Thursday, March 28, 2024
26.7 C
Jayapura

Tiga Pelajar Papua Belum Dievakuasi

Yan P. Mandenas ( FOTO: Gratianus Silas/Cepos)

Dua Mahasiswa P5 Segera Dipulangkan dari Tiongkok 

JAYAPURA-Pemerintah Provinsi Papua, khususnya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) memaparkan bahwa dari total 29 pelajar Papua yang studi di Tiongkok, 26 pelajar telah dievakuasi kembali ke Indonesia. Sementara untuk kepulangan 3 pelajar lainnya terjadwal pada 4 dan 7 Februari.

Namun, di sisi lain, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah mengambil kebijakan dengan menutup sementara penerbangan dari dan ke Tiongkok. Hal ini dilakukan guna menangkal penyebaran Coronavirus (nCoV) di Tanah Air.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi I DPR RI, Yan P. Mandenas, menjelaskan bahwa meskipun penerbangan komersil ditutup sementara, namun pemerintah menyediakan fasilitas penerbangan untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Tiongkok.

Dengan demikian, menurut Mandenas, BPSDM Provinsi Papua berkewajiban untuk melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (BKRI) di Beijing, sehingga dapat mendata mahasiswa Papua yang masih berada di kota-kota studi di Tiongkok dan diinput dalam daftar kepulangan WNI ke Indonesia.

“Namun, WNI yang telah dievakuasi kembali ke Indonesia tidak bisa langsung kembali ke masing-masing daerah asalnya. Melainkan, mereka dikarantina dulu di Natuna selama 14 hari, baru kemudian dapat dipulangkan ke kota asalnya. Tak terkecuali bagi para pelajar asal Papua,” jelas Yan P. Mandenas kepada Cenderawasih Pos via telepon, Senin (3/2) kemarin.

Mandenas menyebutkan bahwa langkah yang diambil pemerintah bersifat win-win solution. Dalam hal ini menutup sementara penerbangan komersil dari dan ke Tiongkok, namun tetap mengevakuasi WNI kembali ke Indonesia menggunakan penerbangan yang telah disediakan pemerintah.

Baca Juga :  Dua Terpidana Korupsi Jadi Incaran Kejati

“Langkah yang diambil Menlu ini sudah dikonsultasikan dan disetujui DPR. Dengan kata lain, langkah yang diambil ini merupakan hasil dari rapat koordinasi bersama DPR RI. Pemerintah mengantisipasi jangan sampai nCoV masuk Indonesia, terlebih virus ini sudah tersebar di 19 – 21 negara di dunia,” bebernya.

Secara terpisah, Kepala BPSDM Provinsi Papua, Aryoko Rumaropen mengaku merasa perlu untuk mengonfirmasi kembali Kemenlu RI dan pelajar Papua yang masih tertinggal di Tiongkok. Terlebih dengan kebijakan penghentian sementara penerbangan dari dan ke Tiongkok.

“Awalnya memang kita inginkan pemulangan 29 pelajar Papua dari Tiongkok itu sekaligus dalam satu penerbangan yang sama. Namun, 3 pelajar ini masih mengurus studi yang belum selesai, terlebih ini baru memasuki awal perkuliahan. Sedangkan yang 26 sudah berhasil kita pulangkan,” ujar Aryoko Rumaropen.

“Makanya, kami masih akan koordinasi dengan Kemlu. Pasalnya, anak-anak sudah memiliki tiket penerbangan pulang ke Indonesia di tanggal 4 dan 7 Februari nanti. Artinya, memang dengan kondisi seperti ini, kita mengambil tiket penerbangan pemulangan pelajar Papua karena mempertimbangkan kondisi mereka di sana,” tambahnya.

Rumaropen mengonfirmasi bahwa tidak ada pelajar Papua yang melakukan studi di daerah yang menjadi sumber nCoV, yakni Wuhan, Tiongkok. “Tidak ada yang studi di Wuhan, melainkan di daerah-daerah lain di Tiongkok. Dan mereka dalam kondisi baik,” pungkasnya. 

Sementara Pemkab Jayapura juga segera memulangkan 2 mahasiswa asal kabupaten Jayapura yang saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok.

Bupati Jayapura Mathius awoitauw SE MSi mengatakan, sampai saat ini Pemkab Jayapura terus memantau tentang perkembangan dan kondisi dua mahasiswa asal Kabupaten Jayapura yang saat ini sedang berada di Tiongkok.

Baca Juga :  Memastikan Emergency Used Authorization Vaksin Covid-19

“Kita masih berkomunikasi dengan mereka dan informasi yang kita dapat bahwa di tempat mereka berada saat ini dalam kondisi aman,” kata Mathius Awoitauw saat ditemui di kantor Bupati Jayapura Senin (3/2).

Sementara itu kepala BKD Kabupaten Jayapura, Alex Rumbobiar menjelaskan, sampai dengan saat ini pihaknya terus melakukan komunikasi yang Intens terkait keberadaan dua mahasiswa asal Papua yang saat ini masih berada di Tiongkok. 

Terkait hal itu pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan pihak ketiga yang berasal dari kampus secara khusus mengelola program P5. “Kami sudah komunikasi, mereka pada prinsipnya sudah siap untuk membantu memulangkan anak-anak kita. Sehingga Berdasarkan informasi terakhir yang kami terima tadi malam, anak-anak ini juga sudah di komunikasi oleh Pak Andre (pihak ketiga). Sehingga kita tinggal menunggu urusan teman-teman pihak ketiga kepada pemerintah yang ada di sana,  dalam waktu dekat mereka sudah kembali” katanya.

Ditanya mengenai  alasan pemerintah Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura yang tidak memulangkan 2 mahasiswa itu bersamaan dengan ratusan warga Indonesia lainnya yang dijemput oleh pemerintah RI  beberapa hari lalu, menurutnya pada prinsipnya, pihak ketiga yang akan berkomunikasi dengan kedutaan Republik Indonesia. 

“Mereka kita dilaporkan ke kedutaan RI di Tiongkok kemudian nanti kedutaan yang akan menyiapkan itu semua lewat komunikasi yang dibangun oleh pihak ketiga. Nanti mereka akan dikarantina dulu sebelum ke airport,” jelasnya. (gr/roy/nat)

Yan P. Mandenas ( FOTO: Gratianus Silas/Cepos)

Dua Mahasiswa P5 Segera Dipulangkan dari Tiongkok 

JAYAPURA-Pemerintah Provinsi Papua, khususnya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) memaparkan bahwa dari total 29 pelajar Papua yang studi di Tiongkok, 26 pelajar telah dievakuasi kembali ke Indonesia. Sementara untuk kepulangan 3 pelajar lainnya terjadwal pada 4 dan 7 Februari.

Namun, di sisi lain, Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah mengambil kebijakan dengan menutup sementara penerbangan dari dan ke Tiongkok. Hal ini dilakukan guna menangkal penyebaran Coronavirus (nCoV) di Tanah Air.

Menyikapi hal tersebut, anggota Komisi I DPR RI, Yan P. Mandenas, menjelaskan bahwa meskipun penerbangan komersil ditutup sementara, namun pemerintah menyediakan fasilitas penerbangan untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Tiongkok.

Dengan demikian, menurut Mandenas, BPSDM Provinsi Papua berkewajiban untuk melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (BKRI) di Beijing, sehingga dapat mendata mahasiswa Papua yang masih berada di kota-kota studi di Tiongkok dan diinput dalam daftar kepulangan WNI ke Indonesia.

“Namun, WNI yang telah dievakuasi kembali ke Indonesia tidak bisa langsung kembali ke masing-masing daerah asalnya. Melainkan, mereka dikarantina dulu di Natuna selama 14 hari, baru kemudian dapat dipulangkan ke kota asalnya. Tak terkecuali bagi para pelajar asal Papua,” jelas Yan P. Mandenas kepada Cenderawasih Pos via telepon, Senin (3/2) kemarin.

Mandenas menyebutkan bahwa langkah yang diambil pemerintah bersifat win-win solution. Dalam hal ini menutup sementara penerbangan komersil dari dan ke Tiongkok, namun tetap mengevakuasi WNI kembali ke Indonesia menggunakan penerbangan yang telah disediakan pemerintah.

Baca Juga :  Kebakaran di Kampung Buton, Seorang Bayi Kena Sambaran Api

“Langkah yang diambil Menlu ini sudah dikonsultasikan dan disetujui DPR. Dengan kata lain, langkah yang diambil ini merupakan hasil dari rapat koordinasi bersama DPR RI. Pemerintah mengantisipasi jangan sampai nCoV masuk Indonesia, terlebih virus ini sudah tersebar di 19 – 21 negara di dunia,” bebernya.

Secara terpisah, Kepala BPSDM Provinsi Papua, Aryoko Rumaropen mengaku merasa perlu untuk mengonfirmasi kembali Kemenlu RI dan pelajar Papua yang masih tertinggal di Tiongkok. Terlebih dengan kebijakan penghentian sementara penerbangan dari dan ke Tiongkok.

“Awalnya memang kita inginkan pemulangan 29 pelajar Papua dari Tiongkok itu sekaligus dalam satu penerbangan yang sama. Namun, 3 pelajar ini masih mengurus studi yang belum selesai, terlebih ini baru memasuki awal perkuliahan. Sedangkan yang 26 sudah berhasil kita pulangkan,” ujar Aryoko Rumaropen.

“Makanya, kami masih akan koordinasi dengan Kemlu. Pasalnya, anak-anak sudah memiliki tiket penerbangan pulang ke Indonesia di tanggal 4 dan 7 Februari nanti. Artinya, memang dengan kondisi seperti ini, kita mengambil tiket penerbangan pemulangan pelajar Papua karena mempertimbangkan kondisi mereka di sana,” tambahnya.

Rumaropen mengonfirmasi bahwa tidak ada pelajar Papua yang melakukan studi di daerah yang menjadi sumber nCoV, yakni Wuhan, Tiongkok. “Tidak ada yang studi di Wuhan, melainkan di daerah-daerah lain di Tiongkok. Dan mereka dalam kondisi baik,” pungkasnya. 

Sementara Pemkab Jayapura juga segera memulangkan 2 mahasiswa asal kabupaten Jayapura yang saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Tiongkok.

Bupati Jayapura Mathius awoitauw SE MSi mengatakan, sampai saat ini Pemkab Jayapura terus memantau tentang perkembangan dan kondisi dua mahasiswa asal Kabupaten Jayapura yang saat ini sedang berada di Tiongkok.

Baca Juga :  Memastikan Emergency Used Authorization Vaksin Covid-19

“Kita masih berkomunikasi dengan mereka dan informasi yang kita dapat bahwa di tempat mereka berada saat ini dalam kondisi aman,” kata Mathius Awoitauw saat ditemui di kantor Bupati Jayapura Senin (3/2).

Sementara itu kepala BKD Kabupaten Jayapura, Alex Rumbobiar menjelaskan, sampai dengan saat ini pihaknya terus melakukan komunikasi yang Intens terkait keberadaan dua mahasiswa asal Papua yang saat ini masih berada di Tiongkok. 

Terkait hal itu pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan pihak ketiga yang berasal dari kampus secara khusus mengelola program P5. “Kami sudah komunikasi, mereka pada prinsipnya sudah siap untuk membantu memulangkan anak-anak kita. Sehingga Berdasarkan informasi terakhir yang kami terima tadi malam, anak-anak ini juga sudah di komunikasi oleh Pak Andre (pihak ketiga). Sehingga kita tinggal menunggu urusan teman-teman pihak ketiga kepada pemerintah yang ada di sana,  dalam waktu dekat mereka sudah kembali” katanya.

Ditanya mengenai  alasan pemerintah Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura yang tidak memulangkan 2 mahasiswa itu bersamaan dengan ratusan warga Indonesia lainnya yang dijemput oleh pemerintah RI  beberapa hari lalu, menurutnya pada prinsipnya, pihak ketiga yang akan berkomunikasi dengan kedutaan Republik Indonesia. 

“Mereka kita dilaporkan ke kedutaan RI di Tiongkok kemudian nanti kedutaan yang akan menyiapkan itu semua lewat komunikasi yang dibangun oleh pihak ketiga. Nanti mereka akan dikarantina dulu sebelum ke airport,” jelasnya. (gr/roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya