MERAUKE–Adanya gangguan jaringan internet yang terjadi di Merauke sejak Minggu (27/3) sekitar pukul 09.21 WIT, berdampak pada pelaksanaan ujian sekolah yang dilaksanakan oleh sejumlah sekolah berbasis internet di Merauke. Salah satunya SMAN I Merauke.
Sekolah yang memiliki jumlah peserta 415 orang tersebut, terpaksa tidak dapat menggelar ujian sekolah karena jaringan internet indihome yang dipasang di sekolah tidak dapat digunakan.
‘’Hari ini, kita tidak dapat melaksanakan lanjutan ujian sekolah karena jaringan internet putus total,’’ kata Kepala Sekolah SMAN I Merauke, Sergius Womsiwor, S.Pd, didampingi Ketua Panitia Ujian Sekolah SMAN I Merauke Listono, S.Pd saat ditemui wartawan.
Namun begitu, kepala sekolah bersama dengan panitia langsung menggelar rapat dan hasilnya langsung disampaikan kepada peserta ujian sekolah di lapangan upacara. Sergius menjelaskan, para peserta ujian tidak akan dirugikan tapi negara tetap mengakomodir hak-hak dari siswa tersebut dengan adanya kejadian luar biasa tersebut.
Untuk 4 mata pelajaran yang tersisa di 2 hari terakhir ujian sekolah, lanjut Sergius Womsiwor tetap dilaksanakan. ‘’Yang mata pelajaran ujian sekolah yang sedianya hari ini digelar tersebut ditunda dan digeser ke hari Selasa besok (hari ini,red).
Tapi, tidak lagi secara online, tapi diganti dengan kertas pensil dan pena. Karena itu, besok harus membawa peralatan tulis pensil atau pulpen,’’ kata Listono.
Sementara untuk mata pelajaran yang diujikan di hari Selasa digeser ke Rabu. Karena itu, kepada seluruh siswa tersebut, Serigus Womsiwor meminta dan mengajak agar informasi tersebut disampaikan ke para orang tua sekaligus tetap menjaga kesehatan agar tetap bisa mengikuti ujian sekolah di 2 hari terakhir tersebut.
Sementara itu, untuk SMA YPPK John 23 Merauke, putusanya jaringan internet tersebut tidak terlalu jadi persoalan. Sebab, dari awal sekolah ini menggelar ujian sekolah dengan menggunakan kertas. ‘’Kami memang tidak menggelar ujian secara online karena jumlah komputer di sekolah kami hanya 50 unit.
Sementara peserta ujian lebih dari 100 siswa. Kalau secara online, tentu akan dilakukan secara sift-sift dan itu nanti membuat siswa tidak tenang.
Padahal, untuk ujian seperti ini dibutuhkan ketenangan, baik dari siswa maupun dari para guru itu sendiri,’’ pungas kepala Sekolah Suster Stevani Ivonne Jane Rengkuan, SJMJ, S.Pd yang ditemui di ruang kerjanya. (ulo/tho)