahkan langsung kepada Gubernur Papua Pegunungan sebagai bentuk apresiasi sekaligus kenangan. Ini akan ditandatangani langsung sebagai simbol bahwa batik ini resmi menjadi identitas budaya Lanny Jaya, dimana warna dan motif asli Suku Lanny.

Sementara itu desainer utama batik, Yotran Yigibalom, menjelaskan bahwa seluruh unsur dalam batik tersebut diambil dari akar budaya Suku Lanny. Warna dasar seperti putih, kuning, cokelat, dan hijau berasal dari sumber alam dan simbol-simbol budaya lokal.

Baca Juga :  BPKP dan Pemkab Jayawijaya Lakukan Evaluasi Pengelolaan Keuangan Desa

“Putih berasal dari keladi hutan, kuning dari tanaman Tenombeni, Lawi-lawi, dan Yuwangwe. Semua warna ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Lanny, rancangan batik telah berkembang dari festival pertama hingga kini, dan terus dimodifikasi berdasarkan masukan masyarakat.”katanya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya