Suasana Pasar Noken di Taman Imbi Kota Jayapura, Papua, Senin (11/10/2021) lalu. Pasar ini dibuka dlam rangka menyemarakkan PON XX Papua sekaligus mengenalkan tas tradisional masyarakat Papua, yaitu Noken sebagai oleh-oleh khas Papua. (FOTO: Billionel/humas for Cepos)
JAYAPURA – Bank Papua memprioritaskan konsolidasi Risk Management dan Asset Recovery yang didukung oleh penyempurnaan Human Capital Management dan Corporate Culture untuk mewujudkan komitmen dalam meningkatkan peran sebagai agen penggerak pembangunan.
“Selain itu, Bank Papua juga berakselerasi mendorong pertumbuhan perekonomian di Papua dan Papua Barat, dimana Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sebagai Pemegang Saham telah menunjukkan dukungannya terhadap langkah tersebut.”ungkap Direktur Utama Bank Papua F Zendrato dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Rabu (19/1).
Lebih lanjut diungkapkan bahwa melalui berbagai program untuk mendorong inklusivitas layanan perbankan di masyarakat serta untuk lebih mengedepankan keberpihakan pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Bank Papua terus berupaya memberdayakan potensi lokal sebagai bagian dari komitmen Bank Papua untuk membangun tanah Papua pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
“Kontribusi Bank Papua guna mendorong perekonomian di daerah, diantaranya melalui peningkatan diversifikasi produk, perbaikan kinerja dan penyaluran kredit, penguatan serta perluasan jaringan, peningkatan kualitas layanan demi kenyamanan dan kepuasan nasabah serta penyempurnaan kualitas governance.”jelasnya.
Bank Papua, menurut Zendrato, tak hanya fokus meningkatkan Kinerja bisnis perusahaan, namun Bank Papua juga aktif berkontribusi mendorong usaha mikro dan kecil (UMK) untuk bisa naik kelas menjadi usaha menengah.
“Melalui Program Percepatan Akses Keuangan Daerah (Papeda) dari Pemerintah Provinsi Papua, Bank Papua mengalokasikan Rp 40 miliar untuk kredit sektor usaha mikro kecil menengah di wilayah Indonesia bagian Timur hingga tahun 2023,”bebernya.
Untuk Kredit Papeda, dijelaskan Dirut Bank Papua F Zendrato, bahwa dana tersebut dialokasikan dalam tiga tahap, yakni pertama Rp 5 miliar pada 2021, kemudian Rp 15 miliar pada 2022 dan Rp 20 miliar pada 2023. Hingga tiga tahun ke depan, Bank Papua menargetkan 500 pelaku UMKM di Papua memperoleh Kredit Papeda.
Pelaku UMK yang masuk program ini, lanjut Zendrato, akan mendapat kredit maksimal Rp10 juta per orang dengan masa tenor maksimal dua tahun. Namun angsurannya tidak dikenai bunga alias 0 persen karena telah disubsidi Pemerintah Provinsi Papua.
“Bunganya 5 persen dan disubsidi oleh Pemerintah Provinsi Papua, jadi para peminjam hanya membayar pokoknya saja, tidak ada bunga. Pinjaman dapat diangsur selama satu hingga dua tahun,” kata Direktur Utama Bank Papua, F. Zendrato, pada acara Launching Program PAPEDA.
Tak hanya kucuran kredit, Bank Papua juga memberi bantuan fisik untuk meningkatkan kinerja UMKM di berbagai lokasi di Papua. Misalnya membangun pondok di bukit Jokowi untuk membantu para pelaku usaha kuliner di kawasan tersebut.
Upaya lain juga dilakukan dengan berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lain, seperti Bank Indonesia menggelar pameran UMKM. “Contohnya saat acara Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua, empat stand untuk Bank Papua diisi UMKM berbagai produk binaan antara lain produk olahan Sagu, dua stand Kopi dari Latimente dan Mote, dan VCO (minyak kelapa), Jahe, serta abon ikan dari Muara Tami.”jelasnya. (*/tri)