JAYAPURA-Hari Mangrove sedunia yang diperingati setiap 26 Juli menitipkan pesan bagi warga kota bahwa ada ton (hutan) mangrove yang harus dijaga. Ada ton yang menjaga masyarakat di kampung, dan ada ton yang harus dipastikan kondisinya untuk tetap baik – baik saja.
Pasalnya bagi masyarakat pesisir di Kota Jayapura, hutan bakau adalah sebuah dapur yang memang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Dapur yang digunakan sebagai fungsi sosial budaya dan komunikasi bagi kaum perempuan.
Hanya jika melihat kondisi terakhir, tak jarang banyak warga kampung yang mengeluh soal hutan mangrove saat ini. “Terlalu banyak sampah, kami bingung dimana – mana sampah. Padahal dulunya tidak seperti ini,” ujar Petronela Meraudje, salah satu tokoh perempuan di Kampung Engros belum lama ini.
Dikatakan upaya – upaya untuk menjaga hutan mangrove masih dilakukan hingga kini namun kerusakan dan limbah terus saja hadir. “Bingung sudah mau seperti apa, dulu air disini bisa kami pakai buat mencuci tapi sekarang macam takut,” bebernya.
Ia membenarkan bahwa banyak lokasi hutan mangrove terancam rusak bahkan hilang. “Itu yang sedang terjadi sekarang. Mau bicara juga susah,” singgungnya.
Ronnie Stanlie dari Rumah Bakau Jayapura menyampaikan bahwa hari mangrove sedunia tahun ini memberi pesan penting bagi masyarakat bahwa hutan atau ton menurut bahasa setempat harus tetap ada dan dijaga. “Kami belajar dari tahun ke tahun bahwa tekanan terhadap kawasan ekosistem mangrove itu semakin tinggi. Tahun 2011, 2016 dan 2017 menjadi tahun yang memberi tekanan cukup tinggi terhadap hilangnya kawasan mangrove,” beber Ronnie.
Padahal menurutnya mangrove memiliki satu fungsi yakni menyerap karbon yang sangat baik bahkan dalam jumlah besar. Akan tetapi jika bercermin secara global, saat ini kawasan hutan mangrove ini tengah berada pada risiko tinggi untuk rusak dan hilang karena adanya pengalihfungsian lahan, eksploitasi besar – besaran.
Bahkan setiap tahun tercatat ada 1 persen kawasan hutan ini yang hilang. Ini lebih cepat dibanding hutan pada umumnya. “Itu kami titipkan bahwa ada hutan yang harus dijaga karena menjadi tempat hidup dan kebanggaan. Hutan yang memiliki fungsi social, ekologi dan kebudayaan,” imbuhnya. (ade/tri)