Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Cegah Stunting, Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi Penting

BIAK-Asisten I Setda Kabupaten Biak Numfor, Mahasunu, S.IP, MM mengatakan, Balita (Bayi di bawah umur lima tahun)  dengan gizi buruk berkontribusi terhadap terjadinya stunting 3 kali lipat dan 11 kali lipat beresiko terhadap angka kematian dan mengalami sakit.

“Upaya pencegahan stunting diperlukan untuk mencegah dan menurunkan anak gizi buruk,” ujar Mahasunu ketika membuka Lokakarya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mewakili Bupati Herry Ario Naap, S.Si.,M.Pd di Hotel Mapia Biak, Rabu, (8/6), kemarin.

Dikatakan, mendukung pelaksanaan pengelolaan gizi buruk terintegrasi diperlukan konsultasi di tingkat kabupaten yang bersifat manajerial untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya penanggulangan gizi buruk, khususnya pencegahan dan peningkatan cakupan serta kualitas pelayanan gizi buruk pada Balita.

Baca Juga :  Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Biak Gelar Pasar Murah di Puncak STC Papua

Mahasunu juga menambahkan, beberapa kegiatan yang penting untuk dilakukan selama melakukan konsultasi pengelolaan gizi buruk diantaranya, kajian tentang besaran dan masalah pemantapan, kualitas layanan, pemantauan dan evaluasi program, peningkatan dukungan, dan sosialisasi informasi strategis dan advokasi.

“Berdasarkan data riset SSGI tahun 2021 menyebutkan bahwa angka stunting dan gizi buruk di Kabupaten Biak Numfor masih sangat tinggi sekitar 34% dan angka gizi buruk sekitar 11%, hal ini menjadi dilema dimana sumber daya alam di Kabupaten Biak Numfor sangat melimpah,”tandasnya.

Terkait dengan hal tersebut, Mahasunu menyampaikan bahwa, kehadiran peserta dalam lokakarya kali ini sangat penting bukan hanya menjadi peserta, tetapi ikut urun rembug pikiran dan strategi praktis dalam mengatasi permasalahan gizi buruk yang dimaksud.(itb/tho)

Baca Juga :  Sambut HUT RI, Gelar Sejumlah Lomba

BIAK-Asisten I Setda Kabupaten Biak Numfor, Mahasunu, S.IP, MM mengatakan, Balita (Bayi di bawah umur lima tahun)  dengan gizi buruk berkontribusi terhadap terjadinya stunting 3 kali lipat dan 11 kali lipat beresiko terhadap angka kematian dan mengalami sakit.

“Upaya pencegahan stunting diperlukan untuk mencegah dan menurunkan anak gizi buruk,” ujar Mahasunu ketika membuka Lokakarya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi mewakili Bupati Herry Ario Naap, S.Si.,M.Pd di Hotel Mapia Biak, Rabu, (8/6), kemarin.

Dikatakan, mendukung pelaksanaan pengelolaan gizi buruk terintegrasi diperlukan konsultasi di tingkat kabupaten yang bersifat manajerial untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya penanggulangan gizi buruk, khususnya pencegahan dan peningkatan cakupan serta kualitas pelayanan gizi buruk pada Balita.

Baca Juga :  Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Biak Gelar Pasar Murah di Puncak STC Papua

Mahasunu juga menambahkan, beberapa kegiatan yang penting untuk dilakukan selama melakukan konsultasi pengelolaan gizi buruk diantaranya, kajian tentang besaran dan masalah pemantapan, kualitas layanan, pemantauan dan evaluasi program, peningkatan dukungan, dan sosialisasi informasi strategis dan advokasi.

“Berdasarkan data riset SSGI tahun 2021 menyebutkan bahwa angka stunting dan gizi buruk di Kabupaten Biak Numfor masih sangat tinggi sekitar 34% dan angka gizi buruk sekitar 11%, hal ini menjadi dilema dimana sumber daya alam di Kabupaten Biak Numfor sangat melimpah,”tandasnya.

Terkait dengan hal tersebut, Mahasunu menyampaikan bahwa, kehadiran peserta dalam lokakarya kali ini sangat penting bukan hanya menjadi peserta, tetapi ikut urun rembug pikiran dan strategi praktis dalam mengatasi permasalahan gizi buruk yang dimaksud.(itb/tho)

Baca Juga :  Polres Tangani Empat Kasus Pencurian

Berita Terbaru

Artikel Lainnya