Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

PBB Kutuk Keras Serangan RS di Gaza yang Tewaskan 500 Orang Lebih

JAKARTA–Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan mematikan terhadap Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza. Serangan itu menewaskan ratusan orang pada Selasa (17/10).

”Saya khawatir atas tewasnya ratusan warga sipil Palestina dalam serangan terhadap sebuah rumah sakit di Gaza, saya mengutuk keras,” kata Guterres di platform X seperti dilansir dari Antara.

”Hati saya bersama keluarga korban. Rumah sakit dan tenaga kesehatan dilindungi dalam hukum kemanusiaan internasional,” tulis dia.

Lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli Baptist, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra kepada Anadolu. Tayangan di media sosial memperlihatkan jasad-jasad berserakan di lantai rumah sakit.

Menurut wartawan Anadolu, ribuan warga Palestina berada di rumah sakit tersebut ketika fasilitas itu dibombardir Israel.

Kementerian Kesehatan Gaza menggelar konferensi pers pada Selasa (17/10) malam di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di tengah ratusan jasad korban serangan Israel yang menewaskan lebih dari 500 orang.

Baca Juga :  Paus Serukan Gencatan Senjata Israel-Hamas dan Pelepasan Sandera

”Kami sedang melakukan operasi di Rumah Sakit Baptist ketika ledakan dahsyat terjadi, walhasil atap di ruang operasi ambruk. Ini pembantaian,” kata salah satu dokter Doctors Without Borders (MSF) Ghassan Abu Sitta saat konferensi pers, menurut koresponden Anadolu.

Foto konferensi pers yang beredar memperlihatkan para anggota staf medis berdiri di antara jasad-jasad yang ditutupi. Seorang staf medis menggendong jasad seorang bayi dan staf lain memegang jasad seorang anak perempuan.

Juru bicara militer Israel mengatakan belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai insiden di rumah sakit, menurut otoritas penyiaran. Serangan terhadap rumah sakit tersebut menuai kecaman keras di banyak negara sekaligus seruan agar dunia melindungi rakyat Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel.

Serangan udara itu terjadi pada hari ke-11 agresi Israel di Gaza. Semakin banyak kelompok non-pemerintah dan pemimpin dunia yang mengatakan aksi pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung, termasuk fasilitas kesehatan, rumah, tempat ibadah, melanggar hukum internasional dan berpotensi menjadi kejahatan perang.

Baca Juga :  BMKG Ingatkan Waspada Suhu Panas Mencapai 38,4 Derajat Celsius

Sebelumnya, Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengalami krisis obat-obatan. Sebab, belum ada bantuan yang masuk ke Gaza, kata Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia.

”Sejauh ini belum ada bantuan obat-obatan atau bantuan logistik yang bisa masuk,” kata relawan MER-C Indonesia Fikri Rohul Haq melalui media sosial X seperti dilansir dari Antara.

Fikri mengatakan, bantuan kemanusiaan masih belum bisa masuk Gaza. Sebab, perbatasan di Rafah menjadi target serangan Israel.

”Sampai saat ini belum ada bantuan yang bisa masuk ke Jalur Gaza mengingat pintu perbatasan masih tertutup,” ujar Fikri.

Fikri mengungkapkan, paramedis di RS Indonesia mengalami kelelahan akibat terus menerus bekerja selama 24 jam. Hal itu karena jumlah korban terus bertambah.

Pihak RS Indonesia berharap obat-obatan dan bantuan paramedis bisa segera masuk Gaza untuk membantu paramedis menangani korban terkena serangan.

Sumber : Jawapos

JAKARTA–Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras serangan mematikan terhadap Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza. Serangan itu menewaskan ratusan orang pada Selasa (17/10).

”Saya khawatir atas tewasnya ratusan warga sipil Palestina dalam serangan terhadap sebuah rumah sakit di Gaza, saya mengutuk keras,” kata Guterres di platform X seperti dilansir dari Antara.

”Hati saya bersama keluarga korban. Rumah sakit dan tenaga kesehatan dilindungi dalam hukum kemanusiaan internasional,” tulis dia.

Lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Al-Ahli Baptist, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra kepada Anadolu. Tayangan di media sosial memperlihatkan jasad-jasad berserakan di lantai rumah sakit.

Menurut wartawan Anadolu, ribuan warga Palestina berada di rumah sakit tersebut ketika fasilitas itu dibombardir Israel.

Kementerian Kesehatan Gaza menggelar konferensi pers pada Selasa (17/10) malam di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di tengah ratusan jasad korban serangan Israel yang menewaskan lebih dari 500 orang.

Baca Juga :  Sah, Partai Demokrat Resmi Dukung Prabowo

”Kami sedang melakukan operasi di Rumah Sakit Baptist ketika ledakan dahsyat terjadi, walhasil atap di ruang operasi ambruk. Ini pembantaian,” kata salah satu dokter Doctors Without Borders (MSF) Ghassan Abu Sitta saat konferensi pers, menurut koresponden Anadolu.

Foto konferensi pers yang beredar memperlihatkan para anggota staf medis berdiri di antara jasad-jasad yang ditutupi. Seorang staf medis menggendong jasad seorang bayi dan staf lain memegang jasad seorang anak perempuan.

Juru bicara militer Israel mengatakan belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai insiden di rumah sakit, menurut otoritas penyiaran. Serangan terhadap rumah sakit tersebut menuai kecaman keras di banyak negara sekaligus seruan agar dunia melindungi rakyat Palestina yang berada di bawah pendudukan Israel.

Serangan udara itu terjadi pada hari ke-11 agresi Israel di Gaza. Semakin banyak kelompok non-pemerintah dan pemimpin dunia yang mengatakan aksi pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung, termasuk fasilitas kesehatan, rumah, tempat ibadah, melanggar hukum internasional dan berpotensi menjadi kejahatan perang.

Baca Juga :  Singgung Tambahan Kuota Haji, Antrian Diperkirakan Bisa Berangkat Lebih Cepat

Sebelumnya, Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengalami krisis obat-obatan. Sebab, belum ada bantuan yang masuk ke Gaza, kata Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia.

”Sejauh ini belum ada bantuan obat-obatan atau bantuan logistik yang bisa masuk,” kata relawan MER-C Indonesia Fikri Rohul Haq melalui media sosial X seperti dilansir dari Antara.

Fikri mengatakan, bantuan kemanusiaan masih belum bisa masuk Gaza. Sebab, perbatasan di Rafah menjadi target serangan Israel.

”Sampai saat ini belum ada bantuan yang bisa masuk ke Jalur Gaza mengingat pintu perbatasan masih tertutup,” ujar Fikri.

Fikri mengungkapkan, paramedis di RS Indonesia mengalami kelelahan akibat terus menerus bekerja selama 24 jam. Hal itu karena jumlah korban terus bertambah.

Pihak RS Indonesia berharap obat-obatan dan bantuan paramedis bisa segera masuk Gaza untuk membantu paramedis menangani korban terkena serangan.

Sumber : Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya