Penumpang Sipil di Hercules Atas Permintaan Bupati Jayapura dan Keerom
WAMENA-Sebanyak 10 orang penumpang dari Biak dan Timika yang didaratkan dengan penerbangan pesawat Hercules milik TNI AU di Bandara Wamena dipulangkan ke daerah asal usai menjalani karantina, Sabtu (4/4).
Pemulangan ini dilakukan karena, Bandara Wamena tidak menerima penumpang dari luar untuk sementara waktu guna menghindari penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Dari 10 orang yang tiba di Bandara Wamena, delapan orang warga sipil dari Biak dan dua orang anggota TNI dari Timika. Dimana delapan warga sipil ini hendak ke Jayapura sementara dua anggota TNI memang akan ke Wamena untuk koordinasi dengan Dandim 1702/Jayawijaya. Pelarangan ini berpatokan pada surat keputusan Bupati Jayawijaya dan keputusan Gubernur Papua yang menutup bandara dari aktivitas penerbangan komersil sementara waktu.
Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua menegaskan sesuai dengan hasil rapat dengan Forkopimda, bandara ditutup sampai 9 April. Namun dirinya melihat ada penumpang yang transit Biak, Timika, Wamena sehingga Pemda merasa TNI AU tidak komitmen dengan apa yang telah disepakati.
“Edaran Gubernur Papua untuk tiga wilayah adat tak boleh buka termasuk Lapago. Untuk itu, saya harap penumpang ini dikembalikan ke tempat asal mereka supaya tidak turun di Wamena atau ke Jayapura,”tegasnya saat ditemui di Bandara Wamena, Sabtu (4/4).
Dikatakan, Pemkab Jayawiajaya saat ini masih melakukan isolasi di Bandara Wamena. Untuk itu, dirinya berharap TNI AU bisa paham bagaimana tanggung jawab di daerah masing-masing. Dimana ada penegasan tetap tak boleh ada penumpang lewat atau turun ke Wamena dari luar selama bandara ditutup.
“Kita ingin daerah kita benar-benar steril dari Covid -19. Saya harap TNI AU harus benar -benar tegas. Karena beberapa waktu lalu bersama pemda ikut ambil bagian dalam menerima demo masyarakat, dan saat rapat juga punya komitmen yang sama,”jelasnya.
Ia mengakui jika mendapat laporan langsung dan dilakukan koordinasi dengan Kapolres dan Dandim untuk mengembalikan mereka ke tujuan asalnya. Karena mereka sempat dilepas di lokasi kargo dan berkeliaran begitu saja.
“Kita tahu di Timika sudah ada yang meninggal. Itu yang kita harap supaya benar-benar tidak lolos ke tempat kita. Bahkan di semua Papua tutup dan kenapa sampai bisa lolos.”ujar Jhon Banua.
Secara terpisah Komandan Detasemen TNI AU Wamena, Mayor PNB Arief Sudjatmiko ketika dikonfirmasi menjelaskan memang ada penumpang yang turun di Bandara Wamena menggunakan penerbangan Hercules. Yakni dua anggota TNI dalam rangka koordinasi dengan Kodim dari Koorps Pinang Sirih Timika dan ada delapan warga sipil dari Biak tujuan Jayapura.
“Untuk anggota TNI memang mau koordinasi namun dokumennya kurang lengkap sehingga kita karantina dan diperiksa oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan, (KKP). Sama halnya dengan delapan orang warga sipil dari Biak,” bebernya saat ditemui di Bandara Wamena.
Untuk delapan warga sipil ini menurut Arief Sudjatmiko, berangkat dari Biak dan memang tujuannya Jayapura sehingga dikembalikan lagi ke Biak. Ia memastikan jika pihaknya di Wamena dalam kapasitas tak tahu jika ada penumpang lain yang diangkut Hercules namun yang jelas sudah dikembalikan ke daerah asal.
“Tidak ada tujuan Wamena. Untuk dua anggota TNI AD itu tujuan koordinasi dengan Kodim. Sementara delapan warga sipil tujuan Sentani. Pesawat hercules ini mengangkut juga barang untuk kebutuhan logistik Batalyon 756/, 721, 305 yang memang ada di wilayah Wamena untuk dorlog pasukan,” tambahnya.
Secara terpisah Komandan Lanud Silas Papare Marsma TNI Tri Bowo Budi Santoso memberikan klarifikasi terkait pemberitaan disalah satu media online terkait adanya penumpang sipil yang ikut dalam penerbangan pesawat Hercules milik TNI AU dari Biak, Timika, Sentani Jayapura. Dimana pesawat tersebut sempat transit di Bandara Wamena, Jayawijaya, Sabtu (4/4) pagi.
Dia mengakui, ada enam orang penumpang sipil yang ikut dalam penerbangan menggunakan pesawat Hercules TNI AU tersebut. Namun layanan terbang untuk enam penumpang sipil itu, pihaknya mengizinkan setelah adanya permintaan melalui surat resmi yang ditandatangi oleh bupati yakni Bupati Jayapura dan Bupati Keerom.
“Jadi itu ada surat resmi dari kepala daerah. Yaitu bupati Jayapura dan Kerom,” ungkap Danlanud Tri Bowo saat dikonfirmasi media ini, Minggu (5/4), malam.
Menurudnya, enam warga sipil itu terdiri dari ASN yang juga anggota Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Kabupaten Jayapura maupun Keerom. Bahkan kata dia, dua diantaranya merupakan dokter yang bertugas di RSUD Yowari yang mana tenaganya sangat dibutuhkan untuk penanganan pasien Covid-19 di Kabupaten Jayapura yang sementara ini dirawat di RSUD Yowari.
“Saya hanya membantu pemerintah daerah. Kami justru senang kalau tidak mengangkut penumpang. Kalau mau jujur kita malah sedikit direpotkan, namun karena ini diperlukan sehingga kita tetap perjuangkan. Namun kemudian malah diberitakan macam-macam. Saya marah besar,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Pihaknya juga menyesalkan langkah salah satu media online yang memuat berita namun tidak melakukan klarifikasi terlebih dahulu. Pihaknya khawatir, dengan adanya pemberitaan tersebut seolah-olah tidak mengikuti kebijakan pembatasan layanan terbang bagi warga sipil dalam rangka membatsi Covid-19 di Papua. (jo/roy/nat)